Jakarta - Wakil Menteri Pertahanan, Nikolai Pankov, mengatakan diluar angka sipil yang mengikuti wajib militer, ternyata ada kekuatan yang jauh lebih besar, yakni pasukan sukarela yang angkanya sekira 30.000 sipil dan pensiunan militer.
Angka sukarelawan itu 1,8 kali lebih banyak dari jumlah sipil yang mengikuti wamil. Kekuatan yang mencapai 30.000 relawan itu disebar ke beberapa divisi tempur.
Prajurit sukarelawan sepenuhnya masuk pada awak kapal selam, awak kapal permukaan jarak jauh, unit penjaga perdamaian, pasukan khusus.
Kemudian, sebagian besar pengemudi dan penembak jitu, serta sejumlah posisi perbaikan dan pemeliharaan. Nikolai Pankov menjelaskan, lebih dari 30.000 sukarelawan bergabung dan telah dilatih oleh Angkatan Bersenjata Rusia sejak 2020.
"Jumlah sukarelawan melebihi jumlah wajib militer sebanyak 1,8 kali," katanya.
“Pada akhir tahun 2020, jumlah prajurit sukarelawan meningkat 30.000 orang, kategori ini sekarang paling banyak. Jumlah sukarelawan melebihi jumlah wajib militer sebanyak 1,8 kali lipat,” kata Pankov.
Nikolai Pankov kemudian mengatakan soal target saat ini, yang menghimpun total 500.000 relawan dan prajurit secara keseluruhan.
"Tujuan akhir kami adalah untuk mengisi sekitar 500.000 posisi tentara, sersan dan panji dengan prajurit profesional," tambah Pankov.
Di sisi lain, hingga saat ini upaya perundingan masih dilakukan pihak Ukraina dan Rusia di Belarusia. Dalam perundingan, Rusia dan Ukraina sama-sama mengajukan syarat untuk menghentikan peperangan.
Putaran kedua akan melakukan pembicaraan antara delegasi Rusia dan Ukraina seperti diberitakan outlet media Ukraina Zerkalo Nedeli pada Selasa, 1 Maret 2022.
Outlet media Ukraina lainnya, Glavkom, mengutip sumber di delegasi Ukraina mengungkapkan, persyaratan yang diajukan oleh kedua pihak selama pertemuan pertama.
Dikatakan, bahwa Rusia diduga menuntut Ukraina berkomitmen untuk menandatangani status off-bloknya dan menyelenggarakan referendum mengenai masalah ini.
Selain itu, pihak Rusia menuntut Ukraina mengakui Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk di perbatasan administratif wilayah Rusia. Serta meminta membatalkan tuntutannya bahwa Krimea harus dikembalikan ke Ukraina.
Ukraina, menurut Glavkom, menuntut gencatan senjata dan penarikan pasukan Rusia dari wilayahnya.[]
Baca Juga:
- Nilai Mata Uang Rusia Rubel Anjlok 30% Tehadap Dolar AS
- Menko Airlangga Apresiasi Komitmen Eropa Perkuat Kerja Sama di Tengah Konflik Rusia-Ukraina
- Kanada Melarang Impor Minyak Mentah Rusia
- Raksasa Teknologi Bergulat Hadapi Propaganda Rusia