Nilai Mata Uang Rusia Rubel Anjlok 30% Tehadap Dolar AS

Nilai mata uang rubel anjlok, memicu kegelisahan dan mendorong banyak orang mengantre di bank dan ATM
Warga di St. Petersburg, Rusia, tampak antre untuk mengambil dolar AS dan euro di sebuah ATM, pada 25 Februari 2022 (Foto: voaindonesia.com - AP/Dmitri Lovetsky)

Jakarta – Warga Rusia kini berpotensi menghadapi harga komoditas yang lebih tinggi dan pembatasan perjalanan ke luar negeri karena sanksi-sanksi dari pihak Barat terhadap Rusia atas invasi yang mereka lakukan ke Ukraina, pada Senin, 28 Februari 2022, telah membuat nilai mata uang rubel anjlok, memicu kegelisahan dan mendorong banyak orang mengantre di bank dan ATM.

Rubel anjlok sekitar 30% terhadap dolar Amerika setelah negara-negara Barat mengumumkan langkah yang belum pernah diambil sebelumnya untuk memblokir beberapa bank Rusia dari sistem pembayaran internasional SWIFT, dan membatasi Rusia menggunakan cadangan mata uang asing yang besar.

Nilai tukar mulai pulih kembali setelah Bank Sentral Rusia dengan cepat melakukan intervensi.

Tapi, tekanan ekonomi semakin terasa ketika Amerika Serikat menyempurnakan sanksi-sanksi untuk melumpuhkan aset Bank Sentral Rusia di Amerika, atau yang dipegang oleh orang Amerika.

Pemerintah Biden memperkirakan langkah ini akan menimbulkan dampak pada “ratusan miliar dolar” pendanaan Rusia.

penukaran mata uang di moskowDua warga Rusia berjalan melewati sebuah tempat penukaran mata uang asing di Ibu Kota Moskow, 28 Februari 2022 (Foto: voaindonesia.com/AP)

1 Sejumlah Negara Sasar Bank Sentral Rusia

Pejabat-pejabat Amerika mengatakan Jerman, Prancis, Inggris, Italia, Jepang, Uni Eropa dan yang lainnya akan bergabung untuk sama-sama menarget Bank Sentral Rusia.

“Kami berada di wilayah yang belum dipetakan untuk memberikan semua opsi sanksi ini terhadap Rusia pada waktu sama di akhir pekan nanti,” ujar Elina Ribakova, Wakil Kepala Ekonom di Institute of International Finance, sebuah kelompok perdagangan perbankan.

“Menjatuhkan semua sanksi ini secara sekaligus akan memberi dampak yang sangat signifikan,” tambahnya.

Warga Rusia yang khawatir bahwa sanksi-sanksi ini akan memberi pukulan yang melumpuhkan kondisi perekonomian mereka, beberapa hari terakhir ini telah berbondong-bondong datang ke bank dan ATM. Media sosial menunjukkan antrean panjang dan mesin ATM yang kehabisan uang.

Warga di beberapa negara Eropa juga bergegas menarik uang dari anak perusahaan Sberbank milik Rusia, setelah bank induk Rusia terkena sanksi internasional.

Departemen Transportasi Umum di Moskow akhir pekan lalu memperingatkan warga kota itu bahwa mereka mungkin akan mengalami masalah ketika menggunakan Apple Pay, Google Pay dan Samsung Pay untuk membayar tarif kartu Metro, bis dan trem karena bank Rusia VTB sedang dikenai sanksi Barat.

Sejumlah ekonom dan analis mengatakan devaluasi rubel yang tajam berarti penurunan standar hidup rata-rata warga Rusia. Rusia masih bergantung pada banyak barang impor, dan harga barang-barang seperti iPhone dan PlayStations kemungkinan akan meroket.

Perjalanan ke luar negeri akan menjadi lebih mahal karena rubel akan memiliki nilai lebih rendah dibanding mata uang lain.

Gejolak ekonomi yang lebih dalam akan terjadi dalam beberapa minggu mendatang jika guncangan harga dan masalah rantai pasokan memicu penutupan pabrik-pabrik Rusia karena rendahnya permintaan.

Demonstrasi antiperang di StDemonstrasi antiperang di St. Petersburg, Rusia, hari Jumat 25 Februari 2022 (Foto: voaindonesia.com/AP)

2 Bank Sentral Rusia Naikkan Suku Bunga Utama

Merosotnya nilai rubel memunculkan kenangan buruk tentang krisis sebelumnya. Mata uang itu kehilangan nilai pada awal tahun 1990-an setelah runtuhnya Uni Soviet, di mana inflasi dan anjloknya nilai rubel tahun 1997 membuat pemerintah memotong tiga nol dari uang kertas rubel.

Penurunan lebih lanjut terjadi setelah krisis keuangan tahun 1998 di mana banyak deposan kehilangan tabungan mereka. Rubel kembali terjun bebas tahun 2014 karena jatuhnya harga minyak dan sanksi Barat atas aneksasi Krimea.

Pada Senin, 28 Februari 2022, Bank Sentral Rusia menaikkan dengan tajam suku bunga utamanya dari 9,5% jadi 20% dalam upaya menopang nilai rubel dan mencegah pemborosan bank. Pihak berwenang mengatakan bursa saham Moskow juga masih akan tetap ditutup (em/jm)/Associated Press/voaindonesia.com. []

Amerika dan Sekutu Eropa Siapkan Sanksi Terhadap Rusia

Sanksi yang Bertubi-tubi Diprediksi Akan Runtuhkan Ekonomi Rusia

Sanksi Keuangan Jadi Salah Satu Pilihan untuk Hukum Rusia

Rusia Sudah Didepak dari Sistem Perbankan Global SWIFT

Berita terkait
Rusia Makin Terisolasi Karena Sanksi Dunia
Rusia, pada hari Selasa, 1 Maret 2022, jadi semakin terisolasi setelah melancarkan invasi terhadap Ukraina
0
Staf Medis Maradona Akan Diadili Atas Kematian Legenda Sepak Bola Itu
Hakim perintahkan pengadilan pembunuhan yang bersalah setelah panel medis temukan perawatan Maradona ada "kekurangan dan penyimpangan"