Jakarta – Pemerintah terus mengupayakan beragam cara guna memperbesar penerimaan dari sektor perpajakan guna menopang Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) yang kian terkuras akibat menangani pandemi di Tanah Air. Salah satu yang yang kini digenjot adalah penghimpunan dana dan aset yang terparkir di luar negeri untuk dibawa masuk ke Indonesia (repatriasi).
Tidak tanggung-tanggung, pemerintah sempat mengklaim bahwa potensi harta yang bisa diboyong pulang mencapai Rp 11.000. Sebuah angka yang cukup fantastis jika dibandingkan dengan besaran APBN pertahun yang hanya berada pada kisaran Rp 2.500 triliun.
Pakar perpajakan menilai, besarnya dana dan aset yang berada di mancanegara itu ditengarai akibat sistem perpajakan nasional yang kurang bersahabat bagi pelaku usaha.
“Sebenarnya, kuncinya ada di kondisi pajak kita. Kalau pajak di sini rendah orang tidak mungkin lari bawa dana mereka ke luar negeri. Kalau misalnya tarif pajak kita 5 persen seperti Singapura, saya yakin kita tidak perlu repot-repot urus MLA [Mutual Legal Assistance] dengan pemerintah Swiss,” demikian yang dikatakan oleh pengamat pajak dari Universitas Pelita Harapan Ronny Bako kepada Tagar beberapa waktu lalu.
Lantas, apakah pembaca bisa membayangkan sebanyak apa duit Rp 11.000 triliun itu?
Sebagai rujukan yang mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari, penulis menggunakan komparasi panganan kerupuk putih seharga Rp 2.000 yang mudah ditemukan di rumah makan. Kerupuk tersebut mempunyai diameter sekitar 20 centimeter untuk tiap kepingnya.
Lalu, apabila uang Rp 11.000 triliun itu digunakan untuk membeli kerupuk tersebut, maka jumlah kerupuk yang didapat sebanyak 5,5 triliun keping.
Artinya, jika keseluruhan kerupuk tadi dibentangkan, maka akan diperoleh jarak sekitar 110 triliun centimeter atau setara dengan 1,1 miliar kilometer.
Bentang tersebut sama dengan jarak antara Bumi dengan Saturnus pada titik terdekat yang berkisar diradius 1 miliar kilometer.
Atau jika digunakan ke Mars yang berjarak 55 juta kilometer, kerupuk ini bisa dipakai untuk mengikat bumi dan planet berjuluk si merah itu dalam orbitnya masing-masing sebanyak 20 kali. Semoga pemerintah menggunakan dengan bijak dana repatriasi yang diterima dari luar negeri.