Ritual Topo Bisu di Kediri, Upaya Usir Covid-19

Pangarso Mudo Paguyuban Kerabat Keraton Surokarto Wardana mengatakan ritual merupakan bagian dari doa agar Kediri terbebas dari Covid-19.
Kerabat Keraton Surokarto melakukan ritual Topo Bisu di perempatan Jalan Raya Doho Kota Kediri, Kamis, 9 April 2020 dini hari. (Foto: Tagar/Fendhi Lesmana)

Kediri - Sembilan orang memakai pakaian adat Jawa lengkap mendatangi perempatan Jalan Raya Doho Kota Kediri, Kamis, 9 April 2020 dini hari. Mereka datang untuk melakukan ritual Topo Bisu dan berdoa agar pandemi Covid-19 atau virus corona di Kota Kediri bisa hilang.

Pangarso Mudo Paguyuban Kerabat Keraton Surokarto Wardana mengatakan ritual dilakukanya saat ini merupakan bagian dari doa. Dalam ritual ini pihaknya juga turut menyebarkan bunga tiga warna ditengah jalan. Bunga tiga warna ini memiliki simbol mewujudkan cipta rasa dan karsa.

Jadi nyebar kembang itu enggak apa-apa mas, bukan mistis itu hanya simbolis saja.

"Untuk menyatu bersama-sama, kita panjatkan doa kepada Tuhan yang maha Esa. Menurut orang Jawa, doa itu akan sampai jika terjadi cipta rasa dan karsa kita menjadi satu. Kalau hanya cipta saja tidak bisa itu hanya sebatas fisik, kalau rasa saja juga tidak bisa," ujarnya penuh makna.

Wardana mengartikan jika cipta merupakan kehendak, sedangkan rasa itu jiwa manusia, sementara karsa adalah keinginan. Selain memohon doa keselamatan, ia juga berharap agar Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmatnya.

"Jadi nyebar kembang itu enggak apa-apa mas, bukan mistis itu hanya simbolis saja," Kata Wardana.

Ia bersama para temanya, datang berjalan kaki dengan berdiam diri tidak berbicara memiliki maksud sebagai ungkapan rasa keptihatinan atas musibah sedang terjadi menimpa warga.

"Itu istilahnya Topo Bisu mewujudkan keprihatinan kita dengan keadaan sekarang ini. Jadi kita jalan tanpa bicara, tanpa ada keramaian apa pun. Jadi istilahnya kita turut merasakan apa yang saudara-saudara kita rasakan, artinya kebersamaan atau Melu handar Beni, Melu Hangrukepi," ucapnya.

Selain menyebarkan bunga tiga warna di jalan, mereka juga menaruh sebuah makanan ditempatkan disudut jalan. Makanan yang dibawah antara lain Ingkung, Bekakak dan Jenang Sengkolo .

"Ini merupakan simbolis mas adat Jawa khususnya. Jadi memang Jawa itu kan banyak mewarahkan sinandi diisyaratkan. Jadi ini silakan dinikmati aja enggak masalah, selain untuk persembahan biar bisa dinikmati oleh warga jadi tidak ada mubazir semuanya bermanfaat," tuturnya.

Kegiatan ritual baca doa dan persembahan makanan ini tidak berlangsung cepat sekitar kurang lebih 30 menit. Setelah acara selesai ke sembilan orang ini kemudian membubarkan diri dengan masih memakai pakaian adat Jawa. 

Pelaksanaan kegiatan tersebut mendapat perhatian dari petugas ke polisian, mengingat ritual ini dilaksanakan pada malam hari menjelang pukul 24.00 Wib. []

Berita terkait
Pemkot Kediri Bebaskan Pajak 2 Bulan Cegah PHK
Kepala Disperindag Kota Kediri Nur Muhyar mengatakan pembebasan pajak diberikan untuk Maret-April kepada pengusaha agar tidak terjadi PHK massal.
Satu PDP di Banyuwangi Meninggal di RSUD Genteng
Kepala Dinkes Banyuwangi menyebutkan berdasarkan hasil Rapid Test menunjukkan positif Covid-19, tetapi hasil swab masih menunggu Lab di Surabaya.
Update Covid-19 Jatim: Pasien Sembuh Bertambah Empat
Gubernur Jawa Timur mengapresiasi tenaga medis karena merawat dan menyembuhkan pasien positif Covid-19 sehingga terus bertambah.
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.