Ritual Masyarakat Adat Bayan Lombok Tolak Bencana

Masyarakat adat Bayan Lombok Utara (NTB) melakukan Sidekah Turun Ton, yakni upacara permohonan dilimpahkan rezeki dan keselamatan dari bencana.
Prosesi gawe adat Sidekah Turun Ton Tek Lauk Tek Daya yang dilakukan Masyarakat Adat Bayan, Kabupaten Lombok Utara, NTB.(Foto: Tagar/Harianto Nukman)

Lombok Utara - Masyarakat adat Bayan yang tinggal di Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), melakukan Sidekah Turun Ton. Upacara adat ini berlangsung selama dua hari sebagai permohonan doa dilimpahkan rezeki dan keselamatan dari segala bencana.

Upacara adat dipusatkan di Kampu Gubuk Karang Bajo pada 20 dan 21 Desember 2019. Pada Jumat sekitar jam 15.00 Wita, masyarakat adat dari wet kepembekelan Karang Bajo, Bayan Barat, Karang Salah, Pelawangan, Loloan, Anyar dan Sukadana berkumpul di Kampu Karang Bajo.

Gawe Sidekah Turun Ton Tek Daya dan Tek Lauk adalah prosesi adat yang dilakukan oleh tokoh masyarakat Adat Bayan.

Mereka berkumpul menggunakan busana tradisional, seperti kain Londong Abang, Dodot Rejasa, dan Sapuk Batik bagi tamu undangan dari bangsa raden. Sedangkan sapuk atau ikat kepala putih bagi masyarakat adat wet kepembekelan Karang Bajo, tidak memakai alas kaki dan tidak memakai baju.

"Gawe Sidekah Turun Ton Tek Daya dan Tek Lauk adalah prosesi adat yang dilakukan oleh tokoh masyarakat Adat Bayan. Tujuannya adalah untuk memohon doa kepada Allah SWT di tempat yang sudah ditentukan lokasinya, yaitu Gedeng Daya di tengah hutan Bangket Bayan, Desa Bayan dan di tengah hutan Gedeng Lauk, Desa Loloan," ucap salah seorang tokoh Adat Bayan, Kertamalip, Minggu 22 Desember 2019.

Sidekah Turun Ton Tek Lauk Tek DayaProsesi gawe adat Sidekah Turun Ton Tek Lauk Tek Daya yang dilakukan Masyarakat Adat Bayan, Kabupaten Lombok Utara, NTB.(Foto: Tagar/Harianto Nukman)

Adapun doa yang disampaikan oleh Mak Lokak Bual didampingi oleh Mak Lokak Wali Gumi dilakukan sekitar pukul 19.00 Wita di bagian utara pulau Lombok, yaitu di Laut Jawa. Mereka memohon agar semua jenis ikan di laut semakin banyak. Nelayan dan warga yang menangkap ikan tetap selamat dengan hasil yang melimpah.

Untuk di bagian barat, harapannya semoga kondisi pemerintah tetap aman dan tidak terjadi musibah aman dan terkendali. Bagian selatan memohon kepada Allah SWT agar semua tumbuh-tumbuhan kayu semakin bagus dan isi hutan seperti rusa dan burung yang tinggal di hutan bisa tetap sehat dan masih bisa berkembang biak serta tidak ditimpa musibah.

Sementara masyarakat di bagian timur berharap agar dikaruniai kesehatan, dimudahkan rezeki dan dijauhkan dari marabahaya, dihindari dari gempa dan tsunami, dijauhkan dari musibah banjir, kebaran, dan kekeringan.

Tujuannya adalah untuk memohon doa kepada Allah SWT di tempat yang sudah ditentukan lokasinya.

"Hari pertama masyarakat adat berdoa di gedeng daya. Semua masyarakat adat yang melakukan ritual adat Sidekah Turun Ton dari Karang Bajo menuju Bangket Bayan berjalan kaki yang dimulai pukul 15.00 Wita. Istirahat di bawah kayu gesar sembulan, di tempat itu dijamu sama jemaah adat dengan sekapur sirih dan kelapa muda," jelas tokoh Adat Bayan, Kertamalip  

"Semuanya duduk beralaskan daun kayu dan daun kelapa. Setelah itu baru perjalanan dilanjutkan. Setelah sampai di tengah hutan sekitar pukul 20.00 Wita, baru acara doa dimulai dan setelah selesai semua pulang dengan berjalan kaki lagi," sambungnya

Sidekah Turun Ton Tek Lauk Tek DayaProsesi gawe adat Sidekah Turun Ton Tek Lauk Tek Daya yang dilakukan Masyarakat Adat Bayan, Kabupaten Lombok Utara, NTB. (Foto: Tagar/Harianto Nukman)

Sedangkan yang pakai ikat kepala putih adalah jemaah adat dari wet kepembekelan Karang Bajo berjalan kaki dari gubuk Karang Bajo ke selatan istirahat di sembulan semua duduk beralaskan daun kelapa dan daun kayu sambil menikmati sekapur sirih dan kelapa muda setelah itu perjalanan di lanjutkan ke Pawang Bangket Bayan.

Tujuannya untuk berdoa bersama kepada Allah SWT, agar musim hujan yang membasahi bumi agar tumbuh-tumbuhan semua selamat, hujan tidak terlalu besar yang mengakibatkan banjir dan hujan tidak berkurang yang mengakibatkan kekeringan.

Urutan barisan Tek Lauk Turun Ton mulai dari Mak Lokak Pengontas, Mandalika Penjamuan, Pelembah Lauk, dan Pelembah Daya. Pelawangan, Penguban, Pembekel Loloan, walin gumi, Pembekel Karang Bajo, Bat Orong, Pembekel Sukadana, Mantri Desa Anyar, Nyakamantri, menuju Gedeng Lauk Desa Loloan.

Adab saat berjalan, semua peserta tidak boleh saling mendahului, tidak boleh ngomong, peserta tidak boleh mengayunkan tangan, tidak boleh berhenti, barisan tidak boleh putus, tidak boleh merokok apalagi makan jajan dan minum, semua alas kaki dilepas, baju di lepas, tangan harus mendekap ke depan.

Sementara yang mengatur berjalannya rombongan adalah para penganggo pejabat adat mulai dari Pembekel Adat Karang Bako, mak lokak walin gumi terantapan, mak lokak lang lang pelabupati, disebut pemomong atau pemandu,

"Agenda angkat gawe Sidekah Turun Ton Tek Lauk hari Sabtu tanggal 21 Desember 2019, prosesinya sama. Hanya saja lokasinya ke utara, berangkat dari Kampu Karang Bajo menuju hutan gedeng lauk di Desa Loloan," tutup Kertamalip. []

Berita terkait
Rumah Adat Bayan di Lombok Utara Hangus Terbakar
Rumah adat Bale inan Menik di kecamatan Bayak Lombok Utara hangus terbakar Jumat, 20 Desember 2019 dini hari.
Gempa Magnitudo 3,9 Guncang Lombok Utara
Gempa bumi berkekuatan Magnitudo 3,9 terjadi di Kabupaten Lombok Utara. Tidak berpotensi tsunami.
Kejaksaan Kawal Realisasi Anggaran Pasca Gempa Lombok Utara
Selain mengawal realisasi anggaran pasca-gempa, Kejaksaan Negeri Mataram menjerat terduga korupsi dana gempa Lombok dengan tiga pasal.
0
Dua Alasan Megawati Belum Umumkan Nama Capres
Sampai Rakernas PDIP berakhir, Megawati Soekarnoputri belum mengumumkan siapa capresnya di Pilpres 2024. Megawati sampaikan dua alasan.