Rapid Test di Bantaeng Tak Seseram Isu Mahal di Medsos

Pengalaman mudik Tasmawati warga Bantaeng, cukup bayar Rp 25.000 untuk rapid test, bukan ratusan hingga nyaris sejuta seperti isu di media sosial.
Warga Bantaeng menunjukkan hasil rapid test yang digunakannya sebagai kelengkapan berkas saat menuju ke luar daerah. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Bantaeng, Sulawesi Selatan - Mudik, meninggalkan satu daerah menuju pulang ke kampung halaman adalah hal biasa dalam situasi normal, tidak ada pandemi Covid-19. Mudik menjadi rumit di tengah virus corona yang masih bergentayangan, siap memangsa siapa saja yang tidak mematuhi protokol kesehatan. Mudik harus mengurus surat ini-itu, harus rapid test untuk memastikan aman dari virus atau berpotensi mengandung virus. Kerumitan ini juga yang harus dilalui Tasmawati, 49 tahun.

Tasmawati, perempuan asli Kota Kalong, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan. Ia sudah lebih 20 tahun berdomisili di Kabupaten Bantaeng. Ibu dua anak ini berbagi pengalaman kepada Tagar, Sabtu, 11 Juli 2020.

Setelah Idul Fitri, sebentar lagi Idul Adha, adalah kebiasaan warga Bantaeng melakukan mudik pada momen hari-hari besar keagamaan ini. Tasmawati mengatakan harus ribet mengurus bermacam-macam berkas sebelah berangkat mudik.

Biasanya, kata Tasmawati, ia mudik ke kampung halaman diribetkan urusan membawa oleh-oleh untuk ibundanya. Namun, keribetan kali ini berbeda. Pada tahun 2020 ini, ia dan seluruh keluarga: dua orang anak, satu orang menantu, satu orang cucu, suami dan seorang sanak saudara lain, yang akan bersama mudik, harus menjalani rapid test. Ternyata biaya rapid test tidak semahal yang ia dengar sebelumnya, ratusan sampai nyaris satu juta rupiah per orang. Ternyata di puskesmas, cukup membayar Rp 25.000 per orang. 

Rapid test dilakukan untuk memastikan kondisi masing-masing orang aman, tidak ada risiko carrier atau pembawa virus saat memasuki daerah lain. Prosedur ini tidak hanya di Kabupaten Bantaeng. Prosedur ini dilakukan di semua daerah di Indonesia.

Baca juga: Asimtomatik Carrier, Sang Pembawa Virus Corona

Jumat pagi, 26 Juni 2020, Tasmawati dan keluarga pergi ke puskesmas, menjalani rapid test untuk mendapatkan surat keterangan sehat. Ternyata tidak seribet yang dibayangkan. Ia merasa beruntung karena tidak terjadi antrean panjang. Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk menjalani tes dan mendapatkan surat keterangan sehat.

Pada awalnya membayangkan kerumitan, Tasmawati sempat mengurungkan keinginan mudik. "Tapi mengingat orang tua di kampung tinggal sendiri, beliau panik mendengar kabar Bantaeng habis banjir dan lain hal, akhirnya kami memutuskan untuk melakukan mudik meski harus melewati protokol kesehatan karena ini memang untuk kebaikan bersama." 

Kurang lebih satu setengah jam di Puskesmas Kota, Tasma dan keluarga mendapat berkas-berkas kelengkapan perjalanan yang dibutuhkan.

Cukup syok juga mendengar biaya rapid test itu ratusan ribu per orang, bahkan hampir sejuta.

Rapid Test BantaengPelaksanaan rapid test massal secara gratis di Kabupaten Bantaeng. (Foto: Humas Pemkab Bantaeng)

Keesokan harinya, Sabtu siang, 27 Juni 2020, perjalanan mudik dimulai. Mereka melintasi beberapa kabupaten, mulai dari Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bone lalu masuk Kabupaten Soppeng dengan menempuh jarak tak kurang dari 300 kilometer.

Sepanjang perjalanan beberapa posko batas kabupaten tampak kosong. Mereka hanya diperiksa pada saat memasuki perbatasan Kabupaten Soppeng tepatnya di daerah Takalala.

"Sepanjang perjalanan cuma di daerah Soppeng, kami diperiksa, ada tentara dan polisi di tengah jalan, semua kendaraan menepi untuk pemeriksaan berkas itu," tutur Tasma.

Biaya Rapid Test Bantaeng Murah

Semua kendaraan menepi, satu perwakilan masing-masing pengendara melapor ke posko yang berada di sisi jalan. Ada tim medis duduk di balik sebuah meja kayu. Di antara mereka ada yang bertugas mencatat dan mengecek berkas pengendara. Kalau berkas oke, tidak ada masalah, pengendara dipersilakan melanjutkan perjalanan. Kalau tidak ada berkas atau berkas bermasalah, pengendara diminta putar balik.

Tasma mengatakan, pada awalnya ia sempat mengurungkan niat mudik, selain membayangkan keribetan, juga ia mendengar isu rapid test itu biasanya sangat mahal, per orang kabarnya Rp 150.000 sampai Rp 500.000. Ia bahkan mendengar di beberapa kota besar lain, rapid test per orang harganya Rp 700.000. Angka yang cukup fantastis menurut Tasma.

"Cukup syok juga mendengar biaya rapid test itu ratusan ribu per orang, bahkan hampir sejuta. Wah, kalau betul begitu saya pasti batal mudik, rapid test saja mahal, belum lagi ongkos perjalanan," ujar Tasma.

Rapid Test BantaengPelaksanaan rapid tes massal secara gratis di Kabupaten Bantaeng. (Foto: Humas Pemkab Bantaeng)

Akhirnya setelah bertanya kepada beberapa tenaga kesehatan yang ia kenal, ia mendapat pencerahan bahwa isu tersebut tidak sepenuhnya benar. Terbukti ya itu di awal, ia hanya membayar Rp 25.000.

Ia juga akhirnya mendengar kabar pemerintah Kabupaten Bantaeng menggelar rapid test gratis di pusat-pusat keramaian. Tasma tidak mengikuti rapid test gratis ini karena tes ini dilaksanakan setelah pada masa new normal atau kalau di Bantaeng disebut masa kebaikan baru.

Warga juga bisa melakukan rapid test mandiri dengan datang ke puskesmas seperti dilakukan Tasma. Cukup membayar Rp 25.000. Peraturan daerah (Perda) setempat menyebut biaya rapid test tidak boleh melebihi angka Rp 50.000.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng dr Andi Ihsan berkata kepada Tagar, Kamis, 9 Juli 2020, bahwa biaya rapid test di Kabupaten Bantaeng masih Rp 25.000 per orang. "Sampai saat ini tetap sesuai dengan Perda," katanya

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan mengumumkan surat edaran menyatakan bagi siapa pun yang akan melakukan perjalanan ke luar daerah, harus menjalani rapid test. Tarif rapid test mandiri tertinggi Rp 150.000. Surat edaran ini viral di media sosial. Banyak netizen mengatakan biaya itu mahal, membuat khawatir dan akhirnya mengurungkan niat melakukan perjalanan ke luar daerah.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng, Armansyah, mengatakan warga Bantaeng tidak perlu khawatir. "Khusus di puskesmas dikenakan biaya retribusi sesuai Perda sebesar 25.000."

Warga Bantaeng yang hendak melakukan perjalanan ke luar daerah, disarankan untuk mendatangi puskesmas terdekat, dengan membawa Kartu Tanda Penduduk atau KTP dan Kartu Keluarga atau KK.

Paranoid Rapid Test

Aprilia, 20 tahun, asli dari Kabupaten Maros, dua tahun terakhir menetap di Bantaeng, bekerja sebagai karyawan di pasar sentral. Ia termasuk dari mereka yang membatalkan rencana mudik karena enggan membayangkan kerumitan mengurus berkas keterangan kesehatan, terutama juga karena mendengar isu mahalnya biaya rapid test. Selain itu juga ia takut rapid test. Paranoid. 

"Mau mudik tapi harus bikin surat keterangan sehat di rumah sakit, nah aku takutnya di situ. Jangan sampai dari rumah sehat, sampai di sana malah terkontaminasi," kata April.

Daripada mudik harus rapid test, kata April, mending tidak usah mudik. "Lebih baik tetap di sini, menantikan corona hilang."

Menurutnya hal yang mengerikan pada masa pandemi ini adalah adanya golongan orang tanpa gejala atau OTG. Ia berpikir siapa yang bisa menjamin tim medis yang memeriksanya itu bebas covid. "Bagaimana kalau saya sehat tapi yang memeriksa saya itu OTG. Atau malah sebaliknya. Kan kita tidak bisa tahu siapa OTG di antara kita. Daripada ambil risiko ya saya putuskan batal mudik." []

Baca cerita lain:

Berita terkait
Mencari Berkah Sungai di Bawah Langit Bantaeng
Di sebuah sungai di Bantaeng, Sulawesi Selatan, Muhammad Ilyas mencari pasir dan batu. Ada Kamariah, istrinya, setia menemani dan turun tangan.
Sayuran dan Sembako Bertebaran di Yogyakarta, Gratis
Aneka sayuran itu rapi dalam ikatan-ikatan, ada juga bahan pangan dalam kantong digantung. Warga Yogyakarta boleh ambil, gratis, sesuai kebutuhan.
Kisah Udin, Tukang Cukur di Bawah Pohon Beringin Yogyakarta
Dulu saya mulai nyukur saat tarif parkir sepeda motor masih Rp 100, mobil Rp 200. Kisah Udin, tukang cukur di bawah pohon beringin di Yogyakarta.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.