Puncak Kemarau di Aceh, Cuaca Memburuk

BMKG memprediksi suhu udara di Aceh kian memanas menjelang akhir Agustus. Hal ini disebabkan terpaan puncak musim kemarau.
Perahu nelayan Kota Lhokseumawe melintas di bawah matahari terbit. BMKG mengatakan cuaca di Aceh terus memanas memasuki puncak kemarau. (Foto: Tagar/M. Agam Khalilullah).

Lhokseumawe - Memasuki puncak musim kemarau kondisi cuaca secara umum di Provinsi Aceh terasa panas terik dan menyengat. Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun I Sultan Iskandar Muda, Zakaria menerangkan jika suhu udara maksimum di Aceh saat ini telah mencapai 35 derajat celsius.

Menurut dia, suhu tersebut masih bisa meningkat, mengingat daerah yang terletak di ujung barat pulau Sumatera ini minim terkena hujan.

“Bahkan menurut hasil analisis kami, diperkirakan pada akhir bulan Agustus 2019 nanti suhu udara kembali naik mencapai 36 derajat celsius atau 36,5 derajat celsius, karena kondisi intensitas hujan yang semakin sedikit,” ujar Zakaria kepada Tagar, Kamis, 22 Agustus 2019.

Menurut hasil perkiraan sementara BMKG, pihaknya memprediksi wilayah Aceh akan memasuki musim penghujan di pertengahan bulan September. Namun untuk saat ini, lanjutnya, hanya di beberapa wilayah saja terjadi hujan, itu pun dengan hujan intensitas ringan.

Kalau cuaca panas seperti ini jangan membakar lahan secara sembarangan dan terutama bagi lahan gambut, karena sangat mudah memicu terjadinya titik api.

Untuk membendung kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Aceh, Zakaria mengimbau kepada masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara membakar, karena pada saat suhu udara panas lahan gambut menjadi kering, hal tersebut yang memicu terjadinya Karhutla.

“Kalau cuaca panas seperti ini, jangan membakar lahan secara sembarangan dan terutama bagi lahan gambut, karena sangat mudah memicu terjadinya titik api, sehingga menyebabkan kabut asap,” tutur dia.

Selain itu, BMKG juga sudah mengelurkan peringatan dini kepada para nelayan dan kapal penyeberangan untuk mewaspadai ketinggian gelombang laut di perairan Aceh yang saat ini mencapai lima meter.

Menurut dia, tingginya gelombang laut di perairan Aceh disebabkan faktor pergerakan angin dari Samudera Hindia. Sehingga, lanjutnya, ada pusaran angin yang berdampak terhadap ketinggian gelombang laut di sana.

“Bagi nelayan alangkah baiknya agar tidak belayar sampai ke tengah laut, karena gelombang laut yang mencapai 5 meter cukup tinggi dan tidak semua kapal mampu menerobosnya, begitu juga bagi kapal penyebrangan agar lebih hati-hati,” kata Zakaria. []

Baca juga: Polisi Tangkap Tiga Penjual Kulit Trenggiling di Aceh

Berita terkait
Cuaca Esktrem, Puluhan Kapal di Sibolga Takut Melaut
Belasan unit kapal nelayan asal Sibolga terpaksa berlabuh hingga berhari-hari di Pulau Mursala akibat cuaca buruk.
Musim Kemarau, Kabupaten Kulon Progo Rawan Kebakaran
Kepala Pelaksana BPBD Kulon Progo Ariadi mengatakan, musim kemarau membuat seluruh wilayah Kulon Progo berpotensi tinggi terkena bencana kebakaran.
Kemarau Panjang, Banyuwangi Kesulitan Air Bersih
BMKG memprediksi wilayah Banyuwangi, Jawa Timur, masih terpapar kemarau hingga Oktober 2019. BPBD telah mendistribusikan air bersih kepada warga.