Untuk Indonesia

Proses Penularan Langsung dan Tak Langsung Virus Corona

Kenali cara penularan virus corona dari orang ke orang secara langsung dan tidak langsung, juga cara melindungi diri dan orang lain.
Aparat keamanan memakai masker untuk mencegah penyebaran virus corona Covid-19 memantau jalan di luar Kota Terlarang (Forbidden City) di Beijing, China, Rabu, 18 Maret 2020. (Foto: Antara/Reuters/Carlos Garcia Rawlins)

Covid-19, Keajaiban Masker, Berpikir Sederhana Bertindak Mulia

Oleh: Hermas E Prabowo*

Bila kita cermati, penularan virus pathogen SARS-CoV-2 pemicu Covid -19, atau yang oleh awam disebut virus corona, hanya bisa melalui ludah (droplets), tidak lewat udara (airborne). Tentunya ludah atau air liur manusia. Belum ditemukan bisa menular dari air liur anjing, kucing atau binatang peliharaan lain. Hanya dari ludah manusia.

Teknisnya ludah menyembur (muncrat), lalu percikannya masuk ke lubang hidung, mulut dan mata orang lain, atau menempel pada permukaan benda-benda di sekitarnya, pada saat penderita virus corona berbicara, menguap, batuk, bersin atau meludah.

Virus corona ini senang bersarang di area yang gelap, dingin, dan selalu dalam kondisi basah.

Dalam tubuh manusia, tempat yang paling ideal bagi tumbuh dan berkembangnya corona, yang memenuhi ketiga unsur di atas adalah tenggorokan.

Teknisnya begini. Saat pengidap corona bicara, menguap, batuk atau bersin, ada tekanan udara dari dalam tubuh yang keluar melalui tenggorokan, menyambar dinding tenggorokan dan mengangkut virus, berbaur dengan ludah menyembur.

Semburan ludah bermuatan virus corona menempel ke bagian wajah orang lain (lubang hidung, mulut atau mata), atau berbagai permukaan benda padat.

Bisa saja menempel di baju kita atau orang lain, meja, besi pagar, permukaan mobil dan banyak lagi permukaan benda padat lain yang tidak terhitung banyaknya. Bisa ribuan, jutaan benda macamnya.

Tapi, meski berpotensi menempel ke banyak macam benda padat, semburan virus corona yang nebeng dalam ludah itu hanya bersumber dari tenggorokan manusia. Virus itu hanya bisa keluar dengan lima cara yaitu saat bicara, menguap, batuk, bersin atau meludah.

Mudah-mudahan sampai di sini bisa dipahami.

Detail Penularan

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan para pakar kesehatan banyak mengulas tentang cara penularan virus corona.

Bagaimana detail dan sifat penularannya? Mari kita urai satu per satu.

1. Penularan Langsung

Ludah yang bermuatan virus corona bisa saja menular langsung dari satu orang ke orang lainnya, saat mereka berdekatan.

Misalnya si A yang sudah terpapar virus corona bicara, menguap, batuk, bersin atau meludah, lalu percikan ludah, baik disengaja atau tidak menyembur ke wajah orang lain dan tepat masuk ke mata, lubang hidup, atau mulut orang itu.

Oleh air mata, ingus, dan ludah yang ketelan, virus dibawa masuk ke tenggorokan, karena ketiganya punya jalur yang saling terhubung.

Mungkin bisa saja percikan ludah dari si penderita hanya nempel di bibir. Tapi karena ada yang "hobi" menjilat bibir sendiri lalu menelan ludah sendiri, terangkutlah virus corona ke tenggorokan.

Di tenggorokan virus menemukan tempat yang nyaman. Dia betah, dan terus berkembang. Merusak paru-paru kita, kalau daya tahan tubuh kita tidak bagus dan tidak mampu mengalahkannya.

Penularan secara langsung ini tidak saja terjadi saat diam berdekatan. Bisa saja saat kita naik motor, mobil atau kendaraan lain.

Tiba-tiba ada penderita corona yang lagi naik motor, mobil dengan kaca terbuka, atau jalan kaki.

Sambil jalan dia bicara, menguap, batuk, bersin atau meludah, lalu tanpa sadar kena di mata, hidung atau mulut orang yang sedang naik motor/mobil yang kacanya terbuka, atau mengenai orang yang sedang duduk atau berdiri di pinggir jalan. Maka, menularlah virus itu.

Teknisnya bisa macam-macam, tapi pada prinsipnya ludah bermuatan corona berpindah secara langsung dari penderita ke mata, lubang hidung dan mulut orang lain yang sehat, di mana saja, kapan saja dan dalam situasi apa saja serba memungkinkan.

2. Penularan Tidak Langsung

Ketika ada orang bicara, menguap, batuk, bersin atau meludah, percikan ludah bermuatan virus corona akan terlempar keluar.

Mungkin tidak mengenai mata, lubang hidung, atau mulut orang lain.

Tapi percikan ludah bermuatan virus itu bisa menempel di permukaan benda padat apa saja.

Bisa di baju kita, bisa di.meja, kursi, kain, kaca, dinding mobil, tangki motor, sayuran, kantong plastik dan jutaan permukaan benda lain yang nggak bisa saya uraikan satu-satu. Tergantung di mana, saat apa, dan kapan orang itu bicara, menguap, batuk, bersin atau meludah.

Bisa di toko, kantor, swalayan, mall, mobil, motor, pesawat, kapal, lapangan, sekolah, tempat ibadah, hotel, bengkel, restauran dan banyak tempat lainnya.

Karena sifat virus corona mampu bertahan di permukaan benda-benda padat hingga hitungan jam, maka potensi penyebarannya makin sulit dilacak dan tidak terkendali.

Cara menularnya sederhana. Saat kita tanpa sengaja memegang benda yang terkena percikan ludah itu di mana saja dan entah oleh siapa saja, lalu kita tanpa sadar memasukkan jari ke hidung (ngupil), ke mulut atau mengusap mata kita, pada saat bersamaan virus corona akan masuk ke tubuh kita melalui mata, lubang hidung dan mulut kita itu.

Jadi dalam hal ini, jari-jari tangan kita paling potensial menjadi sarana masuknya virus corona dari permukaan benda-benda ke tubuh kita yang bersifat tidak langsung.

Sampai tahap ini, mudah dipahami kalau penyebaran virus corona sangat cepat, masif dan seperti sulit dikontrol.

Semoga sampai di sini, juga bisa dipahami.

Solusi, Berpikir Sederhana

Karena saya seorang teknisi mobil, yang biasa berpikir logis dan sederhana, maka solusi penanggulangan penyebaran virus corona sebaiknya harus dimulai dari hulu ke hilir.

Perlu saya tekankan lagi, bahwa virus corona keluar dari sarangnya di tenggorokan orang yang terpapar hanya dengan lima cara: bicara, menguap, batuk, bersin atau meludah.

Kelima cara keluarnya virus corona itu hanya bisa lewat dua lubang di tubuh penderita, yaitu empat dari mulut (bicara, menguap, batuk, meludah) dan satu dari hidung (bersin).

Karena itu tidak ada cara lain untuk mencegah keluarnya virus dari tenggorokan orang yang terpapar, kecuali dengan memaksa orang tersebut memakai masker.

Kalau tersedia masker di pasaran, wajib pakai. Kalau tidak ada, bisa pakai masker dari bahan apa saja, yang penting harus pakai. Tidak boleh tidak.

Tidak harus pakai masker bedah, N95, N99, P95 atau R95, kalau memang tidak ada. Kalau ada lebih baik. Kalau tidak, pakai masker apa saja. Boleh masker kain made in sendiri. Pakai "BH" buat menutup mulut dan hidung juga boleh. Pakai bahan kaos bekas juga boleh. Yang penting ludah jangan sampai nyembur.

Mengapa begitu? Saat kita bicara, menguap, batuk atau bersin, paling banter percikan ludah yang keluar bertekanan kurang dari 2 bar.

Percikan ludah cukup ditangkal oleh masker itu. Masker apa saja. Masker kain bisa. Setidaknya terhambat, mantul dan balik ke mulut penderita.

Kalaupun ada yang bobol dari celah masker, percikan ludahnya sudah sangat-sangat halus. Lebih aman dari pada tidak pakai sama sekali.

Karena itu, wajib hukumnya bagi penderita virus corona untuk memakai masker. Tanpa kompromi. Di luar maupun dalam rumah.

Kalau perlu buat penderita yang nekat tidak mau pakai masker, bisa dikenai ancaman hukuman percobaan mencelakakan orang atau upaya pembunuhan. Mengingat virus corona itu berpotensi bikin orang mati.

Bagaimana di bagian hilirnya, bagi orang yang tidak terkena virus corona?

Di hilir, kita tidak pernah tahu apakah orang itu sudah tertular virus corona atau belum, karena ada yang tidak menunjukkan gejala. Jangkauan tes cepatpun, sangat minim.

Karena itu, untuk langkah antisipasi, wajib bagi semua orang hukumnya, seluruh warga Negara Indonesia, untuk memakai masker.

Lagi-lagi tidak harus masker kesehatan, masker bedah, N95, N99, P95 atau R95. Boleh masker berbahan apa saja. Bahan kain boleh. Yang penting bisa menyumpal mulut dan hidung, kalau-kalau dia juga sudah terpapar virus corona.

Untuk orang yang memang belum terpapar virus corona, menggunakan masker sangat penting juga, sebagai pelindung dari semburan ludah orang lain dan pengingat.

Kita sering tanpa sadar ngupil, mengusap mata dengan jari, atau memasukkan jari ke mulut. Kalau kita pakai masker, saat kita tidak sadar mau ngupil dan memasukkan jari ke mulut, tertahan masker, lalu tersadar... ehh enggak jadi ngupil ah.

Untuk melindungi mata, menggunakan kaca mata bisa lebih aman. Supaya keisengan jari kita yang mau mengusap mata tidak terlampiaskan.

Selebihnya yang dilakukan adalah mencuci tangan sesering mungkin dengan sabun, dan berganti baju lalu mencucinya pakai sabun begitu masuk rumah.

Menerapkan pola hidup sehat, jaga jarak, kurangi datang di kerumunan, kurangi interaksi dengan banyak orang, dan ikuti protokol pencegahan virus corona secara ketat dari Pemerintah.

Produksi Massal

Mengingat peran masker begitu vitalnya dalam pencegahan sebaran virus corona, sebaiknya Pemerintah menggenjot produksi masker secara massal. Berbahan apa saja, kain boleh, setidaknya bisa menahan laju semburan ludah.

Indonesia punya ratusan pabrik konveksi skala besar. Ada jutaan pelaku usaha konveksi skala UMKM. Pemerintah tinggal menggerakkan mereka, memberi order pada mereka, menyediakan bahannya dengan standar tertentu.

Tidak harus masker yang sekali pakai. Boleh yang dicuci berulang-ulang, dengan bahan tertentu. Kalau ada masker yang standar, lebih baik. Kalau tidak, boleh masker bahan apa saja. Yang penting celah lubangnya super kecil.

Bila harga satu masker yang bisa dipakai ulang Rp 5.000 per pcs, dan setiap orang wajib punya 3 masker sebagai ganti saat dicuci, kebutuhan anggaran untuk produksi 780 juta masker hanya Rp 11,7 triliun.

Bagikan ke seluruh rakyat Indonesia. Berikan dengan cuma-cuma, dengan catatan harus digunakan. Kapan pun, dan di mana pun. Terutama saat keluar rumah.

Dengan cara ini, kita akan bisa mengurangi sebaran virus corona secara serentak dan masif.

Mungkin bisa turun 50 persen, 70 persen, 90 persen atau bahkan mungkin hingga 99 persen. Boleh dong berharap.

Saatnya kita berpikir sederhana, bertindak mulia. Demi menyelamatkan jutaan rakyat Indonesia dari pandemi virus corona.

*Pelaku usaha UMKM; wartawan Harian Kompas (2002 - 2017); salah satu pendiri Perkumpulan Masyarakat untuk Pemberdayaan Pertanian

Baca juga:

Berita terkait
Denny Siregar: Lelaki di Tengah Badai
Ketenangannya dalam menghadapi badai sungguh luar biasa. Keputusannya tepat, rakyat kecil yang terdampak yang dipentingkannya. Denny Siregar.
Anne Avantie dan Baju Pelindung untuk Tim Medis
Anne Avantie menyulap rumah kebaya menjadi pabrik pembuatan alat pelindung tim medis corona Covid-19. Ini profil lengkap perancang Anne Avantie.
Saat Batuk dan Bersin Bikin Paranoid Covid-19
Orang-orang berada dalam situasi saling curiga di tengah pandemi corona Covid-19 hingga kejadian sekampung gempar saat mendengar ada anak batuk.
0
Penduduk Asli Pertama Amerika Jadi Bendahara Negara AS
Niat Presiden Joe Biden untuk menunjuk Marilynn “Lynn” Malerba sebagai bendahara negara, yang pertama dalam sejarah Amerika Serikat (AS)