Jakarta – Penguncian (lockdown) terkait dengan pandemi virus corona (Covid-19) di beberapa negara membuat anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu di depan layar atau monitor komputer, laptop atau ponsel. Kondisi ini meningkatkan risiko bagi keselamatan anak-anak karena akan kontak dengan predator anak yaitu kalangan pedofilia (laki-laki dewasa yang menyalurkan dorongan seksual kepada anak-anak, laki-laki dan perempuan, umur 7 -12 tahun). Badan dunia PBB mengeluarkan peringatan terkait dengan kondisi ini.
Penutupan sekolah atau belajar di rumah serta langkah-langkah pengendalian yang ketat berarti semakin banyak keluarga yang mengandalkan teknologi sebagai solusi digital untuk membuat anak-anak tetap belajar, terhibur dan terhubung dengan dunia luar dalam masa penguncian. Sedangkan di Indonesia beberapa daerah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) serta belajar dari rumah sehingga membuat anak-anak tetap berada di rumah.
1. Anak-anak Bisa Menghadapi Konten Berbahaya
“Masalah yang muncul adalah tidak semua anak-anak memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sumber daya yang diperlukan untuk menjaga diri mereka tetap aman saat online,” kata Howard Taylor, Direktur Eksekutif Kemitraan Global untuk Mengakhiri Kekerasan terhadap Anak. Badan ini merupakan kolaborasi publik-swasta antara badan-badan PBB, pemerintah, industri, badan-badan regional, masyarakat sipil dan lain.
Lebih dari 1,5 miliar anak-anak dan remaja dipengaruhi oleh penutupan sekolah di seluruh dunia. Banyak yang melakukan kegiatan online untuk belajar dan menjalani kontak dengan teman-teman mereka. “Di bawah bayang-bayang Covid-19, kehidupan jutaan anak-anak sementara menyusut jadi hanya rumah dan depan layar laptop atau ponsel mereka,” kata Henrietta Fore, Direktur Eksekutif Dana Anak PBB (UNICEF).
Menghabiskan lebih banyak waktu di platform virtual dapat membuat anak-anak rentan terhadap eksploitasi seksual online karena predator memanfaatkan pandemi Covid-19. “Kita harus membantu mereka menavigasi realitas baru ini,” tambah Fore.
Menjaga anak-anak agar aman saat online, menurut PBB, jadi penting karena kontak tatap muka yang kurang dengan teman dan mitra. Ini bisa meningkatkan risiko, seperti pengiriman gambar dan kalimat berbau seks. Pada saat yang sama, ketika waktu online meningkat dan tidak terstruktur bisa juga menyebabkan anak-anak menghadapi konten yang berbahaya dan berbentuk penindasan siber.
Diharapkan pemerintah dan industri bergabung bersama agar anak-anak dan remaja tetap aman secara online melalui fitur keselamatan yang ditingkatkan dan alat-alat baru. “Hal ini perlu untuk membantu orang tua dan pendidik mengajari anak-anak mereka cara menggunakan internet dengan aman,” ujar Kepala UNICEF.
2. Orang Tua Diharapkan Bimbing Anak
Rekomendasi perlindungan awal diterbitkan oleh UNICEF dan mitra, termasuk Kemitraan Global, International Telecommunication Union (ITU), Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO), Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Rekomendasi ini mitigasi risiko potensial yang dihadapi anak-anak di masa penguncian karena Covid-19.
Pemerintah diminta untuk menjaga layanan perlindungan anak secara terbuka dan aktif selama pandemi Covid-19 serta melatih pekerja kesehatan, pendidikan dan layanan sosial tentang dampak yang mungkin terjadi karena Covid-19 terhadap kesejahteraan anak-anak. Terutama dampak dari risiko online. Selain itu, tenaga pendidik dan kesehatan diminta untuk meningkatkan kesadaran dan inisiatif pendidikan tentang keamanan dunia maya. Selain itu perlu juga disediakan saluran bantuan dan hotline lokal bagi anak-anak.
Sementara itu, industri teknologi informasi, termasuk platform jejaring sosial, diminta untuk meningkatkan platform online dengan langkah-langkah keamanan yang lebih, terutama saat menggunakan alat pembelajaran virtual. Mereka juga diundang untuk mempromosikan dan memfasilitasi layanan rujukan dan bantuan keselamatan anak serta membantu menghubungkan anak-anak yang kurang beruntung di rumah tangga berpenghasilan rendah.
Sekolah diminta untuk memperbarui kebijakan upaya perlindungan saat ini untuk mencerminkan kenyataan baru bagi anak-anak yang belajar dari rumah dan memastikan bahwa mereka terus mengakses layanan konseling berbasis sekolah.
Orang tua diharapkan untuk memastikan bahwa perangkat anak-anak mereka memiliki pembaruan perangkat lunak dan program antivirus terbaru. Mereka juga didorong untuk berbicara kepada anak-anak mereka tentang bagaimana dan dengan siapa mereka berkomunikasi online dan menetapkan aturan internet baru (news.un.org). []