Polisi Didesak Ungkap Motif Aliran Dana Asing ke FPI

Polri harus menelusuri motif di balik aliran dana asing terhadap ormas Front Pembela Islam (FPI).
Ilustrasi - Seorang anggota FPI atau Front Pembela Islam (kanan) memakai jaket FPI. (Foto: Tagar/WowKeren)

Jakarta - Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi mengingatkan Polri harus menelusuri motif di balik aliran dana asing terhadap ormas Front Pembela Islam (FPI). 

Ia menduga ada agenda terselubung dari pihak asing terhadap Indonesai dengan menggunakan FPI sebagai kelompok yang cenderung radikal.

"Berkaca dari berbagai kasus pendanaan terhadap kelompok radikal, tindakan PPATK membekukan beberapa rekening FPI itu sudah tepat. Karena memang ini modus operandi yang sering dilakukan oleh kelompok-kelompok ekstrem kanan di Indonesia," kata Islah dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin, 25 Januari 2021. 

Memang seharusnya Polri dan juga beberapa lembaga penegak hukum dan juga stakeholder, sudah harus bisa men-'tracing' itu.

Baca juga: Membongkar Konspirasi Penjahat di Balik 90 Rekening FPI

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) sebelumnya menemukan transaksi lintas negara dalam rekening milik orang-orang yang terafiliasi dengan ormas FPI. 

Menurut Islah, pendanaan dalam gerakan radikal, ekstrem, dan terorisme di Indonesia selalu menjadi persoalan, sebab ketika penelusuran secara digital semakin ketat maka kelompok terorisme menggunakan jalur non digital untuk transaksi. 

Ia mengingatkan belum lama ini ada temuan uang dari kotak amal digunakan untuk mendanai kegiatan teroris. Beberapa kelompok, kata dia, menggunakan sirkular funding atau pencucian uang, yakni uang dikeluarkan terlebih dahulu dari dalam negeri, lalu diendapkan di luar negeri, kemudian kembali ke dalam negeri. 

Islah mencontohkan aksi Arab Spring yang membuat beberapa negara di Timur Tengah hancur-hancuran, ditengarai ada aliran dana luar negeri dan keterlibatan negara-negara barat dalam upaya menghancurkan beberapa negara Arab yang dipimpin orang-orang yang dinilai totalitarian. 

Baca juga: Jokowi Minta Tindak Lanjuti Investigasi Komnas HAM soal FPI

Pemimpin-pemimpin di Arab yang sangat karismatik dan disegani ditumbangkan, walaupun sebenarnya negaranya makmur, kata dia, misalnya Moammar Khadafi saat memimpin Libya. Dalam konteks Indonesia, Islah menganalisis FPI bisa saja menjadi mesin curah, karena masih bisa bergerak di tataran normatif, kemudian FPI seperti dispenser untuk pendanaan kelompok ekstrem. 

Islah menengarai adanya indikasi keterlibatan lembaga donasi dan beberapa orang top di Indonesia mendanai FPI, tetapi modelnya berputar, dikeluarkan ke luar negeri, lalu kembali ke Indonesia. 

"Ya bagusnya dibekukan, sebelum dana yang di dalam itu dikuras. Memang seharusnya Polri dan juga beberapa lembaga penegak hukum dan juga stakeholder, sudah harus bisa men'tracing' itu," katanya. []

Berita terkait
Profil Pandji Pragiwaksono, Bela FPI Singgung NU dan Muhammadiyah
Pandji dikenal sebagai seorang aktor, penyiar radio, presenter, penyanyi rap, serta pelawak tunggal yang berkebangsaan Indonesia.
Tanggapan Pengacara FPI Soal Pernyataan Komnas HAM
FPI menanggapi pernyataan ketua Komnas HAM yang menyatakan laskar FPI menikmati bentrok dengan polisi karena mereka ketawa-ketawa.
Komnas HAM Beberkan Fakta Terbaru soal Polisi Vs FPI
Komnas HAM menjelaskan bahwa sempat terjadi aksi saling antara FPI dan polisi di Karawang Barat.