Lhokseumawe – Sejumlah petani yang berada di Kabupaten Aceh Utara, Aceh mulai mengeluhkan terjadinya kelangkaan pupuk bersubsidi, padahal saat sekarang ini sedang memasuki musim tanam.
Salah seorang petani yang berada di Kecamatan Seunuddon, Aceh Utara Jamaluddin mengatakan, apabila pupuk tersebut terus langka, maka bisa berdampak pada kualitas padi yang tidak baik.
“Saat ini memang sedang terjadi kelangkaan pupuk bersubsi, padahal daerah kita ini merupakan daerah pertanian, tapi pupuk saja menjadi langka dan ini merupakan suatu persoalan,” ujar Jamaluddin, Senin 6 Januari 2020.
Harga pupuk non subsidi termasuk mahal bagi kami petani.
Jamaluddin menambahkan, dampak yang dihasilkan apabila tidak mendapatkan pupuk yang maksimal yaitu, dalam sehektar hasil panen mencapai tujuh ton, bisa jadi padinya hanya mencapai empat ton saja, disebabkan karena kekurangan pupuk bersubsidi.
Apabila tidak bisa mendapatkan pupuk bersubsidi, maka petani terpaksa harus membeli pupuk non subsidi, namun harganya tergolong mahal. Harga pupuk non subsidi itu biasanya mencapai Rp 260 ribu per sak.
“Harga pupuk non subsidi termasuk mahal bagi kami petani, maka alangkah baiknya agar pupuk bersubsidi ini bisa berjalan dengan baik, tanpa adanya terjadi kelangkaan yang sangat merugikan petani,” tutur Jamaluddin.
Sementara itu, Direktur Utama PT Pupuk Iskandar Muda (PT PIM) Aceh Utara, Husni Achmad Zaki, menyebutkan kuota produksi pupuk bersubsidi berkurang. Produksi pupuk bersubsidi untuk Aceh sebanyak 55.900 ton tahun 2019. Berkurang dari tahun 2018 sebanyak 80.687 ton. []
Baca juga:
- Pupuk Subsidi Sumbar Dipangkas, Ini Solusinya
- PT Pupuk Iskandar Muda Berhenti Operasi di Aceh
- Andre Rosiade Surati Jokowi: Pupuk Langka di Sumbar