Permainan Dua Kaki Said Didu, Jokowi atau Prabowo?

Prabowo Subianto memiliki kedekatan informal dengan mantan Sekretaris BUMN Said Didu.
Jokowi dan Prabowo saat debat capres kedua di Hotel Sultan Jakarta pada Minggu (17/2) malam. (Foto: Tagar/Gemilang)

Jakarta - Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto memiliki kedekatan informal dengan mantan Sekretaris BUMN Said Didu. Saat Prabowo melakukan pidato kebangsaan di Surabaya, 12 April lalu, nama Said Didu disebut-sebut akan dipercayai sebagai 'calon menteri' seandainya Ketua Umum Gerindra itu memenangi Pilpres 2019. 

Teranyar, pemilik nama lengkap Muhammad Said Didu ini tampil sebagai saksi Prabowo-Sandiaga dalam sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pemilihan Presiden 2019 di gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin memandang, antara Prabowo Subianto dengan Said Didu sudah lama saling mengenal. "Sebut saja hubungan antar tokoh hubungan informal," ucap Ujang saat dikonfirmasi Tagar, Jumat, 21 Juni 2019.

Hanya saja kedekatan antara kedua tokoh tersebut nampak jelas, setelah mantan Komisaris PT Bukit Asam (Persero) Tbk itu resmi dicopot jabatannya oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno sejak 28 Desember 2018. 

Tak lagi berada di lingkungan BUMN, pria berusia 57 tahun ini terlihat makin garang, lebih sering menguliti tiap kebijakan politik Presiden Joko Widodo (Jokowi). Diduga, hal tersebut dilatari rasa sakit hati.    

"Dia pernah memegang jabatan penting di era Jokowi, diganti. Artinya kan kecewa. Ketika kecewa, dia mengajukan pensiun dini dan merapat ke kubu Prabowo. Dan itu secara politik sah-sah saja dan boleh-boleh saja ketika memang mendukung Prabowo dan sangat dekat,” ujar Ujang.

Orang yang sudah menikmati fasilitas negara sebagai pejabat, sudah biasa enak dan memiliki posisi, memiliki kekuasaan, memiliki anak buah, lalu nonjob; tidak punya posisi ini menjadi sebuah kekecewaan yang mendalam bagi Said Didu.

Ujang menyebut, Said Didu tidak mendendamnya sendirian. Karena ada barisan orang sakit hati ke Jokowi. Katakanlah ada Sudirman Said, Ferry Mursyidan Baldan yang dulu pernah ada dalam barisan Jokowi karena pernah jadi menterinya

Menurut dia, hubungan mantan Danjen Kopassus dengan mantan Sekretaris BUMN makin mengental semenjak kampanye Pilpres kemarin.

"Tetapi hubungan itu erat karena dibarengi dengan misi yang sama, yaitu misi mengalahkan Jokowi dan itu dalam konstitusi boleh-boleh saja asal dilakukan dengan konstitusional," kata Pengamat Politik Al-Universitas Al Azhar Indonesia ini.

Kedekatan itu sudah lama, lanjut dia, dan semakin erat ketika memiliki visi yang sama, berjuang bersama-sama memenangkan Prabowo menjadi presiden.

Bermain Dua Kaki

Ujang menyatakan, politik tidak berdiri sendiri. Said Didu, menurutnya memiliki keinginan berpolitik seandainya Prabowo menang. Dengan itu otomatis langkahnya semakin bagus.

Apabila Prabowo kalah dalam sidang sengketa Pilpres di MK, Ujang menilai, Said Didu akan setia sebagai oposan. Dalam persidangan, Said Didu mengaku hadir sebagai saksi kubu 02, ia menyatakan bukan merupakan bagian dari anggota BPN.

"Oleh karena itu perjuangan di kubu 02 katakanlah (Said Didu) ikut kampanye dengan Prabowo, mendukung Prabowo lalu sekarang menjadi saksi fakta kubu 02. Itu bagian dari langkah politik dan perjuangan pilihan politik pribadi," ucapnya.

Ujang memandang, apabila Said Didu ‘haus’ politik, posisinya saat ini ibarat sedang melawan arus yang kuat. 

Kalau berpolitik tidak tepat atau katakanlah mendukung kepada yang kalah, kan sulit nanti untuk berkembang secara politik. Sejatinya kalau ingin berpolitik mesti ikut yang menang.

Said Didu acap kali mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintahan Jokowi. Ia tak sepandang dengan kebanggaan pemerintah yang berhasil mengakuisisi mayoritas saham Freeport

Menurut Pengamat Politik As Syafiiah Bustaman Umar, Said Didu yang 30 tahun lebih duduk sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) masih berpeluang mendapatkan jabatan strategis di pemerintahan, karena kerap kontradiktif dengan kebijakan capres petahana. Ia menilai, yang dilakukan Said Didu saat ini bisa jadi suatu pancingan.

"Ada tiga cara untuk menempuh pintu masuk pemerintahan, katakanlah menduduki peran-peran sentral di pemerintahan, yang pertama loyalitas, lalu kapabilitas, dan selalu bersikap seperti harimau,” imbuh dia.

Ia menyontohkan Ali Mochtar Ngabalin yang dulu garang tak hentinya mengkritisi Jokowi, namun belakangan mendapat posisi strategis sebagai Tenaga Ahli Staf Utama Kepresidenan.

"Harus nampak galak beringas (Said Didu). Jadi ada upaya dari pemerintah untuk menjinakkan seseorang dengan memberinya jabatan. Itu metode kalau dari sudut pandang pemerintah, orang ini akan melunak," kata dia.

Bustaman mengatakan, kalau nantinya Said Didu masuk di jajaran pemerintahan harus bisa bersifat kooperatif dan akomodatif, tidak lagi frontal. Ia menilai, pria kelahiran Sulawesi Selatan itu belum mencicipi karir puncak sebagai birokrat. 

"Kalau melihat rute track record yang pernah dia jalani. Said Didu tidak pernah mencapai karir puncak. Tidak sampai batas karir yang optimal, semisal menjadi menteri atau pejabat tinggi negara lainnya," katanya.

Manuver yang dilakukan Said Didu saat ini bisa dapat dikatakan sedang mencari panggung popularitas. 

"Mungkin ia memiliki kemampuan yang baik pada bidangnya, tetapi personality-nya kurang bagus. Selama dia berada dalam jabatan aparatur sipil negara maka terikat pada norma-norma dan undang-undang yang membatasi ASN harus mengutamakan netralitas," ujarnya. []

Baca juga:

Berita terkait
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi