Pengamat Sebut SBY Jangan Jadi Hakim Atas Kepentingannya

Pengamat Politik LIPI Wasisto Raharjo Jati sebut SBY berlebihan dan kurang elok.
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menghadiri acara deklarasi kampanye damai di Lapangan Monas. (Foto: Instagram/@aniyudhoyono)

Jakarta, (Tagar 24/9/2018) - Deklarasi kampanye damai Pemilu 2019 sudah berlangsung di Lapangan Monas, Jakarta Pusat pada Minggu (23/9). Namun, ada suatu hal yang masih menyita perhatian, lantaran Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meninggalkan tempat alias walk out deklarasi kampanye damai sebelum acara selesai.

Kadiv Advokasi dan Bantuan Hukum DPP Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean menjelaskan, ada dua penyebab Ketua Umum Demokrat itu meninggalkan deklarasi kampanye damai.

"Alasan utamanya karena provokasi yang dilakukan oleh pendukung Jokowi, Projo yang teriak-teriak, yang kedua atribut itu. Jadi dua alasan itu bukan hanya soal atribut. Pak SBY diprovokasi oleh pendukung Jokowi teriak-teriak di sebelah kendaraan yang ditumpangi SBY pada saat karnaval. Mereka (kubu Jokowi-Ma'ruf Amin) tidak ada yang mengikuti aturan yang ditetapkan KPU," kata Ferdinand Hutahaean saat dihubungi Tagar News, Senin (24/9).

Dia menilai, kubu Jokowi-Ma'ruf Amin sudah menabrak aturan yang ditetapkan KPU dalam acara Deklarasi Kampanye Damai. "Kami juga tidak membawa satu pun alat peraga kampenye terkait capres nomor 2. Sementara mereka (kubu Jokowi-Ma'ruf Amin) bebas semua begitu. Padahal KPU melarang membawa (alat peraga kampanye). Sekarang mereka menabraki begitu saja. KPU tindakannya apa? Gak ada kan dibiarkan aja. Bahkan masuk dalam iring-iringan karnaval jadinya," ucap dia.

Kata dia, dari kubu Jokowi-Ma'ruf saat Deklarasi Kampanye Damai itu, semua membawa alat-alat peraga kampanye yang sudah dilarang KPU. Bahkan, yang menjadi sorotan dirinya adalah partai pendukung Jokowi-Ma'ruf saat di acara tersebut.

pelanggaran kampanye damai yang dilakukan oleh Partai Nasdem. (Foto: Tagar/Gemilang Isromi Nuari)

"Bukan hanya Relawan Projo yang diluar (jalur karnaval) itu kan. Partai-partai pendukung Jokowi juga semua bawa seperti Nasdem, Golkar, PDIP, semua membawa atribut. Bahkan PPP membawa miniatur Kabah, memang boleh begitu. Gak boleh kan. Jadi semua partai pendukung Jokowi dan relawannya menabrak aturan KPU. Apalagi ada provokasi teriakan-teriakan dan sorakan dari para pendukung pak Jokowi," ujarnya.

"Judulnya deklarasi damai ternyata ada provokasi yang tidak damai dari pendukung pak Jokowi. Sementara pak Jokowi sendiri diam, itu kan pendukungnya. Dua, hal inilah yang mengakibatkan SBY meninggalkan acara karena dianggap acara itu tidak lagi layak dilanjutkan," ungkapnya.

Sebagaimana  diketahui, memang ada beberapa kesepakatan dan ketentuan Deklarasi Kampanye Damai yang dibuat KPU. Aturan itu membatasi peserta acara parade, di mana peserta pemilu diperbolehkan membawa maksimal 100 orang.

Pelanggaran kampanye damai yang dilakukan oleh Partai Perindo. (Foto: Tagar/Rona)

Selain itu, para peserta pemilu wajib mengenakan pakaian adat dari daerah sebagai bentuk keberagaman Indonesia. Bahkan, peserta juga tak boleh mengenakan atribut sendiri karena semua sudah disediakan oleh KPU. Atribut yang difasilitasi KPU berupa logo parpol, bendera merah-putih, dan bendera partai. Jika ada bendera parpol itu hanya sebatas bendera kecil yang sudah disediakan oleh KPU.

Sementara melihat sikap SBY yang walk out dalam acara Deklarasi Kampanye Damai, Ketua DPP Nasdem Irma Suryani Chaniago mengatakan, SBY seharusnya bijak dalam mengambil keputusan. "Sebaiknya kita harus bijak, jika tidak sesuai check regulasinya. Kalau melanggar lapor KPU. Katanya setuju kampanye damai? Ya jangan buka front lah untuk yang bisa diselesaikan secara regulasi," ucap Irma Suryani Chaniago kepada Tagar News, di Jakarta, Senin (24/9).

Irma menyayangkan sikap SBY yang meninggalkan acara tersebut. Padahal SBY dapat mengikuti acara deklarasi tersebut hingga selesai. "Panggil KPU atau Bawaslu setelah acara selesai dan tabayun insya Allah selesai urusannya," ujarnya.

Dihubungi terpisah, pengamat politik LIPI Wasisto Raharjo Jati menilai, aksi walk out SBY sangat berlebihan dan kurang baik. Hal itu karena deklarasi kampanye damai bertujuan untuk mengajak seluruh peserta pemilu berikrar dan berkompetisi yang baik menjelang Pemilu 2019.

"Aksi walk out itu juga berlebihan karena sepatutnya SBY ikut sampai akhir dalam deklarasi itu dan bukan jadi hakim atas kepentingannya yang merasa dilanggar kubu Jokowi," ujar Wasisto ketika dihubungi Tagar News, Senin (24/9).

"Saya pikir kurang elok saja untuk dilihat karena bagaimanapun juga kampanye damai itu ya mengajak seluruh kontestan untuk berikrar berkompetisi fair dan bukan mengarah pada aksi kritikan dengan membawa nama kandidat tertentu," paparnya.

Kata dia dengan sikap yang demikian, justru dapat mengurangi sisi kenegarawanan SBY. "Saya pikir keberatan SBY itu malah justru mengurangi sisi kenegarawanan beliau karena kritik disampaikan itu lebih pada soal teknis dan bukan substansi," ucap dia.

Menurut dia, sikap walk out SBY yang ditunjukkan kepada masyarakat juga dapat berpengaruh pada citra Partai Demokrat. "Ya kurang lebih demikian, terlebih tidak ikut tanda tangan juga," ungkapnya.

Walk out SBY dalam deklarasi kampanye damai tersebut ternyata mendapat perhatian dari para netizen. Berikut ini cuitan para netizen.

"Kalau sy Bpk @SBYudhoyono itu kurang bijaksana. Sebagai tokoh, sebagai orang tua, harusnya jangan kayak anak kecil gitu. Kalau org tua/tokoh yang bijak, tunggu acara selesai. Kalau toh ada yang gak pas menurutnya ya bisa disampaikan nanti," cuit @syifaZ6.

"Pak SBY kenapa walk out tadi siang deklarasi damai? kayak anak kecil baper ich," cuit @Rudy42551620.

"Demokrat memang suka cari sensasi. Partai yang gak punya pendirian sukanya di zona abu-abu, Partai curhatan dan baperan," cuit @oliviachairina.

"Hanjir... SBY cuma diganggu bendera ma terriakan yang menurut gw bukan bullying dsbaja walk out. Gw tau sih mental dia lemah, baperan, curhatan, tapi gak nyangka selemah itu," cuit @Allunamaharani.

"Aksi walk out SBY dikhawatirkan menambah ''terpuruk'' PD yang dililit Skandal Korupsi Century!! Para elit PD belajarlah dari masa lalu!!," cuit @RizalSyafei45.

"Mantan presiden RI SBY +Ketua MPR RI SH walk out pada karnaval kampanye damai pilpres 2019. Pasti via medsos ditonton dunia. Apa artinya?" cuit @Bernikusen.

Sebelumnya SBY walk out dalam acara karnaval Deklarasi Kampanye Damai Pemilu 2019 di Monas Jakarta, Minggu (23/9).

Partai Demokrat protes keras kepada KPU karena banyak kesepakatan dalam Deklarasi Kampanye Damai Pemilu 2019 yang dilanggar, misalnya ada atribut partai politik dalam acara tersebut sehingga SBYmengambil sikap ''walkout" dalam karnaval Deklarasi Kampanye Damai.

"Partai Demokrat dan Susilo Bambang Yudhoyono protes keras terhadap KPU dalam acara Deklarasi Kampanye Damai. Tadi SBY hadir namun sekitar lima menit mengikuti konvoi, beliau turun dan ''walkout" karena banyak aturan yang dilanggar," kata Sekjen Partai Demokrat Hinca Pandjaitan di kawasan Monas, Jakarta, Minggu(23/9).

Hinca mengatakan awalnya kesepakatan peserta Deklarasi Kampanye Damai hanya menggunakan pakaian adat dan tidak membawa atribut partai agar tidak terkesan kampanye.

Namun menurut dia kenyataannya, dalam acara tersebut banyak atribut parpol namun tidak dilarang KPU. Sejak awal, kata dia, kesepakatannya hanya menggunakan pakaian adat sehingga pihaknya tidak membawa atribut parpol, kecuali yang disediakan KPU dan partainya memegang komitmen tersebut. [] 

Berita terkait
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.