Pencari Jodoh di Sumur Gede Bandulsana Kulon Progo

Air sumur Gede Bandulsana di Kulon Progo selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, digunakan juga untuk menyembuhkan penyakit dan mencari jodoh.
Prosesi mengambil air di sumur Gede Bandulsana, Kulon Progo. (Foto: Tagar/Harun Susanto).

Kulon Progo - Percaya atau tidak, kepercayaan yang berbau akan hal-hal mistis hingga kini memang masih melekat di masyarakat, ada yang berkaitan dengan roh, namun ada pula kepercayaan manusia untuk menggunakan medium tertentu hanya demi kelancaran jodoh dan untuk menyembuhkan penyakit seperti di sumur Gede Bandulsana, Kulon Progo.

Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), cukup banyak lokasi yang dipercayai membawa berkah tersendiri apabila dikunjungi warga, seperti sumber mata air tersebut yang terletak di Pedukuhan Plugon, Desa Donomulyo, Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo.

Sumber mata air ini sudah sejak lama memang menjadi salah satu andalan warga Pedukuhan Plugon untuk memenuhi kebutuhan air bersih, terlebih pada musim kemarau seperti saat ini. 

Tujuan utama kegiatan ini yaitu untuk melestarikan budaya warisan leluhur. Selain itu juga untuk beribadah.

Supaya mata air tetap terjaga kebersihannya, Adat Merti Dusun perlu digelar oleh warga Pedukuhan Plugon di Desa Donomulyo, Kecamatan Nanggulan, seperti yang Tagar saksikan, Minggu, 15 September 2019. 

Dalam ritual ini, diselenggarakan kirab gunungan dan sejumlah prosesi ritual di sumber mata air sumur Gede Bandulsana.

Prosesi sumur Gede BandulsanaProsesi mengambil air di sumur Gede Bandulsana, Kulon Progo. (Foto: Tagar/Harun Susanto).

"Tradisi sedekah bumi dan ritual di sumur Gede Bandulsana ini kita lestarikan, karena memang sumur ini menjadi andalan warga," tutur Thomas Risdiyanto selaku Kepala Dukuh Plugon, Minggu, 15 September 2019.

Dalam acara merti dusun ini, kata Thomas, warga setempat mengarak gunungan, berupa hasil bumi dan juga tumpeng, dan lauk-pauk dari rumah ibadat menuju Sumur Gede Bandulsana.

Prosesi arak-arakan gunungan, diawali dengan barisan bregada atau pasukan pengiring yang mengenakan pakaian adat tradisional berjalan ke arah sumur. 

Setelah tiba di Gede Bandulsana, sesepuh bersama dengan warga melakukan doa bersama di sana. Dalam prosesi doa bersama ini dilakukan pembakaran dupa dan kemenyan, yang dilanjutkan dengan menaburkan bunga di sumber air tersebut.

Setelah prosesi ini selesai dilaksanakan, sejumlah warga kemudian mengantre untuk membasuh wajahnya dengan air sumur yang diambil oleh sesepuh. Bahkan tidak hanya orang dewasa yang terlihat antusias, anak-anak juga terlihat mengantre dengan tertib demi membasuh mukanya dengan air sumur Gede Bandulsana. 

Prosesi sumur Gede BandulsanaProsesi mengambil air di sumur Gede Bandulsana, Kulon Progo. (Foto: Tagar/Harun Susanto).

Dari prosesi basuh muka ini ada sebagian dari mereka yang berharap segera mendapatkan jodoh, sementara anak yang dibasuh mukanya dipercayai kelak akan menjadi anak yang penurut dan tidak rewel.

"Tujuan utama kegiatan ini yaitu untuk melestarikan budaya warisan leluhur. Selain itu juga untuk beribadah, karena juga dilakukan sedekah bagi warga yang tidak mampu," ujar Risdiyanto.

Sementara itu, Supratmi, salah satu warga yang membasuh muka dengan air dari Sumur Gede Bandulsana, mengaku sering mengambil air di sini untuk menyembuhkan penyakit batuk dan pilek, bahkan menurut dia bisa juga untuk menghilangkan rasa lelah usai bekerja. 

Supratmi dan tidak sedikit warga sekitar juga memasang pipa untuk mengambil air sumur Gede Bandulsana demi mencukupi kebutuhan sehari-hari.

"Sekarang memang lebih dimanfaatkan warga untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Cukup banyak yang mengalirkan air dari sini. Apalagi jika kemarau seperti ini, maka banyak yang ambil air dari sini," tutur Supratmi.

Adapun setelah seluruh prosesi ritual usai, acara ditutup dengan rebutan isi gunungan yang diarak dan diakhiri dengan santap siang bersama. Hasil bumi yang ada di gunungan itu juga dipercayai membawa berkah tersendiri bagi warga yang bertani.

Salah satu warga yang ikut berebut gunungan hasil bumi adalah Narimah, 50 tahun. Dia percaya akan mendapat berkah apabila memperoleh hasil bumi dari gunungan tersebut.

"Sengaja saya ikut berebut mengambil isi gunungan karena saya percaya membawa berkah. Sayur mayur yang diperoleh, rencana nanti mau dimasak di rumah," kata Narimah. []

Berita terkait
Menikmati Wisata Air Goa Sigalapang di Sudut Tobasa
Aliran sungai yang tenang dan gelap ini juga sangat panjang, sekitar 100 sampai 150 meter hingga lokasi ini menyerupai gua.
Melihat Ritual Kebo-keboan di Banyuwangi
Ritual kebo-keboan Alasmalang di Banyuwangi telah berlangsung selama 300 tahun yang dimaksudkan untuk menghasilkan hasil panen yang berlimpah.
Upacara Adat Bakar Batu, Solusi Untuk Damai di Papua
Penyanyi Edo Kondologit menyarankan kepada pemimpin daerah Papua Barat, Papua, dan Jawa Timur untuk menggelar pertemuan adat Bakar Batu.