Pasca OTT, Publik Dinilai Semakin Tak Percaya KPU

Kasus dugaan suap yang menjerat oknum anggota KPU RI dinilai memperdalam jurang ketidakpercayaan publik terhadap kinerja penyelenggara Pemilu.
Pengamat Politik Unand, Najmuddin Rasul. (Foto: Tagar/Rina Akmal)

Padang - Kasus dugaan suap yang menjerat Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Wahyu Setiawan, dinilai semakin menambah dalam jurang kecurigaan dan ketidak percayaan masyarakat terhadap kinerja hingga kredibilitas penyelenggara pemilihan umum (pemilu).

Kasus OTT ini membuat kecurigaan masyarakat selama ini terhadap kinerja KPU yang dianggap kurang netral semakin kuat.

Hal ini disampaikan pengamat politik dan komunikasi Universitas Andalas (Unand), Najmuddin Rasul. Menurutnya, OTT KPK terhadap Wahyu semakin menambah ketidakpercayaan masyarakat pada KPU.

"Kecurigaan masyarakat terhadap KPU berlangsung sejak pilpres 2019 lalu, kredibilitas KPU juga mulai dipertanyakan. Kasus OTT ini membuat kecurigaan masyarakat selama ini terhadap kinerja KPU yang dianggap kurang netral semakin kuat," kata Najmuddin, kemarin.

Najmuddin menilai, Komisioner KPU yang sudah dibiayai besar oleh negara harusnya berfungsi sebagai wasit netral dalam pesta demokrasi. Apalagi komisioner terpilih telah melalui sejumlah seleksi ketat.

"Ini malah sebaliknya. Catatan saya niat baiknya (Wahyu) sebagai petugas negara kurang, imannya juga lemah dan secara lembaga pengelolaan KPU kurang memperhatikan good governance," tuturnya.

Selain itu, tambahnya, "Sekarang khusus wahyu, apakah dia akan berkata jujur ke penyidik KPK? Apakah mau menjadi tumbal? Apakah mengungkapkan keterlibatan Sekjen PDIP?," tukas Najmuddin.

Sementara itu, Komisioner KPU RI, Pramono Ubaid Tantowi, mengatakan memang tidak mudah bagi masyarakat menerima, dan percaya terhadap penyerapan begitu saja, setelah kejadian OTT salah seorang anggota KPU beberapa waktu lalu.

"Namun saya pastikan, kami semua di internal KPU tidak terlibat sedikit pun dengan kasus suap yang menimpa salah satu anggota KPU," katanya ketika menghadiri launching pilkada 2020 di GOR H Agus Salim Padang, Minggu 12 Januari 2020

Dia menjelaskan, partai yang bersangkutan memang berkali-kali meminta agar proses PAW dilakukan. Namun berkali-kali juga KPU tidak mengambulkannya.

"KPU tidak pernah menerima dan mengabulkan proses PAW itu, bahkan OTT-nya terjadi setelah pleno KPU," katanya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kasus ini akan memberikan dampak bagi seluruh KPU yang ada di Indonesia. Namun begitu, KPU akan tetap berkomitmen melaksanakan pemilu 2020 dengan jujur, adil, transparan. []

Berita terkait
Sungai di Sumbar Bakal Dilengkapi Alat Deteksi Dini
Setiap aliran sungai di kabupaten dan kota di Sumatera Barat (Sumbar) akan dipasang Early Warning System (EWS) atau sistem peringatan dini.
Sumbar Rawan Bencana, Anggaran BPBD Malah Dipangkas
Sumatera Barat kerap diterjangan beragam bencana yang hampir setiap tahun terjadi. Namun anggaran BPBD Sumbar 2020 dipangkas sebesar 30 persen.
Warga Padang Meninggal Terseret Ombak di Pariaman
Seorang pengunjung objek wisata tewas terseret ombak saat mandi-mandi di kawasan pantai Gandoriah, Kota Pariaman, Sumatera Barat.
0
Panduan Pelaksanaan Salat Iduladha dan Ibadah Kurban 1443 Hijriah
Panduan bagi masyarakat selenggarakan salat Hari Raya Iduladha dengan memperhatikan protokol kesehatan dan melaksanakan ibadah kurban