Pantai Seribu Pohon Cemara di Rembang

Karang Jahe di Rembang, Jawa Tengah, pantai dengan pesona hamparan pasir putih dan lembut, populer dengan sebutan pantai seribu pohon cemara.
Berjajar tikar pedagang untuk pengunjung yang ingin bersantai di Pantai Karang Jahe. (Foto: Tagar/Rendy Teguh Wibowo)

Rembang - Karang Jahe, pantai dengan pesona hamparan pasir putih dan lembut, populer dengan sebutan pantai seribu pohon cemara, belakangan ini menjadi bahan perbincangan warga Rembang. Bagaimana tidak, pantai yang terletak di Desa Punjulharjo ini berhasil menempati posisi 5 besar pada perlombaan Desa Wisata Nusantara 2019 tingkat nasional.

Rembang memang dikenal sebagai kota yang terletak di daerah pesisir. Tak heran para pelancong yang datang ke Rembang pasti mencari destinasi wisata seputar pantai. Selain hamparan pasir putih yang lembut dan panjang, terdapat juga ribuan pohon cemara menghiasi Pantai Karang Jahe.

Ribuan pohon cemara berderet rapi sepanjang satu kilometer, berbaris menghadap laut, menambah keindahan pantai. Hamparkan tikar di bawah rindangnya pohon cemara. Para penjual makanan dan minuman di warung milik warga setempat, menyediakan tikar yang bisa disewa. Anda dan keluarga atau sahabat bisa duduk bersantai di hamparan tikar, menikmati pemandangan indah sembari menyantap makanan. Momen yang tak akan pernah terlupakan seumur hidup.

Pantai Karang Jahe mudah dijangkau karena posisinya berada di jalur pantura, antara Rembang-Lasem. Dari pusat kota Rembang jaraknya hanya sekitar 7,5 kilometer. Sangat mudah menemukan lokasi Pantai Karang Jahe karena tepat di pinggir jalan pantura terdapat Gapura Desa Punjulharjo di pintu masuk. Setelah itu tinggal belok kiri dan bakal terlihat papan bertuliskan 'Selamat Datang di Objek Wisata Pantai Karang Jahe'.

Sebelum memasuki kawasan pantai, para pengunjung akan disambut beberapa warung makan yang menjajakan menu olahan ikan segar hasil dari tangkapan nelayan setempat. Aroma masakan ikan khas daerah pesisir seolah melambai-lambai menggiring pengunjung mampir sebelum bermain dengan ramahnya ombak pantai dan pasir putih yang lembut.

Pohon cemara ini tumbuh dengan baik, cepat tinggi dan cocok dengan karakter tanah dan cuaca.

Pantai Karang JaheJalan masuk ke area pantai dan wahana permainan air di Karang Jahe. (Foto: Tagar/Rendy Teguh Wibowo)

Meski saat Tagar mengunjungi lokasi tersebut tidak pada hari libur, pengunjung pantai ini ternyata masih lumayan banyak. Mulai dari usia anak-anak hingga dewasa. Lokasinya yang mudah dijangkau dan panorama indah sekitarnya memang membuat Karang Jahe jadi primadona untuk berwisata bersama keluarga maupun sahabat. Apalagi Karang Jahe juga memiliki permukaan landai, sangat cocok untuk bersantai dan memanjakan mata melihat pemandangan laut sambil mendengarkan deburan ombak kecil yang memicu rasa tenang.

Beberapa pengunjung duduk santai sambil minum air kelapa muda bersama keluarganya. Ada juga pasangan muda bemain motor ATV, berkeliling di sekitar pantai.

Saat melintasi warung yang berjejer rapi dekat parkiran motor, para penjual sangat ramah menawarkan dagangannya. Pagi itu tersedia minuman hangat dalam bentuk saset, yaitu kopi dan jahe. Juga ada gorengan hangat yang nampak belum lama diangkat dari penggorengan, disajikan di meja kecil dengan tudung saji.

Adalah Ali Mustofa 33 tahun, warga Desa Punjulharjo, pengelola Pantai Karang Jahe. Ia merawat pantai, mengembangkannya sebagai kawasan wisata sejak 2009. Di tangannya, Pantai Karang Jahe menjadi pembicaraan nasional.

Hari itu Ali Mustofa mengenakan kemeja batik, duduk santai di warung pinggir pantai, menceritakan sejarah awal mula dibukanya Pantai Karang Jahe. 

Sebelum pantai karang jahe dikenal banyak orang seperti ini, dulu hanya sebuah dataran pantai kosong yang terkena bencana abrasi besar-besaran pada 2008. Agar bencana tersebut tidak terus-terusan terjadi, pemuda karang taruna setempat melakukan gerakan penghijauan dengan menanam tanaman bakau. Setelah ditanam, alih-alih bisa menangani masalah abrasi, ternyata tanaman bakau tersebut malah tidak dapat tumbuh.

Pantai Karang JaheAli Mustofa pengelola Pantai Karang Jahe. (Foto: Tagar/Rendy Teguh Wibowo)

"Agar tidak terkena abrasi kita coba penghijauan dengan tanaman bakau seperti yang ada di wilayah pantai yang lain. Namun setelah dicoba hasilnya gagal, dan tidak maksimal," kata Ali dengan pandangan melayang jauh ke belakang. Ia menyesap kopi kemudian melanjutkan cerita.

Pada masa itu ia mengamati Pantai Karang Jahe memiliki karakter tanah yang berbeda dari wilayah pantai lain seperti di lokasi wisata jembatan merah yang terkenal dengan hutan mangrove. Sehingga harus menyesuaikan tanaman yang cocok untuk karakter tanah di Pantai Karang Jahe.

"Jenis pohon yang kami tanam tidak sesuai dengan karakter tanah. Dulu yang kami coba jenis mangrove, avicennia, rhizophora, gagal karena tanaman tersebut cocoknya untuk karakter tanah yang berlumpur, sedangkan Pantai Karang Jahe berpasir," tutur Ali.

Meskipun hasil nihil, mereka tetap terus mencoba menghijaukan Pantai Karang Jahe dari tahun ke tahun. Hingga pada akhirnya pria berkumis tipis itu berhasil menemukan tanaman yang sesuai dengan karakter pantai pada 2011.

"Kami menemukan pohon cemara. Difasilitasi Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Rembang dan Kodim Rembang bekerja sama dengan pemerintah desa, pemuda karang taruna menjadi garda depan dalam penanaman bibit pohon cemara," kenangnya.

Selain melakukan penanaman, para pemuda karang taruna Desa Punjulharjo juga melakukan perawatan bibit cemara yang telah ditanam. Kemudian Pengembangan pengayaan tanaman cemara di lokasi pantai menjadi target mereka selanjutnya. "Akhirnya pada 2011-2012 pohon cemara ini tumbuh dengan baik, cepat tinggi dan cocok dengan karakter tanah dan cuaca."

Dengan kesuksesan para pemuda karang taruna dalam melakukan penghijauan di sepanjang pantai, sebuah penghargaan diberikan oleh pemerintah daerah. Barulah pada 2013, wisata Pantai Karang Jahe dibuka secara resmi untuk umum. Pada 2015 pengelolaan yang awalnya dilakukan pemuda karang taruna, berpindah pengelolaannya menjadi tingkat desa atau disebut BUMDes Abimantrana.

Pantai Karang JahePengunjung bermain motor ATV di Pantai Karang Jahe. (Foto: Tagar/Rendy Teguh Wibowo)

Tidak berhenti sampai di situ, dari tahun ke tahun pengelola bidang unit usaha BUMDes Abimantrana bertugas meramaikan tempat wisata milik desanya. Mereka harus mengundang daya tarik wisatawan agar mau berkunjung. "Kami menggelar berbagai event mulai dari tingkat desa sampai kabupaten. Acaranya ada musik, perlombaan egrang, balap teklek, dan lain sebagainya."

Saat disinggung keluh kesahnya dalam perjuangan membangun destinasi wisata, pria berkulit eksotis itu menjawab dengan nada rendah sambil menghela napas seakan telah banyak masalah yang dilaluinya. Ia mengatakan terkait program wisata sangat kompleks permasalahannya, yang pertama mengenai persepsi masyarakat terkait adanya wisata ini. Masyarakat zaman dulu hanya berpikir lahan desa dimanfaatkan untuk tambak karena rata-rata penduduk desa berprofesi sebagai petani tambak.

Ali mengubah pola pikir warga desa. Lahan wisata pantai yang dulu sempit karena sudah mentok dengan tambak warga, akhirnya pihak warga merelakan lahan tambaknya untuk perluasan lahan wisata Pantai Karang Jahe dengan sistem bagi hasil.

"Adanya pro kontra itu biasa jelas, karena untuk mengubah mindset masyarakat itu cukup susah, namun secara pelan-pelan hingga saat ini perubahan mindset berhasil," katanya.

Saat ini pengelola Pantai Karang Jahe sudah memiliki 117 kios untuk pedagang, yang semula hanya berjumlah 5 kios. Pengembangan merupakan hasil swadaya masyarakat. Kios pedagang sengaja disediakan pengelola agar bisa dimanfaatkan oleh para warga Desa Punjulharjo guna pemberdayaan masyarakat.

Pada hari biasa Pantai Karang Jahe dikunjungi rata-rata 500 hingga 1.000 wisatawan. Memasuki hari libur, jumlah pengunjung umumnya naik 10 kali lipat mencapai 5.000 hingga 10.000 wisatawan. Perputaran uang rata-rata Rp 500 juta per bulan. Meskipun demikian, Ali tidak berpuas diri, ke depan ia akan menambah beberapa wahana permainan untuk menarik lebih banyak wisatawan.

"Terkait pengembangan ke depan sesuai master plan, penataan lokasi dan infrastrukturnya, dan nanti kalau sudah tertata pasti ada penambahan-penambahan wahana yang menarik." []

Baca juga cerita lain:

Berita terkait
Tisu Eceng Gondok Pelajar Makassar Terbang ke Korea
Tiga pelajar Makassar membuat inovasi tisu berbahan eceng gondok. Inovasinya ini akan dilombakan bertaraf internasional di Korea.
Cantiknya Bunga di Taman Mini Showfarm Bantaeng
Taman Mini Showfarm Bantaeng, Sulsel, menyajikan pemandangan cantik. Beragam bunga tumbuh di sana, menjadi tempat yang nyaman melepas penat.
Wisata Jakarta dengan LRT
Sudut-sudut Jakarta terasa sangat berbeda dilihat dari dalam LRT saat melesat di ketinggian. LRT adalah cara baru menikmati wisata Jakarta.
0
Parlemen Eropa Kabulkan Status Kandidat Anggota UE kepada Ukraina
Dalam pemungutan suara Parlemen Eropa memberikan suara yang melimpah untuk mengabulkan status kandidat anggota Uni Eropa kepada Ukraina