Tisu Eceng Gondok Pelajar Makassar Terbang ke Korea

Tiga pelajar Makassar membuat inovasi tisu berbahan eceng gondok. Inovasinya ini akan dilombakan bertaraf internasional di Korea.
Nurnabilla memegang eceng gondok yang akan diubah jadi tisu di dalam lab labolatiorum sekolah Athira. (Foto: Tagar/Aan Febriansyah)

Makassar - Tepat pukul 9.30 lonceng di Sekolah Islam Athira Kajaolalido, Kamis 5 Desember berdering. Itu tandanya siswa yang sementara mengikuti ujian penilian akhir semester keluar dari ruangan karena waktu ujian telah habis.

Tagar mengunjungi sekolah ini. Bertemu dengan tiga orang pelajar yang memiliki inovasi mengubah tanaman gulma eceng gondok atau dalam bahasa Latin bernama Eichhornia crassipes, menjadi tisu yang surupa dengan apa yang ada di pasaran.

Tagar sekitar lima menit menunggu kedatangan tiga pelajar ini. Sambil menunggu Tagar berbincang- bincang dengan kepala sekolah dan juga seorang staf humas. Tidak lama setelah itu datanglah tiga pelajar itu. Ketiganya adalah Nurnabilla Syfadewi Attaya, St. Rahma Rahim, dan Nawwarah Liyana Zafira Aminanti.

Ketiga merupakan pelajar kelas XI di sekolah itu. Tidak lupa salah guru, Juwarni namanya, ikut mendampingi ketiga pelajar inovatif itu. Kebetulan, Juwarni juga pendamping ketiganya.

Obrolan ringan dimulai. Diawali oleh Nurnabilla Syfadewi Attaya, yang menceritakan ide awal mengubah eceng gondok menjadi tisu. Ide itu dirumuskan bertiga. Mereka melihat penggunaan tisu hampir sama dengan penggunaan kertas biasa.

"Selain itu, orang- orang tidak sadar kalau tisu itu dihasilkan dari menebang pohon, kalau pohon terus ditebang maka akan berdampak negatif bagi lingkungan," begitu katanya.

Akhirnya ketiga anak didik ini mencari-cari bahan apa yang bisa menggantikan pohon sebagai bahan utama pembuat tisu. "Maka kami temukan eceng gondok," ujar pemilik akun Instagram @nabillaasyfa.

Gadis kelahiran Surabaya itu menambahkan, dengan menggunakan eceng gondok juga tidak merusak lingkungan. Ekosistem alam tetap terjaga, berbeda dengan menebang pohon. Bahkan eceng gondok sebenarnya menandakan lingkungan tempatnya bertumbuh banyak polusi.

Menurut dia, eceng gondok itu tumbuhnya cepat dan juga pengambilannya mudah. Selain itu, untuk mengembangbiakkan eceng gondok tidak perlu lahan yang luas. "Bahkan di ember pun eceng gondok bisa tetap hidup," ujar gadis yang duduk di kelas XI MIPA 1 itu.

Anak didik lainnya, Rahma Rahim mengatakan keputusan untuk menjadikan eceng gondok sebagai bahan dasar pembuatan tisu setelah membaca beberapa literatur. Di dalam literatur itu ada yang menyebutkan ada kandungan serat selulosa, sebagai serat yang baik untuk diaplikasikan dalam berbagai bidang.

oven ecengProses mengoven eceng gondok untuk mendapatkan serat yang akan diubah menjadi tisu. (Foto: Tagar/Aan Febriansyah)

Kebetulan eceng gondok di wilayah perkotaan sering menjadi keluhan. Salah satunya karena menghambat perairan. Artinya dengan penggunaaan eceng gondok sebagai bahan baku pembuatan tisu, ikut membantu menguragi keluhan masyarakat. 

"Di perkotaan eceng gondok ini menjadi salah satu tanaman yang banyak dikeluhkan masyarakat karena menghambat perairan," ujar gadis berkacamata pemilik akun Instagram @rahmarahim_.

Semua Eceng Gondok Bisa Digunakan

Nurnabilla kembali bercerita. Untuk membuat tisu yang kualitasnya seperti tisu yang beredar di pasaran, ada caranya. Ia menyebut semakin tua atau semakin besar eceng gondok, seratnya semakin banyak. Kalau serat semakin banyak kualitas tisu yang dihasilkan juga lebih baik lagi.

Dia mengatakan sebenarnya tidak ada kualifikasi eceng gondok yang digunakan. Meskipun masih kecil eceng gondok tetap bisa digunakan. Tapi kalau masih muda, seratnya juga masih sedikit. "Jadinya kalau eceng gondoknya muda kita butuh lebih banyak dibanding yang sudah besar atau tua,” ujar dia.

Selain itu, untuk cara pengambilan eceng gondok yang akan dikelolah menjadi sebuah tisu tidak ada cara khusus untuk mengambil. Sisa mencabut eceng gondok dari sungai, dibersihkan lalu dipotong-potong kecil. “Pengambilan tidak ada masalah, semuanya mudah dilakukan," ungkapnya.

Apalagi, kata dia, seperti di dekat rumahnya di kawasan perumahan Bumi Tamalanrea Permai (BTP) eceng gondok bahkan tumbuh di saluran got milik warga. "Jadi sangat gampang untuk mengambilnya,” ungkapnya.

Rahma menambahkan, untuk melihat banyak tidaknya serat dalam batang eceng gondok bisa lakukan dengan cara membelahnya terlebih dahulu. Setelah dibelah pasti akan terlihat jelas serat dari batang eceng gondok itu. 

“Untuk membuat 10 lebar tisu dengan 50 x 60 centimeter, kita hanya memerlukan sebanyak 20 gram serat eceng gondok,” ujar dia.

Membuat Tisu Hanya dengan Alat Sederhana

Rahma, gadis yang hobi bermain game Player Unknown's Battlegrounds atau PUBG ini mengatakan, untuk membuat tisu dari bahan dasar eceng gondok, tidak perlu alat canggih. Ia mengatakan alat yang digunakan seperti alat yang terdapat di dalam laboratorium ditambah dengan screen yang biasa digunakan untuk menyablon baju.

Menurut dia, semua alat yang digunakan saat ini sangat sederhana. "Gelas kimia, oven, screen sablon. Itu saja, tapi kalau ingin dibuat dalam jumlah yang lebih banyak bisa menggunakan alat yang canggih,” tuturnya.

Gadis yang pernah ingin menjadi antropolog di masa kecilnya ini mengatakan selain alat sederhana dan mudah didapat, bahan-bahan tambahan untuk membuat tisu selain eceng gondok juga mudah didapat di toko-toko kimia. “Kita hanya butuh tambahan seperti tapioka, bleaching,” jelasnya.

eceng gondokSalah satu pelajar memperlihatkan serat dalam eceng gondok yang telah dibelah saat melakukan praktik di dalam labolatorium sekolahnya. (Foto: Tagar/Aan Febriansyah)

Sementara itu, Nawwarah Liyana Zafira Aminanti mengatakan dalam hal membuat tisu, tidak butuh waktu yang lama untuk mendapatkan kualitas tisu yang baik. Ia memperkirakan hanya butuh waktu delapan hingga sembilan jam untuk menjadi tisu yang bisa langsung digunakan.

Memang dulu awal-awalnya penelitian, masih menghabiskan waktu selama sepekan untuk bisa mendapatkan kualitas tisu seperti yang diinginkan. "Tapi pada dasarnya jika sudah mendapat formulasi yang tepat, sehari saja bisa langsung jadi tisunya,” jelas gadis yang akrab disapa Liyana itu.

Liyana yang bercita-cita jadi psikolog ini menyebutkan, tisu yang dibuat dari bahan eceng gondok bersama teman-temannya bisa juga diberi warna dan pengharum sesuai dengan keinginan.

“Kalau bau dasar dari tisu yang kami buat akan berasa seperti minyak kelapa, karena kita membuatnya dengan menambahkan virgin coconut oil. Tapi bisa sebenarnya menggunakan beragam aroma,” ujarnya.

Tisu Eceng Gondok Terbang ke Korea

Berkat inovasi yang dilakukan oleh ketiga pelajar yang masih belia ini, menjadi juara dua dalam ajang National Science Innovation Expo 2019 yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Sains Fisika UIN Sunan Gunung Djati di Bandung itu. Berkat prestasi ini maka pada 2020 mendatang akan memperlombakan inovasinya ini di Korea Selatan.

Guru pendamping Juwarni yang setia mendampingi selama perlombaan di Bandung, mengatakan untuk pemenang dalam kompetisi itu, yang juara satu akan memperlombakan inovasinya di Turki. "Sementara yang juara dua berangkat ke Korea Selatan, juara tiga akan berlomba di Malaysia,” ungkapnya.

Rahma berharap di Korea nanti, inovasinya dapat memberi contoh dalam pembuatan tisu berbahan eceng gondok. "Kita bertiga berharap saat bertanding di Korea Selatan nanti, respon dari orang di sana saat melihat inovasi ini bisa menjadikan sebagai contoh. Tentu kita berharap bisa menjadi juara lagi dalam kompetisi itu,” ungkapnya.

Rahma juga berharap, dengan ikut serta timnya dalam kompitisi internasional, semakin banyak masyarakat yang bisa peduli dengan lingkungan, utamanya dengan memanfaatkan tumbuhan-tumbuhan yang dianggap menggangu untuk menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Dia mengatakan, jika warga sudah banyak yang sadar betapa bergunanya eceng gondok ini, di masa mendatang mungkin sungai yang penuh dengan eceng gondok akan menjadi rebutan. "Orang-orang khususnya mengkapling eceng gondok untuk dimanfaatkan,” kata dia.

eceng prestasiTiga pelajar Makassar ini berpose dengan menunjukkan piagam penghargaanya. (Foto: Tagar/Aan Febriansyah)

Sementara itu, setelah inovasi eceng gondok menjadi tisu ini, ketiga orang ini berencana akan berinovasi lagi. Inovasinya tidak jauh-jauh dengan bahan dasar eceng gondok juga. “Setelah ini kita ingin mengubah eceng gondok menjadi kertas yang biasa digunakan untuk menulis. Semoga inovasi itu juga bisa melihat saat dijadikan tisu sudah bisa berhasil,” kata Nurnabilla.

Daftar Inovasi ke HKI

Jumarni mengatakan sejauh ini tisu yang diberi nama EICHRACIAL-T sementara mengurus hak kekayaan intelektual (HKI). Langkah ini dilakukan agar inovasi yang dilakukan oleh pelajar ini tidak dicaplok oleh orang lain.

“Saat ini kita sudah melakukan pendaftaran HKI lewat perwakilan yang ada di Universitas Hasanuddin. Kami juga berharap dengan adanya langkah ini, hak cipta inovasi ini dipegang oleh ketiga pelajar ini,” ujar sarjana pendidikan itu.

Jumarni juga menyebut, pendaftaran HKI ini juga didorong oleh orang tuas siswa yang peduli dengan inovasi pelajar. “Mereka juga menyarankan kami untuk melakukan audiensi kepada gubernur dan pejabat yang terkait agar inovasi pelajar ini bisa dikenal lebih lagi,” jelasnya.

Semoga inovasi yang dilakukan pelajar Makassar ini bisa diikuti oleh pelajar yang lain, khususnya inovasi yang lebih ramah lingkungan. []

Baca Juga:

Berita terkait
PUPR Raih Penghargaan Kategori Informatif dan Inovatif
Kementerian PUPR menerima penghargaan Manajemen Informasi Arus Mudik 2019 kategori Informatif dan Inovatif.
Mahasiswa UGM Ciptakan Inovasi Rumah Tahan Gempa
Mahasiswa D3 Teknik Sipil UGM punya inovasi nyleneh untuk memperkuat bangunan rumah tahan gempa.
Kaesang Pangarep Ajak Milenial Pintar Berinovasi
Putra bungsu Jokowi Kaesang Pangarep mengajak milenial berinovasi dalam mengembangkan usaha bisnis.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.