Pacarku Membunuhku Saat Mengandung Anaknya

Kematian Asmaul Husna yang menggemparkan Kota Makassar, menyimpan banyak cerita. Dia meninggalkan petanda buruk jelang dibunuh sang kekasih.
Rumah tempat Asmaul Husan ditemukan bersimbah darah di Perumahan Citra, Jalan Tamangapa, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, Sulsel. (Foto: Tagar/Lodi Aprianto)

Makassar - Sabtu 14 Desember 2019, hari paling kelam dalam sejarah hidup Satriani. Keinginannya berjumpa kerabat bernama Asmaul Husna, berakhir tangis dan air mata.

Sepulang dari Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel), siang itu, perempuan 27 tahun ini bergegas menyambangi rumah Asmaul Husna. Perasaannya sedikit tak enak melihat rumah yang ditempati rekannya sepi dan tidak seperti biasa.

Saya lihat Husna mukanya tertutup bantal dan ada banyak darah sekitar Husna.

Saat membuka pintu, kecurigaan mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar itu kian memuncak menyaksikan berantakannya isi rumah. Dengan penasaraan, Satriani mencari kerabatnya ke dalam kamar.

Matanya terbelalak ketika baru saja berada di pintu kamar. Satriani melihat tubuh Husna tergeletak di atas kasur dengan wajah tertutup bantal. Darahnya bercecer disepanjang kamar, menandakana Husna mati dalam keadaan tidak wajar.

"Pas saya masuk, saya lihat Husna mukanya tertutup bantal dan ada banyak darah sekitar Husna. Saya bangunkan tetangga kamar," kata Satriani menceritakan awal penemuan jasad Husna.

PuisiBait-bait puisi Asmaul Husna yang viral di media sosial (medsos). (Foto: Tagar/Lodi Aprianto)

Ya, tragedi menggemparkan Kota Makassar itu melenyapkan nyawa Asmaul Husna. Seorang gadis 24 tahun yang tercatat sebagai warga Kabupaten Soppeng dan mahasiswi semester akhir di jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM).

Gadis yang akrap disapa Uus itu meninggal dunia dalam kondisi sangat mengenaskan. Lehernya penuh luka akibat digorok pisau dapur serta wajah ditutupi bantal. Pilunya lagi, Uus dikabarkan tiada ketika tengah mengandung empat bulan.

Mayat Husna ditemukan dalam kamar salah satu rumah di Kompleks Perumahan Citra, Jalan Tamangapa, Kecamatan Manggala, Kota Makassar. Kerabatnya Satriani yang mendapati jasad Husna pertama kali langsung melaporkan kejadian tersebut kepada pihak RT setempat setempat hingga diteruskan ke polisi.

Pembunuh Diringkus

Usai mendapat laporan, jajaran Polsek Manggala bergerak ke lokasi kejadian dan mengamankan kawasan rumah tempat penemuan Husna dengan memasang garis polisi agar tidak dimasuki orang lain.

Terduga pelaku ini datang juga ke TKP dan setelah kami dapat informasi dia adalah teman dekat korban, kami langsung amankan.

Selain itu, Polsek Manggala juga berkoordinasi dengan Tim Inafis Polrestabes Makassar dan tim Forensik Biddokkes Polda Sulsel untuk melakukan identifikasi terhadap jenazah Husna. Hasil pemeriksaan awal, jasad mahasiswi ini memang korban pembunuhan karena dilehernya ditemukan luka sabetan senjata tajam.

"Korban mengalami luka sabetan senjata tajam di leher. Dia diduga dibunuh," kata Kasat Reskrim Polrestabes Makassar, AKBP Indratmoko.

Usut punya usut, pembunuh Husna ternyata kekasihnya sendiri, Ridhoyatul Khair, 21 tahun. Lelaki yang juga tercatat sebagai mahasiswa aktif di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM).

Hal itu terungkap ketika Ridhoyatul Khair datang melayat kondisi Husna. Seperti tak bersalah, dia pun ikut menampakkan wujud sedih seperti orang-orang datang melihat jasad kekasihnya.

Sayangnya, polisi gagal tertipu dengan gerak-gerik Ridhoyatul yang mencurigakan. Alhasil, petugas mencium kedekatannya hubungannya dengan almarhumah Asmaul Husna.

"Terduga pelaku ini datang juga ke TKP dan setelah kami dapat informasi dia adalah teman dekat korban, kami langsung amankan sementara dan diinterogasi. Hasilnya, dialah yang melakukan pembunuhan itu," katanya.

Pelaku mengakui dirinya menghabisi nyawa kekasihnya dengan menggunakan bantal dan pisau dapur pada Jumat 13 Desember 2019, sekitar pukul 15.30 Wita. Usai menghabisi nyawa Husna, pelaku langsung kabur meninggalkan sang kekasih dalam gelimangan darah.

"Hari jumat, sekitar jam 3 sore pelaku datang ke rumah korban. Dia dan korban berbincang-bincang di teras, setelah itu korban masuk dalam kamar dan memanggil si pelaku masuk ke dalam kamar. Di dalam kamar sempat ada cekcok sekitar lima menit, kemudian terjadilah pembunuhan itu," katanya.

Pelaku mula-mula membekap wajah dan mulut korban dengan bantal. Setelah itu, dengan tega dia mengiris leher Husna dengan pisau dapur.

"Selama kurang lebih 15 menit dibekap. Tapi karena melihat korban masih hidup tangannya masih bergerak, dia (pelaku) masuk ke dalam dapur dan mengambil pisau dapur dan kembali ke kamar dan menghabis nyawa korban dengan menggunakan pisau, jadi satu tangan mengiris satu tangan digunakan menutup dengan bantal" katanya.

Hamil 4 Bulan

Ridhoyatul Khaer mengaku nekat membunuh karena didesak bertanggung jawab atas mengandungnya Husna. Kekasihnya itu mengancam akan segera melaporkan kehamilan itu kepada orang tuanya.

Saya ambil pisau di dapur, saya tidak tusuk tapi saya tekan lalu saya tarik di leher sebelah kiri pakai tangan sebelah kanan.

"Awalnya saya bicarakan baik-baik dulu. (Saya tanyakan) sudah berapa bulan kehamilannya. Sudah itu dia bilang empat bulan. (Saya katakan) pulang saya baru tanya ke orang tua. Tapi dia mau tanya sekarang," kata Ridho kepada polisi.

Ridho mengaku telah berusaha meminta agar Husna sedikit sabar untuk tidak tergesa memberitahu orang tua. Namun kekasihnya itu tetap mengancam akan memberitahukan kehamilannya itu kepada orang tuanya. Tersulut amarah, Ridho pun emosi dan sempat mengancam akan membunuh Husna.

Namun Husna tidak menghiraukan ancaman itu. Dia tetap ngotot untuk segera memberitahukan hal itu kepada orang tua Ridho lalu langsung masuk ke dalam kamar.

"Dia masuk ke kamar ambil HP-nya baru menelepon. Terus saya ambil HP-nya. (Saya tanya dia) kalau kau tanya sekarang ada dua kemungkinan, kalau bukan saya mati, kau yang mati," cerita Ridho.

Husna terus getol dan tidak menghiraukan ancaman kekasihnya. Seketika itu Ridho gelap mata dan pikirannya pun hanya satu, yakni membunuh pujaan hatinya tersebut.

"Dia bilang kalau begitu, bunuh saja saya. (Saat itu) dia tetap baring, langsung saya tutup pakai bantal. Sudah itu 15 menit saya lihat masih goyang, saya ambil pisau di dapur, saya tidak tusuk tapi saya tekan lalu saya tarik di leher sebelah kiri pakai tangan sebelah kanan saya," katanya.

Melihat kekasih yang telah bersamanya sejak Maret 2019 terkapar bersimbah darah, Ridho pun meninggalkan rumah tersebut lalu kabur. Untuk menghilangkan jejak, Ridho membuang pisau dapur yang digunakan membunuh Husna di saluran drainase yang tak jauh dari tempat kejadian.

Puisi dan Lukisan Terakhir Asmaul Husna

Dibalik meninggalnya Asmaul Husna, tercecer petanda bahwa malaikat maut segera menghampirinya. Dia sempat menulis puisi untuk sang ibu jelang nyawanya dihabisi Ridho.

LukisanLukisan wanita bersedih yang digambar Husna sebelum meninggal dalam keadaan tragis. (Foto: Tagar/Lodi Aprianto)

Dalam puisi itu, Husna sepertinya melakukan kesalahan besar dan mengalami pertentangan batin. Puisi itu seakan menggambarkan Husna sudah berfirasat akan segera meninggalkan dunia dengan cara sadis. Dia menulis "haruskah anak ibu meninggalkan dunia dengan cara paling tragis atau hidup di dunia dengan cara paling tragis pula".

Puisi tersebut lantas viral di media sosial. Berikut bait-bait puisi yang ditulis HUsna sebelum dibunuh:

Anak Ibu sedang menahan tangis;

Katanya karma sedang berjalan menuju ke arahnya, katanya karma akan segera menjemputnya.

Anak ibu Ialu menangis;

Tangisannya pelan tak terdengar dibalik pintu toilet karena sedang menggigit bibir bawahnya agar suaranya tangisannya tak pecah hingga akan muncul desas desus tanya para penggibah.

Tangisnya tak terdengar karena disamarkan oleh suara air yang keluar dengan patuhnya dari mulut bapak keran di toilet.

Anak ibu Ialu diam;

Pikirannya penuh dengan kesalahan dan cara menempuh penebusan.

Haruskah anak ibu meninggalkan dunia dengan cara paling tragis atau hidup di dunia dengan cara paling tragis pula.

Anak ibu kemudian tertidur;

Terpejam dengan mata sembab, tubuh dingin dipeluk angin malam tak ada yang peduli.

Sebab ibu jauh di sana dan tak tahu apa-apa tentang anaknya ini.

Selain puisi, Husna juga sempat mengikuti lomba menggambar. Ia menggambar sosok perempuan yang sangat tersiksa. Dan ternyata Husna melukis dengan menggambarkan horor terkait dirinya sendiri.

Perempuan yang digambar mahasiswi UIN Alauddin Makassar saat itu mengenakan hijab. Wajahnya terlihat sangat sedih dengan berurai air mata. Selain itu, dalam lukisan itu juga nampak keadaan kedua tangannya sedang terborgol.

Tepat di bagian lehernya lukisan, ada gunting yang menodong dan itu dipegang oleh seorang lelaki (bergambar kecil). Belakangan dan setelah kematian Husna, ternyata rekan dan para dosennya baru sadar bahwa perempuan yang digambar Husna itu ternyata dirinya sendiri.

Di sisi lain, setelah dilakukan proses pemeriksaan di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar, jasad Asmaul Husna langsung dibawa ke rumah duka di kampung Mario Indah, Kelurahan T Rarae, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, Sulsel pada Minggu 15 Desember 2019.

Isak tangis pun pecah ketika jenazah Husna diantar ke peristirahatan terakhir. Puluhan rekan mahasiswa almarhumah, serta keluarga dan masyarakat ikut mengantar gadis itu ke pemakaman.

Ayah Husna, Makka Canning mengaku baru mengetahui kematian putrinya dari keluarga kemarin (Sabtu). Sebab dirinya sedang berada di Palu. Dia berharap pelaku di hukum seberat-beratnya.

"Kalau perlu pelaku di hukum seumur hidup," pinta ayah Husna.

Untuk diketahui, almarhumah Asmaul Husna selama ini tinggal bersama neneknya di Soppeng, kampung Mario Indah. Sementara itu, kedua orang tua beserta kakaknya sedang bekerja di Palu, Sulawesi Tengah. []

Berita terkait
Tisu Eceng Gondok Pelajar Makassar Terbang ke Korea
Tiga pelajar Makassar membuat inovasi tisu berbahan eceng gondok. Inovasinya ini akan dilombakan bertaraf internasional di Korea.
Makna Kehilangan dalam Lukisan Arya di Bali
Setiap kita memiliki pengalaman berbeda dalam menghadapi persoalan yang datang. Demikian pula dengan Arya yang terpantul dalam lukisannya di Bali.
Kisah Berdarah Kuburan Belanda di Bantaeng
Kisah berdarah kuburan Balandayya di Bantaeng ini sering diceritakan mereka yang kesurupan dirasuki arwah tentara Belanda yang bunuh diri.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.