Lebak - Warga Desa Nameng, Kecamatan Rangkabitung, Kabupaten Lebak, Banten, mengeluhkan aktivitas pabrik pengolahan mebel setempat. Selain mencemari lingkungan, pabrik PT SL Furnuture juga menimbulkan suara berisik.
Badrudin 40 tahun, warga Cikamal, Nameng mengatakan suara berisik dari pabrik sering menggangu pendengaran warga. Tak jauh dari pabrik ada sekolah agama dan Majelis Ridhatul Ibtida.
“Aduh Mas, kalau kami lagi mengaji dan salat suka ke ganggu, kebetulan di deket pabrik ada sekolah agama dan pengajian. Suaranya sudah tidak terdengar, harus menggunakan pengeras suara," kata dia saat ditemui Tagar, Rabu, 11 Desember 2019.
Limbah dari pengolahan kayu jadi mebel berupa serbuk kayu juga dibuang di lahan di kawasan pemukiman warga. Limbah tersebut kerap beterbangan ke udara sehingga menggangu kesehatan warga.
“Pernah ada warga yang terkena sesak napas karena dampak dari limbah itu. Kalau bisa ada kompensasi dan blowernya dipindahkan ke tempat lain sehingga tak mengganggu warga sekitar," kata dia.
Pantauan Tagar, Mesin pipa besi dan pipa paralon pembuangan limbah perusahaan terlihat mengarah ke area pemukiman warga. Puluhan tanaman pisang layu akibat terkena buangan limbah yang dibuang ke lahan warga.
Aduh Mas, kalau kami lagi mengaji dan salat suka ke ganggu, kebetulan di deket pabrik ada sekolah agama dan pengajian.
Barudin mengaku sering mengeluhkan kondisi tersebut ke perusahaan. Namun tidak ada perubahan atas kondisi lingkungan warga.
“Saya sudah sering mengadu tapi tidak ditanggapi. Palingan perusahaan kasih dana lingkungan per tahun, Rp 30 ribu setahun untuk per keluarga,” ujar dia.
Hal sama diungkapkan warga lain, Rajiman 42 tahun. Pria tersebut juga mengaku sangat terganggu dengan aktivitas pabrik lantaran limbahnya dibuang ke pemukiman warga.
Banyak tanaman warga jadi mati. Debu dari serbuk kayu juga mengganggu kesehatan kulit. “Banyak warga di sini kalau melintasi pabrik suka gatal-gatal pada kulit,” ujar dia.
Rajiman berharap perusahaan bisa lebih bijak dalam mengelola usahanya agar tak mengganggu warga sekitar. “Kami tak mempermasalahan berdirinya perusahaan, tapi kalau bisa perusahaan juga pengertian. Kami kalau ada yang mengarahkan untuk demo, kami demo,” ujarnya.
Ditambahkan Rajiman, lingkungan yang terdampak pabrik SL Furnuture dihuni sekitar 180 kepala keluarga. Tersebar dua kampung yang terdiri empat rukun tetangga
Pejabat Sementara Lurah Nameng Yayan membenarkan warga sering mengadukan keluhan aktivitas pabrik ke pihaknya. Namun ia tak bisa berbuat banyak untuk memberikan solusi kepada warganya.
“Soalnya saya baru pejabat sementara, terus ya hanya bisa menyampaikan ke perusahaan. Tapi tak ditanggapi," tutur dia. []
Baca juga:
- Di Aceh, Aktivitas Harus Berhenti 10 Menit Sebelum Azan
- Tingkat Konsumsi Ikan Masyarakat Lebak Masih Rendah
Lihat foto: