Untuk Indonesia

Opini: Makin Banyak Keterampilan, Makin Luwes Ganti Kerja

Survei J-PAL Southeast Asia: Kartu Prakerja berhasil menambah peluang mendapatkan pekerjaan baru, dan juga meningkatkan peluang memiliki usaha.
Ilustrasi pendaftaran prakerja. (Foto: Tagar/Shutterstock)

Oleh: Kurniasih Suditomo, Direktur Kemitraan, Komunikasi dan Pengembangan Ekosistem, Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja 

Sejatinya peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup angkatan kerja menjadi tuntutan yang ramai disuarakan tiap bulan Mei di seluruh dunia. Perjuangan kolektif melalui serikat pekerja juga disertai dengan upaya peningkatan keterampilan melalui pelatihan kerja. Tapi faktanya hanya 1 dari 10 pekerja mengaku pernah mendapat pelatihan bersertifikat, menurut data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2019.

Di sisi lain, tren umur perusahaan besar di dunia semakin lama semakin pendek. Menurut studi Biro Statistik Pekerja Amerika Serikat, mereka yang lahir antara 1946-1964 berganti pekerjaan rata-rata sebanyak 12 kali. Namun generasi milenial, yang lahir antara 1981-1986, bisa berganti pekerjaan antara 12-15 kali sepanjang usianya. Bayangkan jika anak atau keponakan anda, atau anda sendiri, tak punya keterampilan yang cukup untuk bersaing di dunia kerja, bisa jadi ruang gerak pindah kerja akan terbatas.

Dan, jika perusahaan yang formal saja kurang berinvestasi melatih pekerja, bagaimana dengan para pekerja informal? Padahal, mayoritas pekerja Indonesia ada di sektor informal, berjumlah sekitar 80 juta, dari total 143.7 juta jiwa angkatan kerja, berdasarkan Sakernas 2022. Dari jumlah itu hanya sebanyak 55 juta bekerja di sektor formal. Mereka yang menganggur tercatat 8.4 juta orang.

Ketika Ponsel Jadi “Kail” Abad 21

Dengan perkembangan teknologi digital, kini negara bisa hadir untuk para angkatan kerja melalui telepon seluler (ponsel). Pada 2021, sudah 65% rata-rata orang Indonesia punya ponsel. Dengan bermodalkan ponsel dan pulsa internet, masyarakat bisa belajar keterampilan dengan lebih leluasa. 

Salah satu dari angkatan kerja Indonesia tersebut adalah Makhinun Amin asal Cirebon, Jawa Barat. Pria 32 tahun ini mantan montir yang menganggur karena bengkelnya tutup. Namun Amin lantas mendaftar program Kartu Prakerja di http://prakerja.go.id, lolos seleksi dan ambil pelatihan membuat kue keju pada 2022 lalu. 


Hasil survei J-PAL Southeast Asia pada awal 2022 menyebutkan bahwa Kartu Prakerja berhasil menambah peluang mendapatkan pekerjaan baru, dan juga meningkatkan peluang memiliki usaha.


Dengan ilmu baru itu, Amin semangat belok profesi dengan membuka usaha kuliner dan kini mengantongi pendapatan sampai Rp10 juta sebulan, lebih tinggi dari upah montir sebelumnya.

Seperti halnya Amin, Kartu Prakerja dapat diikuti peserta berusia 18-64 tahun dengan mendaftar online. Jika lolos seleksi, mereka punya kesempatan mengikuti beragam kategori pilihan kelas pelatihan yang tersedia. Moda pembelajaran yang ada saat ini adalah kelas online webinar dan kelas offline di ruang kelas. 

Baik kelas online dan offline, para peserta seperti Amin diajak bergabung dalam komunitas lanjutan agar terus saling belajar. Rangkaian proses ini berkontribusi positif terhadap peserta. 

Terbukti, hasil survei J-PAL Southeast Asia pada awal 2022 menyebutkan bahwa Kartu Prakerja berhasil menambah peluang mendapatkan pekerjaan baru, dan juga meningkatkan peluang memiliki usaha. Survei terhadap lebih dari 47 ribu sampel ini juga mendapati Kartu Prakerja berhasil meningkatkan 10% pendapatan per bulan yang rata-rata sebesar Rp 122 ribu untuk peserta.

Dari perspektif pengembangan kapasitas sumber daya manusia, Kartu Prakerja adalah beasiswa di mana peserta mendapat akses pembelajaran dengan pembiayaan negara dan mendapat dukungan transportasi dan pulsa (Bahasa Inggris: stipend) dengan harapan peserta mengikuti program sampai selesai. 

Program janji kampanye Presiden Joko Widodo ini berlangsung secara masif senusantara dan menjawab tantangan geografis Indonesia terhadap pemerataan akses pelatihan berkualitas. Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan target Kartu Prakerja pada tahun 2023 mencapai 1 juta peserta.

Kini memasuki tahun keempat pelaksanaan program, Kartu Prakerja dituntut untuk semakin mendekatkan diri dengan konsep link and match dengan kebutuhan industri. Namun hal ini tidak lantas mengorbankan prinsip fleksibilitas program bagi angkatan kerja yang menjadi sasaran utamanya.

Mereka bebas mengambil kelas pelatihan sesuai dengan minat dan peluang ekonomi yang ada di sekitarnya. Dan dengan membiasakan diri untuk belajar jarak jauh, pekerja mendapat “kail” untuk digunakan berkali lipat kemudian, menjadi pembelajar digital abad 21. Kebebasan dalam menentukan nasib ini menjadi bagian dari perbaikan kualitas hidup dan peningkatan pendapatan untuk masa depan kolektif angkatan kerja yang lebih sejahtera. []

Berita terkait
Kartu Prakerja Jadi Inspirasi buat Negara ASEAN: NSPC Kamboja Studi Banding ke Jakarta
Panduan bagi masyarakat selenggarakan salat Hari Raya Iduladha dengan memperhatikan protokol kesehatan dan melaksanakan ibadah kurban
Pemerintah Lanjutkan Kartu Prakerja 2023 dengan Skema Normal
Program Kartu Prakerja ini dilanjutkan di tahun 2023 dengan skema normal, skemanya bukan semi Bansos lagi tetapi skema normal
Pemerintah Melanjutkan Program Kartu Prakerja di Tahun 2023
Program ini akan lebih difokuskan pada bantuan peningkatan skill dan produktivitas angkatan kerja, berupa bantuan biaya pelatihan secara langsung
0
Opini: Makin Banyak Keterampilan, Makin Luwes Ganti Kerja
Survei J-PAL Southeast Asia: Kartu Prakerja berhasil menambah peluang mendapatkan pekerjaan baru, dan juga meningkatkan peluang memiliki usaha.