Ngabuburit Seru Bermain Meriam Bambu di Aceh

Meriam bambu, wujud permainan tradisional ini sudah jarang ditemui di kalangan anak-anak Aceh di era moderen.
Idham, salah seorang anak di Desa Makmur Jaya, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam, Aceh sedang tengah asyik bermain meriam bambu mengisi waktu Ramadan, di mana Idham tampak sedang menyulutkan api ke dalam lubang meriam dengan tujuan untuk memicu suara dentuman meriam, Selasa, 12 Mei 2020. (Foto: Tagar/Nukman)

Subulussalam - Meriam bambu, wujud permainan tradisional ini sudah jarang ditemui di kalangan anak-anak di era moderen. Seiring arus teknologi dan digitalisasi turut pula mengubah pola permainan anak-anak secara umum. Bahkan bagi sebagian anak jenis alat permainan yang satu ini sudah terbilang asing.

Wahana bermain anak-anak kini diwarnai aneka game online. Warung-warung internet pun mendadak menjamur, serempak berubah menjadi wadah bagi anak-anak menghabiskan kesehariannya.

Kalau main game di hape (handphone) mata kami perih, terus kita diam sendiri-sendiri.

Meriam bambu merupakan sebuah permainan khusus dilakoni oleh anak laki-laki dan dengan semarak pula dimainkan pada saat momen bulan Ramadan saja. Terakhir permainan yang terbuat dari batang bambu ini cukup populer di era 90-an. Kemudian ia pun lenyap digilas oleh roda zaman, gadget dan internet.

Bagi kalangan anak-anak era 90-an, permainan ini cukup membuat bising kampung. Dan permainan yang hanya muncul pada bulan Ramadan ini juga kerap membuat emak-emak mengomeli anaknya sendiri, bagaimana tidak, sebab, minyak (minyak tanah) dan garam tiba-tiba drastis berkurang sebab terpakai oleh sang anak untuk bermain meriam bambu.

Seperti yang dilakukan oleh anak-anak di Subulussalam, Aceh, tepatnya di Desa Makmur Jaya, Kecamatan Simpang Kiri dalam mengisi libur di bulan Ramadan.

Anak-anak di desa itu memilih bermain meriam bambu atau disebut long dalam bahasa setempat. Permainan meriam-meriaman itu pun tampak asyik mereka mainkan, tak ubahnya serasa di dalam sebuah peperangan, karena suara meriam kian terdengar saling bersahutan.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Idham, 11 tahun, salah seorang anak mengatakan kalau ia cukup menikmati permainan meriam-meriaman tersebut.

"Senang banget permainannya. Idham baru ngerti kalau ada permainan seperti ini. Dulu-dulu Idham ngak tahu, baru kali ini ayah kasih tahu," ucapnya kepada Tagar, Selasa, 12 Mei 2020.

Idham pun mengakui kalau bermain meriam bambu jauh lebih menyenangkan ketimbang bermain game di gudget, sebab, menurut Idham kalau bermain meriam bambu sama halnya seperti sedang berolahraga, sedangkan game di gudget tidak seperti itu.

"Kalau main game di hape (handphone) mata kami perih, terus kita diam sendiri-sendiri," ujar Idham.

Meriam Bambu AcehAnak-anak di Desa Makmur Jaya, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam, Aceh sedang tengah asyik bermain meriam bambu mengisi waktu Ramadan, Selasa, 12 Mei 2020. (Foto: Tagar/Nukman)

Untuk memperoleh bambu kata Idham mereka dapatkan dari sekitar perkebunan warga di desa itu sendiri. Bambunya mereka tebang sendiri.

Kepada Tagar Idham menjelaskan cara membuat meriam bambu. Kata Idham cara membuat meriam bambu cukup sederhana, yakni, terlebih dahulu yang perlu dilihat adalah ukuran lingkaran dan tingkat ketuaan usia bambu, sebab, besar kecilnya ukuran dan usia bambu adalah dapat mempengaruhi suara dentuman meriam nantinya.

Kemudian lanjut Idham, bambu yang sudah dipilih lalu dipotong sesuai ukuran yang diperlukan, setelah itu melubangi ruas bambu pada bagian dalam dengan menggunakan sebuah kayu bulat.

Baca juga: Mengenal Kembali Permainan Gasing yang Hampir punah

Setelah ruas dalam bambunya dilubangi, lanjut pula membuat lobang petak kecil tepat pada bagian batang pangkal bambu sesuai dengan ukuran yang diperlukan. Untuk membuat lubang yang berbentuk petak itu harus menggunakan peralatan pahat.

Selanjutnya, setelah proses pembuatan meriam bambunya selesai dikerjakan, berikutnya pula menyiapkan beberapa bahan utama lainnya seperti, minyak tanah, kain, lampu teplok dan ranting kayu sebagai alat penyulut api ke dalam lubang bambu.

Untuk memainkan permainan zaman baheula ini tidaklah memerlukan ketrampilan khusus, namun, karena ini merupakan permainan yang berhubungan api maka disarankan berhati-hati dalam memainkannya untuk menghindari cidera terbakar.

Idham dan sejumlah anak-anak lainnya merasa cukup menggemari permainan meriam bambu tersebut.

"Seru Om, karena seperti berperang, apalagi kalau suara meriamnya keras, asyik kali dengarnya," ucap Adli temannya Idham.

Selama bulan Ramadan ini, Idham, Adli dan bersama teman-temannya memanfaatkan bermain meriam bambu menjadi sebuah kegiatan untuk melalaikan waktu berpuasa.

Selain itu setelah selesai kegiatan ibadah salat Tarawih, Idham dan teman-temannya pun langsung bermain meriam bambu sampai dini hari karena ingin membangunkan warga untuk makan sahur. []

Berita terkait
Kembali, Satu Warga Aceh Sembuh Corona, Kini 12
Data kumulatif Covid-19 yang berhasil sembuh di Aceh sudah sebanyak 12 orang dari total kasus 17 orang.
Arie Untung dan Fenita Nyanyi Lagu Sahur Pemuda Aceh
artis nasional Arie Untung bersama istri, Fenita menyanyikan lagu pemuda Aceh bangunkan sahur.
5 Peristiwa Tenggelam Orang di Aceh dalam 2 Minggu
Sebanyak 5 peristiwa tenggelamnya orang di Aceh terjadi sejak 30 April 2020 sampai 10 April 2020.
0
Harga Emas Antam di Pegadaian, Rabu 22 Juni 2022
Harga emas Antam hari ini di Pegadaian, Rabu, 22 Juni 2022 untuk ukuran 1 gram mencapai Rp 1.034.000. Simak rincian harganya sebagai berikut.