Muhammad Yamin, Relawan Jokowi Dalam Kenangan

Muhammad Yamin, tokoh pergerakan mahasiswa era 1980-an sekaligus Ketua Umum Sekretariat Nasional (Seknas) Jokowi dalam kenangan.
Memperingati 100 hari wafatnya Ketua Umum Seknas Jokowi, Muhammad Yamin, rekan sejawat meluncurkan buku berjudul 'Bergerak Sampai Akhir' di Rumah Rode, Jalan Sultan Agung Yogyakarta, Minggu, 30 Juni 2019. (Foto: Tagar/Ridwan Anshori)

Yogyakarta - Muhammad Yamin, tokoh pergerakan mahasiswa era 1980-an sekaligus Ketua Umum Sekretariat Nasional (Seknas) Jokowi berpulang pada 22 Maret 2019 di Majalengka.

"Dia adalah suamiku, sosok yang tidak tergantikan," kata Yuni Satya Rahayu, istri almarhum saat mengenang 100 hari kepergian Muhammad Yamin di Rumah Rode, Jalan Sultan Agung Yogyakarta, Minggu, akhir Juni 2019.

Peringatan 100 hari itu dibarengi peluncuran buku berjudul "Bergerak Sampai Akhir". Buku tersebut berkisah tentang sepak terjang Muhammad Yamin dalam keseharian. Ditulis oleh teman dekat almarhum.

Yuni memberikan testimoni tentang suaminya dalam acara itu. Bagi Yuni, sosok Muhammad Yamin bukan sekadar suami, tetapi juga teman sekaligus kakak yang penuh perhatian.

"Dia penuh perhatian kepada keluarga. Dia juga yang mengajarkan bagaimana kami bisa selalu dekat dengan masyarakat," ujar Mantan Bupati Sleman ini.

Kepergian mantan anggota DPR RI dari PDIP Dapil Jawa Tengah IX (Kabupaten Tegal, Kota Tegal dan Kabupaten Brebes) ini menyisakan kepedihan yang mendalam. Namun perjuangannya dekat dengan wong cilik harus tetap diteruskan.

"Tentu kami sekeluarga bersedih atas kepergiannya. Semoga kami dapat meneruskan perjuangannya sebagai aktivis pergerakan yang membela rakyat kecil," kata Yuni.

Caleg terpilih PDIP untuk DPRD DIY ini berharap, amal perbuatan suaminya mendapatkan tempat terbaik disisi-Nya. "Kami sekeluarga juga diberi kesabaran dan ketabahan," ujar dia.

Di mata Staf Kepresidenan RI Jenderal Moeldoko, Muhammad Yamin merupakan sosok yang memiliki wawasan, jaringan yang luas serta penuh tanggung jawab. "Dia figur yang sangat konsisten sampai akhir hayatnya," tulis Moeldoko dalam pengantar buku itu.

Sosok yang penuh tanggung jawab dan konsisten atas pilihannya itu, dibuktikan M. Yamin dalam memenangkan Joko Widodo-Ma'ruf Amin dalam Pilpres 2019. Sampai akhir hayat ia masih mengemban tugas itu.

Tidak heran, Jokowi dan Iriana tampak sedih saat melayat Muhammad Yamin di rumah duka di Kompleks Batan, Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, DIY pada Sabtu 23 Maret 2019. Jokowi tidak menyangka M. Yamin yang menjabat Wakil Direktur Relawan TKN ini meninggal dunia secepat itu.

Saat itu, Jokowi mengatakan M. Yamin sebelum meninggal masih sehat-sehat saja. "Tidak menyangka dalam rapat masih sehat. Innalillahi wainna illaihi rojiun," kata Jokowi usai melayat.

Tentu kami sekeluarga bersedih atas kepergiannya. Semoga kami dapat meneruskan perjuangannya sebagai aktivis pergerakan yang membela rakyat kecil.

Kilas Balik

Meninggalnya soaok berusia 53 tahun ini bertepatan Deklarasi Almuni Jogja Satukan Indonesia yang digelar di Stasiun Krodosono Yogyakarta. Kelompok relawan merupakan pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin yang berlaga di Pilpres 2019.

Di balik hingar bingar deklarasi yang menghadirkan grup musik legendaris Tanah Air, God Bless, ribuan orang di lokasi merasakan duka mendalam. Suasana deklarasi terlihat ikut berduka.

Saat deklarasi itu, jenazah alumnus Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta ini dalam perjalanan darat dari Majalengka menuju Yogyakarta. Muhammad Yamin meninggal karena serangan jantung.

Dalam peluncuran buku itu, beberapa teman sejawat Muhammad Yamin menceritakan sepenggal masa hidupnya. "Sosok M. Yamin adalah salah satu aktivis pergerakan yang selalu membela masyarakat kecil," kata Supriyanto.

Menurut dia, M. Yamin memiliki kekuatan ideologi yang tertanam dalam dirinya. Ideologi menjadi elemen penting bagi aktivis dalam kehidupan sehari-hari. "Nah, ideologi gerakan itu ada pada dirinya," kata dia.

Ketua panitia peluncuran buku 'Bergerak Sampai Akhir' ini mengatakan, M. Yamin semasa hidupnya selalu bergerak untuk kepentingan rakyat kecil. Pendampingan dan pembelaan sering diberikan kepada para korban penggusuran.

Dia masih ingat bagaimana totalitas M. Yamin dalam melakukan pendampingan masyarakat Kedungombo. Bergerak dan berjuang bersama rakyat kecil, tidur bersama di rumah mereka.

"Kita sudah kehilangan aktivis pergerakan yang kharismatik dan bersahaja. Semoga kita bisa meneruskan kiprahnya," kata Supriyanto.

Kolega almarhum M. Yasin, A. Tirta Irawan mengatakan buku 'Bergerak Sampai Akhir' merupakan rekaman perjalanan hidup M. Yamin. 

Kisah Rumah Rode

Acara sengaja digelar di Rumah Rode ini juga punya cerita tersendiri. Disebut Rumah Rode karena berada di Gang Rode. Muhammad Yamin mempelopori rumah ini sebagai tempat berkumpul para aktivis mahasiswa dari berbagai kampus di Yogyakarta.

Di rumah ini para aktivis mahasiswa berdiskusi dan merencanakan aksi di jalan.

Dalam buku ini, kebaradaan Rumah Rode juga disebut. "Tapi yang jelas, buku ini merekamnya sejak menjadi mahasiswa, aktivis dan penggerak mahasiswa sampai dia terjun ke politik menjadi anggota DPR RI," kata dia.

Bisa dibilang, buku ini secara tidak langsung menjadi rekaman sejarah gerakan mahasiswa dan rakyat Indonesia. M. Yamin dan seangkatannya pada masa itu yang menemukan kredo "mahasiswa berjuang bersama rakyat.

"Jadi bukan eksklusif mahasiswa melakukan perubahan sendiri, mahasiswa itu mengorganisir masyarakat untuk bergerak," kata dia.

Tirta mengatakan, buku ini juga menceritakan proses terbangunnya relawan bernama Seknas Jokowi. Teman-teman sejawat mengungkapkan M. Yamin dengan gagasan dan perjuangannya mampu membuat satu kelompok politik baru di Indonesia yang belum pernah ada sebelumnya.

Kelompok politik baru itu bernama relawan Seknas Jokowi. Sejarah berdirinya relawan Seknas Jokowi ada di buku ini. Seknas Jokowi lahir pada 2014, dua periode menjadi kelompok relawan yang punya andil mengantarkan Jokowi menjadi presiden.

"Kalau dulu kita belum pernah mendengar relawan menjadi salah satu pemain dalam panggung politik Indonesia, maka Seknas Jokowi adalah yang pertama," kata dia.

M. Yamin adalah sosok yang mencetuskan lahirnya relawan bernama Seknas Jokowi itu. "Seknas Jokowi adalah yang pertama, lalu muncul relawan-relawan yang lain," kata Tirta.

Dia mengatakan, buku ini bukan biografi tentang kiprah seseorang pada umumnya. Buku ini lebih banyak bercerita dan berisi humanisme karena yang menceritakan ini adalah kawan-kawan dekatnya.

Para sejawat menceritakan gagasan-gagasan otentik M. Yamin, juga sisi humorisnya. Buku menonjolkan sisi humanisnya.

Buku 290 halaman ini disebut Tirta sebagai obat penawar rindu pada sosok M. Yamin. "Saya kangen sapaan hangat Bung Yamin, le wes maem durung (Dik, sudah makan belum). Dia sosok yang penuh perhatian," kata dia.

Buku ini awalnya digagas sang istri, Yuni Satya Rahayu. Dalam beberapa kali obrolan formal, banyak relawan yang menceritakan keseharian M. Yamin kepada sang istri.

Gayung pun bersambut, cerita-cerita keseharian dari rekan sejawat akhirnya dibukukan. Otentik berdasarkan pengalaman pribadi rekan, saat masih bersama M. Yamin.

"Banyak testimoni tentang beliau, termasuk tentang gerakan mahasiswa 1980-an dan gerakan sosial 1990-an," kata Tirta.

Buku dicetak pertama sebanyak 2.500 eksemplar, sebagian dibagikan secara gratis. "Menjualnya kita kerja sama dengan beberapa penerbit buku mainstream," kata dia.

Peluncuran buku bersamaan peringatan 100 hari wafatnya M. Yamin dihadiri sekitar 100 orang. Mereka adalah teman dekat yang berproses bersama M. Yamin. Acara dikemas secara sederhana

Menurut Tirta, dalam waktu dekat teman sejawat M. Yamin akan menggelar acara bedah buku di Jakarta. Narasumber para penulis buku ini. "Penulisnya sekitar 20 orang, merekalah yang menjadi narasumber pada bedah buku di Jakarta nanti," ucapnya.[]

Tulisan Feature lain:

Berita terkait
0
Gempa di Afghanistan Akibatkan 1.000 Orang Lebih Tewas
Gempa kuat di kawasan pegunungan di bagian tenggara Afghanistan telah menewaskan lebih dari 1.000 orang dan mencederai ratusan lainnya