Semarang - Polda Jawa Tengah masih melakukan pendalaman kasus penyerangan polisi anggota Polres Karanganyar. Pengembangan penyelidikan untuk mengetahui apakah penyerangan itu atas inisiatif sendiri atau ada keterlibatan pihak lain.
Karyono Widodo, 46 tahun, pelaku penyerangan, diketahui merupakan warga Madiun, Jawa Timur. Ia berasal dari keluarga yang ber-KTP Kota Madiun namun saat ini tinggal di Kabupaten Madiun.
Berisi pisau, seperti pisau dapur, pakaian, odol, sikat gigi dan beberapa kertas-kertas dengan tulisan yang tak terbaca jelas karena kertasnya sudah cukup lama. Jadi tulisannya agak kabur.
Rekam jejaknya yang pernah terlibat di kasus terorisme ini lah yang kemudian membuat polisi melakukan penelusuran lebih jauh atas kasus penyerangan di Karanganyar.
"Dia pernah ditahan di Sumatera, menjalani hukuman di Lapas Way Kanan, Lampung," tutur Direktur Reserse Kriminal Khusus (Direskrimum) Komisaris Besar Wihastono Yoga Pranoto, Senin, 22 Juni 2020.
Dalam kesempatan itu, Wihastono juga menyampaikan pengembangan kasus Karyono tetap dilakukan pihaknya dengan melibatkan Detesemen Khusus (Densus) 88. Satuan elit kepolisian antiteror ini akan bergerak menyelidiki ada tidaknya keterlibatan pelaku atau kelompok teroris di balik aksi penyerangan di Karanganyar.
"Nanti dilidik (diselidiki) lebih jauh oleh Densus 88," ucap dia.
Sementara itu, polisi juga telah menyita sejumlah barang bukti dari tangan Karyono usai membacok dua polisi dan warga Karanganyar saat kegiatan susur gunung di Cemoro Kandang, Tawangmangu, dua hari lalu.
Barang bukti itu terdiri dari celurit dan tas. Tas Karyono berisi perlengkapan baju dan mandi, pisau serta lembaran kertas. Informasi yang diterima Tagar, kertas tersebut bertuliskan huruf Arab.
Kepala Bidang Humas Polda Jawa Tengah Komisaris Besar Iskandar Fitriana Sutisna membenarkan temuan sejumlah barang bukti dari tas yang dibawa Karyono. Hanya saja ia tidak membeber lebih jelas soal jenis tulisan di kertas.
"Berisi pisau, seperti pisau dapur, pakaian, odol, sikat gigi dan beberapa kertas-kertas dengan tulisan yang tak terbaca jelas karena kertasnya sudah cukup lama. Jadi tulisannya agak kabur," kata dia.
Iskandar menambahkan beberapa waktu sebelum melakukan penyerangan, Karyono tepergok warga pernah mendatangi perkampungan di sekitar lokasi susur gunung.
"Kalau dari penuturan warga, beberapa hari sebelumnya ia pergi ke sana terus pergi lagi, sudah dua kali ada warga yang melihat. Tapi memang karena tidak mencurigakan tidak dilaporkan," tuturnya.
Diberitakan sebelumnya, pria tanpa identitas tiba-tiba menyerang Wakapolres Karanganyar Komisaris Busroni saat sedang mengikuti kegiatan susur gunung atau pembersihan jalur pendakian Cemoro Kandang, Gunung Lawu, di Kecamatan Tawangmangu, Minggu, 21 Juni 2020.
Kejadian penyerangan itu berlangsung sekitar pukul 10.20 WIB. Busroni sempat menangkis serangan mendadak itu dengan tongkat kayu yang dibawanya. Namun tak urung tangannya kena bacok celurit pria tersebut.
Ajudan Busroni, Bripda Hanif Ariyono yang berusaha membantu atasannya, juga tak luput dari sabetan celurit. Leher dan punggungnya terluka. Pun demikian dengan warga peserta kegiatan bernama Jarot Broto Warsono yang mengalami luka saat berusaha mencegah serangan membabi buta itu.
Pria tersebut akhirnya tersungkur setelah polisi lain menembak tiga kali kakinya. Ia tewas dalam perjalanan menuju puskesma setempat. Belakangan diketahui penyerangan tersebut adalah Karyono Widodo, berdasar identifikasi sidik jari, DNA, diperkuat keterangan keluarganya di Madiun.
Jenazah Karyono akhirnya dikuburkan di TPU Kedungmundu, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Senin, 22 Juni 2020. Pihak keluarga menyerahkan mandat pengurusan jenazah kepada Polda Jawa Tengah lantaran pemakaman Karyono ditolak warga Madiun. []
Baca juga:
- Penyerang Polisi Karanganyar Dimakamkan di Semarang
- Polisi Ungkap Motif Tindakan Brutal Kelompok John Kei
- Polisi Jawab Isu Baku Tembak saat Bekuk John Kei