Mesir Didesak Rilis Laporan Autopsi Kritikus Pemerintah

Analisis autopsi dan foto-foto tubuh Ayman Hadhoud harus dipublikasikan dan ditinjau oleh ahli forensik independen
Logo Human Rights Watch (HRW) (Sumber: aa.com.tr)

TAGAR.id, Kairo, Mesir – Sebuah kelompok advokasi hak asasi manusia (HAM) terkemuka mendesak pihak berwenang Mesir untuk merilis laporan autopsi dan menyelidiki kematian mencurigakan seorang peneliti ekonomi, Ayman Hadhoud, yang ditahan dua bulan lalu.

Human Rights Watch (HRW), melalui pernyataan yang dirilis Rabu, 20 April 2022, malam, mengatakan analisis autopsi dan foto-foto tubuh Ayman Hadhoud harus dipublikasikan dan ditinjau oleh ahli forensik independen untuk menentukan apakah ia disiksa dalam tahanan.

Tuntutan HRW muncul setelah seorang jaksa Mesir mengatakan pada Senin bahwa laporan autopsi mengesampingkan dugaan bahwa Hadhoud menjadi sasaran penyiksaan atau perlakuan buruk. Mereka mengatakan ia menderita penyakit jantung kronis yang menyebabkan jantung dan sistem pernapasannya berhenti tiba-tiba.

“Kematian mencurigakan Ayman Hadhoud dalam tahanan memerlukan penyelidikan yang sepenuhnya independen, tidak memihak, dan menyeluruh, yang dimulai dengan tinjauan independen terhadap hasil autopsi,'' kata Joe Stork, wakil direktur Timur Tengah dan Afrika Utara HRW. “Jelas pihak berwenang Mesir melakukan pelanggaran berat terhadap Hadhoud dengan membuat ia menghilang secara paksa dalam waktu lama.''

Avenue of SphinxesMesir berharap dapat meningkatkan sektor pariwisatanya dengan dibukanya Avenue of Sphinxes yang telah direnovasi (Foto: dw.com/id)

Hadhoud, 48 tahun, dinyatakan meninggal awal bulan ini setelah dia dibawa ke Rumah Sakit Kesehatan Jiwa Abbasiya yang dikelola pemerintah di Kairo, menurut Kementerian Dalam Negeri. Kementerian itu mengatakan ia telah ditahan 6 Februari karena diduga mencoba masuk ke sebuah apartemen di distrik kelas atas Zamalek Kairo dan menunjukkan “perilaku yang tidak bertanggung jawab”.

Pernyataan itu adalah laporan resmi pertama tentang apa yang terjadi pada Hadhoud, seorang kritikus kebijakan ekonomi pemerintah, sejak kepergiannya.

Kecaman sejumlah aktivis dan akademisi mengenai kematian Hadhoud menjadi viral di media sosial dan banyak yang menyerukan penyelidikan. Akhirnya, jaksa memerintahkan autopsi forensik jasadnya untuk menentukan penyebab kematiannya.

Anggota keluarga dan teman Hadhoud yang pergi ke gedung tempat autopsi berlangsung menuduh bahwa dokter yang melakukan prosedur menolak permintaan pengamat independen untuk hadir, kata HRW.

Kelompok HAM itu juga mengutip seorang saudara laki-laki Hadhoud, yang telah melihat mayat itu, yang mengatakan bahwa Hadhoud mengalami memar di wajah dan tengkorak yang retak.

Penyiksaan dan penganiayaan oleh polisi bukanlah hal yang aneh di Mesir. Pada 2016, Giulio Regeni, seorang mahasiswa doktoral Italia, ditemukan tewas di pinggir jalan Kairo. Tubuhnya telah disiksa, menimbulkan kecurigaan keterlibatan polisi. Italia menuduh polisi membunuhnya, tuduhan yang dibantah oleh Mesir (ab/uh)/voaindonesia.com. []

Presiden Mesir Kunjungi Perancis di Tengah Kecaman

Laporan HAM Deparlu Amerika Serikat Terbaru

Pabrik Bir Kuno Berusia 5.000 Tahun di Negara Mesir

Dua Turis Jerman Tewas Mengerikan Dibunuh Terduga Teroris Mesir

Berita terkait
Warga Mesir Ubah Kebiasaan Belanja di Ramadan Tahun Ini
Biaya makan rata-rata dalam bulan suci Ramadan semakin tinggi bagi banyak warga Mesir, mereka terpaksa ubah kebiasaan belanja
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.