Menristek Ajak Santri Tingkatkan Daya Saing

Para santri diajak Menteri Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi Mohammad Nasir untuk meningkatkan daya saing menghadapi perkembangan berbasis digital.
PESAN NASIONALISME DARI SANTRI: Sejumlah Santri membentangkan poster pesan nasionalisme saat mengikuti Karnaval bertema "Mlaku-Mlaku Bareng Santri" atau jalan-jalan bersama Santri di Kudus, Jawa Tengah, Minggu (29/10). Kegiatan yang diikuti puluhan ribu santri tersebut sebagai puncak memperingati Hari Santri Nasional serta Hari Sumpah Pemuda dengan tujuan untuk memupuk rasa Nasionalisme Santri dalam bingkai Kebhinekaan serta untuk menyampaikan pesan persatuan kepada seluruh lapisan masyarakat agar tidak mudah dipecah belah. (Foto: Ant/Yusuf Nugroho)

Jember, (Tagar 29/10/2017) – Masyarakat terutama para santri diajak Menteri Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi Mohammad Nasir untuk meningkatkan daya saing guna menghadapi perkembangan berbasis digital.

"Cepatnya perkembangan teknologi menuntut santri harus melihat pengetahuan lebih luas lagi," kata Mohammad Nasir saat berkunjung ke Pondok Pesantren (Ponpes) Zainul Hasan Genggong, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Minggu (29/10).

Menurutnya, kemajuan pesat teknologi tersebut harus segera direspons oleh seluruh kalangan, termasuk para santri yang berada di pondok pesantren.

"Tantangan baru yang dihadapi masyarakat, termasuk bagi para santri adalah menghadapi daya saing bangsa. Dalam daya saing bangsa, ada dua komponen utama yakni 'skill worker' (tenaga kerja terampil) dan 'inovation' (ide baru)," tuturnya.

Ia mengatakan, kedua komponen itu sangat penting, sehingga perlu ditingkatkan dan pondok pesantren harus melihat dunia yang lebih luas karena tantangan ke depan dinilai jauh lebih berat.

"Tidak bisa lagi hanya melihat dari sisi internal, tetapi juga dari sisi eksternal. Dunia sudah berubah total di era teknologi yang lebih tinggi. Oleh sebab itu, para santri harus bisa menangkap ilmu teknologi itu, agar bisa memiliki daya saing yang lebih baik," kata Nasir.

Nasir mencontohkan, dengan ekonomi digital atau e-commerce yang saat ini telah menjamur toko dalam jaringan (daring) sebagai fasilitas yang disediakan bagi masyarakat dan transaksi via daring itu pun diklaim lebih memudahkan masyarakat.

"Pasar tradisional sudah mulai ditinggalkan karena sudah mulai via daring atau e-commerce, model toko daring. Ke depan, masyarakat juga tidak akan memegang uang tunai lagi, sehingga santri harus tahu itu dan harus mempelajari pengetahuan tentang hal tersebut," ujarnya.

Seluruh pelajar termasuk santri, lanjut dia, harus lebih giat mempelajari tentang teknologi karena diprediksi beberapa tahun ke depan masyarakat di beberapa belahan dunia tidak akan menggunakan uang tunai dalam bertransaksi.

"Mungkin termasuk di Indonesia nantinya. Sistem keuangan dunia sudah terhimpun dalam teknologi informasi, sehingga hal itu harus diantisipasi ke depan," kata dia, menambahkan. (ant/yps)

Berita terkait
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi