Meningkat Tajam, Virus Corona Bukan Hoaks di Aceh

Berita hoaks dibagi secara berantai dan melampaui kuantitas informasi dari otoritas resmi di Aceh.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Aceh, Saifullah Abdulgani. (Foto: Tagar/Istimewa)

Banda Aceh - Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Saifullah Abdulgani mengatakan, ada banyak informasi palsu (hoaks) di seputar virus corona yang beredar masif di tengah masyarakat. Berita hoaks dibagi secara berantai dan melampaui kuantitas informasi dari otoritas resmi.

"Masyarakat yang termakan hoaks cenderung abai pada protokol kesehatan yang dianjurkan. Akibatnya, korban virus asal Tiongkok itu terus berjatuhan," ujar Saifullah, Minggu, 2 Agustus 2020.

Ia mengatakan, kasus Covid-19 di Aceh saat ini sudah mencapai 410 orang, dan 13 orang di antaranya meninggal dunia, per 1 Agustus 2020. “Pada 14 Juli lalu, 110 orang Covid-19 di Aceh, kini 410 orang umumnya Orang Tanpa Gejala (OTG), dan 13 orang dilaporkan meninggal dunia,” katanya.

Saifullah menjelaskan, korban meninggal terakhir laki-laki umur 53 tahun. Warga Aceh Besar ini dirawat di RSUD Meuraxa, Banda Aceh, karena sesak nafas. Hasil foto thorak menunjukkan pneumonia, dan hasil pemeriksaan swab nasofaring dan orofaring konfirmasi Positif Covid-19.

Masyarakat yang termakan hoaks cenderung abai pada protokol kesehatan yang dianjurkan.

"Almarhum meninggal dunia, Jumat 31 Juli 2020 malam, sekira pukul 21.00 WIB, setelah tiga hari dirawat," tutur Saifullah.

Keluarga Almarhum, lanjut Saifullah, sangat tabah dan tawakkal, serta menunjukkan keteladanan dalam penanganan jenazah, sesuai protokol kesehatan.

"Koordinator Tim Penyakit Infeksi Emerging RSUZA melaporkan jenazah almarhum difardukifayahkan oleh ustaz pemulasaraan jenazah RSUZA sesuai protokol Covid-19 dan tentu saja sesuai Syariah Islam," kata Saifullah.

Dalam kesempatan itu, Saifullah juga mengatakan, virus corona nyata dan korbannya sudah di depan mata, baik yang sembuh, sedang dirawat, maupun meninggal dunia. Covid-19 bukan hoaks dan korbannya dari semua umur dan unsur. Bahkan ada puskesmas dan rumah sakit yang terpaksa tutup sementara karena petugasnya terinfeksi virus corona.

Ruang perawatan pasien Covid-19 di Respiratory Intensive Care Unit (RICU) dan Poliklinik Penyakit Infeksi New Emergeng and Reemerging (Pinere) RSUZA Banda Aceh, dilaporkan sudah penuh, dan sebagian pasien infeksi virus corona terpaksa dialihkan perawatannya di Asrama Haji, Banda Aceh.

Dia juga berharap bupati/wali kota dapat mempersiapkan RSUD sebagai tempat perawatan maupun isolasi OTG positif Covid-19, namun tidak perlu dirawat. Seperti yang dilakukan Pemkab Bireuen dan Gayo Lues.

Kata Saifullah, Pemkab Bireuen memiliki tempat isolasi khusus tersebut di Cot Batee Gelungku. Begitu juga Pemkab Gayo Lues yang memanfaatkan Balai Latihan Kerja (BTK).

“Apabila semua OTG Covid-19 dirujuk untuk isolasi di Banda Aceh tidak akan cukup tempat, dan sangat tidak efisien,” ujarnya.

Perawatan di rumah sakit, lanjut Saifullah, maupun tempat isolasi dibutuhkan jika upaya pencegahannya gagal. Tindakan preventif jauh lebih murah dan mudah dilakukan. Yang dibutuhkan hanya komitmen menjalankan kebijakan dan disiplin protokol kesehatan setiap stakeholder di seluruh Aceh.

Bupati/walikota, kata Saifullah, seyogyanya mereview kembali berbagai kebijakan penanganan Covid-19 dari pemerintah pusat, pemerintah Aceh, Forkopimda, Majelis Permusyawaratan Ulama, maupun kebijakan bupati/walikota sendiri untuk diimplementasikan lebih baik lagi.

"Penjagaan perbatasan diperketat. Setiap orang masuk ke Aceh harus dapat menunjukkan surat bebas virus corona, minimal Surat Keterangan Hasil rapid test non reaktif dari institusi yang berwenang," katanya.

Selain itu, penertiban pasar dan tempat umum. Selain mengatur jarak antarpedagang dengan pembeli, juga menyediakan fasilitas cuci tangan yang mudah dijangkau masyarakat.

“Bila masih ada korban hoaks dan meremehkan virus corona, pemerintah kabupaten/kota, sesuai kewenangannya, dapat menertipkanya supaya protokol kesehatan dijalankan di segala sektor kehidupan masyarakat,” ujar dia. []

Baca juga:

Berita terkait
Positif Covid-19 di Aceh Capai 410 Kasus
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 melaporkan kasus positif Covid-19 di Aceh mencapai 410 kasus.
2 Ton Daging Kurban di Masjid Agung Abdya Aceh
Daging kurban yang disebar kepada masyarakat ini berasal dari enam ekor sapi kurban yang dititip pemiliknya untuk disembelih.
Harga Daging Meugang di Aceh Tamiang Naik Tipis
Tradisi Meugang sudah ada sejak masa kerajaan Aceh Darussalam pada abad ke 16 Masehi. Sampai saat ini masih dipertahankan oleh masyarakat Aceh.