Media Sosial Diblokir, Bisa Stres Berkepanjangan

'Sehari dua hari cincailah media sosial diblokir. Lebih dari itu bisa-bisa stres berkepanjangan,' kata Lena Puspitawati.
Ilustrasi, media sosial. (Gambar: Ist)

Jakarta - "Sehari dua hari cincailah medsos diblokir. Lebih dari itu bisa-bisa stres berkepanjangan," kata Lena Puspitawati (32) warga Jakarta Timur kepada Tagar, Sabtu 25 Mei 2019.

Lena sangat tidak setuju kalau misalnya pemerintah memblokir media sosial secara permanen. 

"Kalau gak ada medsos jenuh, gak ada hiburan. Udah kerja capek banget, gak ada medsos bisa gila dong," katanya.

Veronica Sulastri (24) warga Jakarta Pusat merasakan hal sama. 

"Setelah medsos diblokir baru saya sadar, sepi sekali hidup saya," katanya. 

Ia mengatakan tak sanggup hidup tanpa media sosial. Ia sudah begitu dekat dengan WhatsApp, Instagram dan Facebook. Tanpa itu ia tidak bisa melakukan aktivitas rutin di dunia maya. 

"WhatsApp, Instagram, Facebook itu kan penting banget buat saya. Saya suka kirim-kirim foto dan buat status di medsos itu. Kalau gak ada itu, bosan aja sih," ujarnya. 

Setelah medsos diblokir baru saya sadar, sepi sekali hidup saya.

Sriniati Nurlela (35) warga Cikarang senada dengan Lena dan Veronica. Apalagi Sriniati menggunakan media sosial untuk mempromosikan dagangan. 

"Saya biasanya promosikan jualan ke teman-teman melalui media sosial. Saya kan jualan makanan, kalau gak ada medsos gimana saya bisa mempromosikan makanan yang saya jual," katanya. 

Ia tak ingin pemerintah memblokir media sosial secara permanen. 

"Semoga aja pemerintah kita gak sampai memblokir medsos. Susah nanti saya, gak bisa jualan online lagi," ucapnya. 

Tujuan Media Sosial Diblokir 

Belakangan ini Pemerintah Indonesia membatasi penggunaan media sosial di antaranya WhatsApp, Facebook, dan Instagram. 

Kebijakan ini ditempuh untuk mempertahankan situasi tetap tenang saat peristiwa kerusuhan di kawasan DKI Jakarta 21-23 Mei 2019. 

Selamat menggunakan internet dengan lancar tanpa hambatan kembali ya. Mari gunakan ruang siber ini untuk hal-hal yang positif aja.

Sejak diberlakukan pembatasan penggunaan media sosial itu masyarakat mengalami kesulitan mengirimkan foto dan video di WhatsApp, Facebook, dan Instagram. 

"Pemerintah hanya membatasi penyebaran informasi lewat foto dan video. Itu soal videonya dan gambar. Kalau teks kan tidak, pemerintah tidak menutup sarana komunikasi masyarakat tapi lakukan pembatasan. Toh masih bisa teks," kata Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara.  

Menurut Rudiantara, pembatasan informasi melalui foto dan video di media sosial itu dinilai sangat efektif untuk mengurangi isu hoaks dan provokatif yang bisa saja tersebar kapan saja. Apalagi dampak kerusuhan dari aksi 22 Mei 2019 di kawasan Jakarta sangat meresahkan masyarakat.

Sudah Bisa Diakses Lagi

Setelah ketegangan mereda, Kementerian Kominfo per Sabtu 25 Mei 2019 membuka kembali akses media sosial untuk seluruh masyarakat Indonesia.

Akun Twitter Kementerian Kominfo menyebutkan WhatsApp, Instagram dan Facebook sudah bisa digunakan kembali seperti biasanya. 

"Selamat menggunakan internet dengan lancar tanpa hambatan kembali ya. Mari gunakan ruang siber ini untuk hal-hal yang positif aja. Happy weekend," cuit @kemkominfo, Sabtu 25 Mei 2019. 

Menkominfo Rudiantara mengajak masyarakat menjaga dunia maya di Indonesia dengan hal-hal yang positif. Dengan cara demikian, bangsa Indonesia bisa memerangi hoaks, fitnah dan informasi yang bersifat provokatif. 

"Saya mengajak semua masyarakat pengguna media sosial, instant messaging maupun video file sharing untuk senantiasa menjaga dunia maya Indonesia digunakan untuk hal-hal yang positif," kata Rudiantara di akun Twitter Kementerian Kominfo @kemkominfo.

"Ayo kita perangi hoaks, fitnah dan informasi-informsi yang memprovokasi seperti yang banyak beredar saat kerusuhan," ujar Rudiantara. []

Baca juga:

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.