Banda Aceh - Upacara peringatan 15 tahun damai Aceh yang dipusatkan di Meuligoe Wali Nanggroe Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, pada Sabtu, 15 Agustus 2020 pagi, berakhir ricuh. Sekelompok massa tampak mengejar Wali Nanggroe Aceh, Malek Mahmud Al-Haytar.
Juru Bicara Komite Peralihan Aceh (KPA) pusat, Azhari Cage menyebutkan, setelah melakukan perundingan, ternyata massa yang terlibat kericuhan itu ingin menaikkan bendera bintang bulan di halaman Kompleks Meuligoe Wali Nanggroe Aceh.
Mereka meminta agar diizinkan mengibarkan bendera bintang bulan tersebut untuk memperingati hari damai Aceh.
“Rekan-rekan KPA menginginkan pengibaran bendera bintang bulan, di tiang satu lagi di Meuligoe Wali Nanggroe, namun dicegah oleh TNI/Polri tadi, dan benderanya diambil,” tutur Azhari saat dikonfirmasi Tagar, Sabtu, 15 Agustus 2020.
Kata Azhari, massa ingin menaikkan bendera bintang bulan hanya sebentar saja, yakni 10 hingga 15 menit. Ini merupakan bagian dari memperingati 15 tahun damai Aceh.
“Mereka meminta agar diizinkan mengibarkan bendera bintang bulan tersebut untuk memperingati hari damai Aceh, 15 atau menit 10 menitlah permintaan rekan-rakan,” ucap Azhari.
Azhari menambahkan, dari permintaan itu, pihaknya melakukan koordinasi dengan TNI dan Polri. Kedua lembaga ini juga melakukan koordinasi dengan atasan mereka.
“Tanggapan daripada pihak Kodim, mereka akan koordinasi dengan Pangdam IM, Pak Kapolres Banda Aceh juga akan koordinasi dengan Kapolda Aceh,” tutur Azhari.
Selain itu, katanya, KPA juga akan melakukan koordinasi dengan Wali Nanggroe Malek Mahmud Al-Haytar dan Ketua KPA pusat Muzakir Manaf alias Mualem. Ia berharap, bendera bintang bulan tersebut dapat dikibarkan, walaupun sesaat.
“Juga meminta agar permasalahan ini tidak berlarut-larut, sampai terus menerus seperti ini, harus ada kejelasan dan benar-benar dijalankan sesuai implementasi UUPA dan Qanun Nomor 3 tahun 2013 tentang Bendera dan Lambang,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, upacara peringatan 15 tahun damai Aceh yang dipusatkan di Meuligoe Wali Nanggroe Aceh, Kabupaten Aceh Besar, pada Sabtu, 15 Agustus 2020 pagi, berakhir ricuh.
Sebelumnya, belum diketahui pasti dari kalangan mana sekelompok massa itu. Mereka tampak mengenakan pakaian merah, preman dan selebihnya kemeja. Mereka berteriak ingin menjumpai Wali Nanggroe.
Namun sayangnya, upaya massa tak membuahkan hasil. Sebab, puluhan aparat TNI menghalanginya. Bahkan, Wali Nanggroe bersama rombongan tidak jadi terbang dan dievakuasi dari helikopter. [PEN]