Masker Bela Beli Kulon Progo Saat Pandemi Corona

Produsen batik terpukul saat pandemi Covid-19. Mereka berinovasi membuat produk lain berupa masker seperti di Kulon Progo, Yogyakarta.
Pemilik Sinar Abadi Batik menunjukkan masker batik geblek renteng produksinya (Foto: Tagar/Harun Susanto)

Kulon Progo - Pada siang itu, Selasa 21 April 2020, suasana di sentra produksi sekaligus galeri batik di Sinar Abadi Batik di Kalurahan Ngentakrejo, Kapanewon Lendah, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta cukup lengang. Namun saat bergerak ke bagian belakang galeri ada aktivitas.

Mereka sedang berkegiatan pembuatan batik. Beberapa wanita tengah mewarnai batik dengan canting. Mereka secara berhati-hati menggoreskan canting yang berisi malam di kain batik. Di bagian lainnya ada beberapa pria yang tampak membuat batik cap, dan juga batik tulis. Di antara mereka ada juga yang tengah menjemur batik agar segera mengering.

Sepintas, tidak ada yang berbeda dari produksi batik di sana. Aktivitas tetap normal, namun ternyata, itu hanya separuh dari produksi normal. Wabah Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 berdampak cukup besar pada UMKM khususnya sektor batik. Sebagian besar para pengusaha batik di Kulon Progo mengalami penurunan omzet cukup drastis akibat dari virus ini.

Tagar.id menemui pemilik produksi Sinar Abadi Batik Agus Faturrohman, menanyakan perihal penurunan omzet ini. Dia tidak menampik sejak wabah virus Corona merebak jumlah pesanan menurun sangat drastis. Produksi batik hanya separuhnya saja sekitar 400 sampai 500 lembar kain batik.

Padahal sebelum mewabahnya Covid-19, 1.000 lembar kain per bulan mampu terjual baik secara offline maupun online. Akibat hal tersebut, omzet dari batik turut terpengaruh dan mengalami penurunan dengan pendapatan tidak sampai Rp 15 juta setiap bulannya. Penurunan pendapatan ini, sudah dirasakan sejak pertengahan bulan Maret lalu. "Omzet turun drastis pada saat ini," ujar Agus di Kulon Progo, Selasa 21 April 2020.

Kondisi yang dialami ini, memaksa Agus membuat sistem shift untuk karyawannya. Satu minggu masuk dan satu minggu libur. Tidak hanya itu, agus juga berani memberi diskon sebesar 25 sampai 30 persen untuk setiap pembeli kain batik. Dia melakukannya agar penjualan meningkat.

Solusi lain agar tetap bisa bertahan ditengah pandemi Covid-19, UMKM ini juga mencoba membuat masker berbahan dari batik. Yang membedakan dengan masker kain lainnya, masker buatan Agus menampilkan motif batik geblek renteng yang selama beberapa tahun ini menjadi batik khas Kulon Progo.

Agus, tetap mengedepankan kualitas di masker batik geblek renteng-nya. Masker tersebut dibuat lebih tebal dan tidak mudah tembus karena dilapisi dengan tiga kain katun. "Masker kami nyaman saat digunakan. Selain itu masker ini bisa dicuci sehingga aman digunakan berulang kali," ujar Agus.

Agus menjelaskan, masker batiknya tersebut diberi nama Masker Bela Beli Kulon Progo dan diproduksi agar bisa bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi akibat pandemi Covid-19. Untuk tahap awal produksi masker sekitar 1.000 buah dengan harga satuan masker Rp 6.000. Harga berbeda diberikan untuk setiap pembelian satu lusin yaitu seharga Rp 60.000.

"Kalau dibilang latah ikut membuat masker ya tidak apa-apa. Namun agar tetap ada penghasilan saya akhirnya pilih bikin masker karena saat ini banyak dicari masyarakat. Saya coba terus bertahan sambil bersabar," tutur Agus.

membatik di Kulon ProgoPekerja sedang membatik meski pasar sedang lesu akibat pandemi Covid-19. (Foto: Tagar/Harun Susanto)

Agus menjelaskan, sebelum mewabahnya pandemi Corona, dalam sebulan Sinar Abadi Batik mampu memproduksi sekitar 1.000 lembar kain batik baik itu jenis cap dan tulis dengan harga berkisar Rp 150.000 sampai Rp1 juta per lembar kain.

Pendapatannya pun mampu mencapai minimal Rp 15 juta per bulan. "Karena itu saya berharap agar Pandemi Corona bisa segera hilang sehingga usaha kami bisa berjalan normal," ungkap Agus.

Masker kami nyaman saat digunakan.

Penurunan produksi batik ini Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perdagangan Kulon Progo, Dewantoro mengatakan, wabah virus Corona memang berdampak terhadap kondisi perekonomian produsen batik. Hampir seluruhnya terkena imbasnya, baik produsen yang besar atau pun skala menengah dan kecil.

Dia mengungkakan, mayoritas produsen batik sudah menonaktifkan pekerjanya. Di Kulon Progo ada sekitar 25 kelompok pengrajin batik yang tersebar di sejumlah kapanewon. Mereka mulai merumahkan karyawannya."Kalau pandemi Covid-19 ini tidak segera selesai, akan banyak pengrajin batik yang terancam tidak punya penghasilan," ujarnya.

Satu penggemar batik di Kulon Progo, Suci Rahma, 31 tahun, warga Temon, mengatakan, pandemi Covid-19 ini menyebabkan dirinya khawatir jika bepergian. Karena itulah keinginannya membeli batik secara langsung ke galeri, terpaksa harus ditunda dahulu hingga situasi aman untuk bepergian.

"Saya penggemar batik mas. Setiap bulan bisa dikatakan saya beli batik. Batik geblek renteng itu unik, sekaligus kebanggaan karena Bela Beli Kulon Progo," ujar Suci Rahma. []

Baca Juga:

Berita terkait
Jepang Produksi Masker Bra
Masker berbahan dan berbentuk bra diproduksi di Jepang untuk mengatasi kelangkaan masker di tengah pandemi virus Corona.
Perbandingan Tiga Jenis Masker Tangkal Virus Corona
Dosen UGM sekaligus Dokter THT di RSUP Sardjito Yogyakarta Bambang Udji Djoko Rianto membandingkan tiga jenis masker dalam menangkal virus Corona.
Tak Pakai Masker di Banyumas, Siap-siap Kena Sanksi
Sanksi denda dan kurungan siap dijatuhkan bagi warga Banyumas yang bandel tidak pakai masker selama pandemi corona.
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.