Kisah Poniran Mengisolasi Diri di Hutan Kulon Progo

Poniran dari Tangerang mudik ke kampung halaman di Kulon Progo. Namun dia dengan suka rela menjalani isolasi mandiri di gubug yang berada di hutan.
Poniran (kaos putih) sedang berkomunikasi dengan dengan seorang warga yang menengoknya di gubug karantina. (Foto: Tagar/Harun Susanto)

Kulon Progo - Poniran menjadi satu dari sekian banyak pemudik yang pulang dari kota tempat mengais rezeki menuju kampung halaman. Dia pulang dari Tangerang ke Kulon Progo pada Minggu 19 April 2020. Pria berusia 30 tahun itu terpaksa pulang kampung, setelah pabrik tempatnya bekerja merumahkannya.

Namun, Poniran tidak sempat menyentuh halaman rumahnya, apalagi bercengkerama dengan anak dan istrinya yang bertempat tinggal di Pedukuhan Menguri, Kalurahan Hargotirto, Kapanewon Kokap, Kulon Progo, Yogyakarta.

Poniran harus menuju pada sebuah gubuk karantina yang sudah disediakan secara mandiri di hutan. Dia harus menjalani seorang diri di sana selama 14 hari. Dia secara sukarela mengisolasi mandiri, meski sebenarnya telah mengantongi surat keterangan sehat dari Tangerang.

Saat akan pulang dari Tangerang, Poniran bernisiatif menghubungi keluarga dan dukuh setempat. Setelah itu keluarganya mendirikan gubuk di tempat yang tidak terlalu jauh dari rumahnya. 

Gubug ini darurat. Hanya berdinding terpal dan potongan kain spanduk dengan luas hanya berukuran 2x3 meter berlantai tanah. Di kala hujan, air menetes ke dalam gubug darurat itu.

Di dalam gubug, ada tempat tidur atau dipan yang sudah usang. Dipan dikelilingi kelambu sekedar menghalau nyamuk masuk. Dipan lawas ini sekedar menjadi tempat bagi Poniran merebahkan tubuhnya. Sementara untuk kebutuhan seperti mandi, mencuci hingga berwudu, Poniran memanfaatkan sumur tua tidak terpakai yang dikelilingi semak belukar.

Sudah bertemu tapi tak bisa menyentuh keluarga.

Poniran sedikit membuka lahan, menebang beberapa batang pohon di sekitar gubug. Tujuannya untuk sekedar membuat tempat menjemur pakaiannya.

Poniran mengaku selama tinggal di gubug sudah bertemu dengan anak dan istrinya. Peristiwa itu terjadi saat orang tercintanya datang menghidangkan makanan dan membawa beragam barang yang dibutuhkan selama menjalani isolasi.

Namun semua barang hanya diletakkan di sebuah kursi plastik yang jaraknya sekitar empat meter dari gubuk derita tempat Poniran mengisolasi. "Sudah bertemu tapi tak bisa menyentuh keluarga," ujar Poniran pada Rabu, 22 April 2020.

Bagi seorang ayah seperti Poniran, tentunya bulan hal yang mudah tinggal 14 hari di kawasan hutan tanpa berinteraksi dengan anak istrinya. Rasa rindu jelas dirasakan dan ingin sekali berkumpul bersama anak dan istri.

Bahkan saat anaknya, Dina Avrilia Nurani merayakan ulang tahun yang kesembilan, pada hari ketiga karantina, Poniran juga tidak bisa ikut secara langsung merayakan. Poniran hanya bisa merayakan melalui video call sembari anaknya menyanyikan lagu bersama istrinya.

"Ini adalah konsekuensi yang saya ambil sebagai pemudik. Karena sudah diniatkan, anggap saja seperti libur. Untuk mengusir bosan, saya mengolah kebun di sekitar gubuk," ujar Poniran.

Sementara itu, Kepala Dukuh Menguri, Suparno mengapresiasi inisiatif karantina mandiri yang dilakukan Poniran di tengah situasi yang serba terbatas seperti saat ini.

Dia mengatakan kesadaran untuk menjaga kesehatan bersama oleh Poniran ini patut menjadi contoh bagi para pemudik yang lainnya. "Saat ini di Menguri memang belum ada gedung karantina mandiri untuk pemudik yang datang," kata Suparno. []

Baca Juga:

Berita terkait
Pembatasan Free WiFi Cegah Corona di Kulon Progo
Berikut sejumlah titik free WiFi di Kulon Progo yang dibatasi untuk pencegahan kerumuman saat pandemi Corona.
Pro Kontra Tutup Jalan Cegah Covid-19 di Kulon Progo
Penutupan akses jalan dalam rangka cegah penyebaran Covid-19 menimbulkan pro dan kontra, seperti yang terjadi di Kulon Progo, Yogyakarta.
Dukungan Pemkab Kulon Progo kepada UMKM Saat Corona
Pandemi Covid-19 berdampak langsung kepada UMKM. Pemkab Kulon memberikan dukungan kepada mereka untuk restrukturisasi pinjaman.