Malioboro Bebas Kendaraan, Omzet Pengusaha Turun

Selasa Wage saat uji coba bebas kendaraan bermotor, omzet pengusaha Malioboro turun drastis.
Suasana Jalan Malioboro yang lengang saat uji coba bebas kendaraan bermotor pada Selasa 18 Juni 2019 lalu, dimanfaatkan warga atau wisatawan dengan bersepeda atau swafoto di tengah jalan. (Foto: Tagar/Ridwan Anshori)

Yogyakarta - Malioboro diujicobakan bebas kendaraan bermotor pada Selasa 18 Juni 2019 lalu. Ujicoba berikutnya setiap Selasa Wage, atau 35 hari sekali.

Perkumpulan Pengusaha Malioboro Ahmad Yani (PPMAY) memberi catatan evaluasi atas uji coba itu.

"Selasa Wage saat uji coba (bebas kendaraan bermotor), omzet pengusaha Malioboro turun drastis," kata Ketua Umum PPMAY Sadana, Kamis 20 Juni 2019.

Sadana mengatakan, toko-toko di Malioboro mengalami penurunan omzet sampai 50 persen di banding kondisi normal atau Selasa Wage sebelumnya.

"Parkir di Malioboro Mall mengalami penurunan sebesar 60 persen, tenant dan outlet di mal, secara rata-rata turun omzet 40 persen," jelasnya.

Berita sebelumnya: Hari Ini, Malioboro Uji Coba Bebas Kendaraan Motor

Menurut Sadana, penurunan omzet ini harus menjadi perhatian serius. Jika omzet turun berkelanjutan berdampak banyak toko di Malioboro tidak bisa bertahan.

Dampak selanjutnya masalah tenaga kerja atau karyawan yang mungkin terkena PHK. "Jika sampai ada toko yang gulung tikar, bagaimana nasib para karyawan," ujarnya.

Sadana mendapat laporan dari Hotel Mutiara di Jalan Malioboro, yang harus kehilangan banyak tamu karena batal menginap.

Saking sepinya, ruas Jalan Malioboro bisa untuk main sepak bola

"Ada dua rombongan yang cancel setelah mengetahui rencana uji coba. Kemudian terjadi juga cancel paket meeting 200 pax. Walk in guest/customer tidak ada," jelasnya.

Menurut dia, tamu yang tetap mau menginap di Hotel Mutiara, berhenti di Jalan KH Ahmad Dahlan. Manajemen hotel lalu menjemputnya dengan mobil shuttle.

"Namun, mobil shuttle tetap kesulitan merapat ke Hotel Mutiara, karena harus berdebat dulu dengan petugas Dishub yang berjaga," kata dia.

Menurut dia, keluhan juga dirasakan warga yang rumahnya di Malioboro. Mereka mau pergi dan pulang kebingungan lewat mana. "Ini perlu mendapat perhatian juga," kata dia.

Sadana mengatakan, Pemkot Yogyakarta dan Pemda DIY perlu menyontoh Kota Callela di Spanyol. Di kota itu juga pedestrian, namun tidak merepotkan warga di sana.

"Ada portal dengan remote. Tiap warga, yang mobil maupun motornya mau ke luar masuk, mempunyai remote masing-masing, jadi warga tetap bisa nyaman bepergian dan pulang rumah," paparnya.

Dia mengatakan, untuk Malioboro, mungkin bisa menggunakan penanda khusus bagi warga Malioboro. "Seperti stiker untuk warga, sehingga mobilitasnya tidak terganggu," kata dia.

Berita sebelumnya: Raja Keraton Yogyakarta Ikut Pungut Sampah di Malioboro

Keluhan warga setempat dialami oleh Wahyono yang bingung pulang ke rumah. "Saya bingung mau pulang, mau lewat (pakai mobil) dicegat petugas, nggak boleh masuk," ujar warga Beskalan Malioboro ini.

Dari pantauan Tagar pada Selasa 18 Juni 2019 lalu, ruas Jalan Malioboro terlihat kosong. Berbeda dengan hari biasa yang penuh kendaraan. Saat uji coba bebas kendaraan bermotor lalu, wisatawan leluasa berjalan di tengah jalan, sambil berswafoto dengan nyaman.

Anak-anak warga setempat juga terlihat leluasa mengayuh sepeda, dengan zig-zag pun bisa. "Saking sepinya, ruas Jalan Malioboro bisa untuk main sepak bola," celoteh Rama (12), warga Sosrowijayan Malioboro.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X menginginkan Selasa Wage depan uji coba tetap dilakukan.

Untuk bus yang membawa tamu ke hotel, boleh masuk Malioboro. "Boleh masuk tapi (penumpang atau tamu) didrop," kata Sultan HB X. []

Berita terkait