Komisi X DPR: Sistem Pendidikan Indonesia Perlu Desain Besar

Komisi X DPR mengharapkan pemerintah Indonesia menyusun desain besar maupun peta jalan sistem pendidikan Inddonesia.
Komisi X DPR mengharapkan pemerintah Indonesia menyusun desain besar maupun peta jalan sistem pendidikan Inddonesia. (Foto: Tagar|Istimewa|Abdul Fikri Faqih).


 


Jakarta - Komisi X DPR mengharapkan pemerintah Indonesia menyusun grand design (desain besar) maupun peta jalan (road map) sistem pendidikan di Indonesia. Selama ini setiap pergantian pemerintahan, menteri dan kurikulumnya ikut berganti, sehingga belum terlihat orientasi pendidikan Indonesia.

“Perlu ada orientasi yang jelas arah pendidikan, apakah ke arah pendidikan akademik, vokasional, profesional, atau bertujuan menumbuhkan jiwa wirausaha (entrepreneur), kata Wakil Ketua Komisi X DPR,  Abdul Fikri Faqih dalam keterangannya yang dikutip Tagar di Jakarta, Senin, 23 November 2020.

Kita bukan lagi berada di era mekanik dan era produksi massal, tetapi sudah berada pada era industri 4.0.

Politisi dari PKS tersebut menyebutkan, Indonesia sudah memiliki UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sistem ini dianggap sudah mewakili secara menyeluruh. Yang diperlukan oleh Dewan adalah semacam grand design, ataupun blue print (cetak biru) Rencana Induk Pendidikan, yang menjelaskan arah pendidikan Indonesia ke arah mana.

Misalnya Indonesia menganut campuran (mixed) antara akademi vokasi dan profesi, juga entrepreneur misalnya. Ini di-mixed berapa persen yang vokasi, berapa persen akademik, dan berapa persen entrepreneur. Misalnya bobot untuk akademi vokasi 70 persen, profesi 20 persen, dan entrepreneur 10 persen. 

"Kita sepakati munculnya angka tersebut, menjadi alasan yang tepat sesuai dengan kondisi Indonesia," tutur Abdul Fikri.

Bicara tentang vokasi, menurutnya, sudah ada gambaran sebagai benchmarking sejumlah negara industri seperti Jerman dan Jepang. Untuk itu konsep yang dipakai di sini, adalah gambaran pada masa Mendikbud Wardiman Djojonegoro, yang dikenal dengan konsep link and match antara dunia pendidikan dan dunia kerja.

Program SMK ke Desa di Era Industri 4.0

Perbedaan kerangka berpikir masa beberapa puluh tahun silam dengan perkembangan di masa kini adalah, karena pendidikan vokasi yang dikenal sekarang, tidak seperti dulu lagi. ”Kita bukan lagi berada di era mekanik dan era produksi massal, tetapi sudah berada pada era industri 4.0," tutur Abdul Fikri. 

Ia  menambahkan, ini adalah era inovasi dan kreasi. Dengan demikian ada sejumlah pekerjaan yang dulunya bukan menjadi pekerjaan atau profesi, sekarang muncul menjadi pekerjaan.

Begitu juga dengan Program Studi (Prodi) di SMK, kini tidak seluruhnya compatible dengan jenis pekerjaan yang tersedia. "Kami masih mengharapkan, ada rumusan arah Prodi di SMK bentuknya seperti apa. Mungkin saja di SMK saat ini, mereka belajar tentang elektronika, komputer, dan juga komunikasi visual,” ucap Abdul Fikri.

Menurutnya, di era disrupsi ini perlu juga  dirumuskan, seperti apa bentuk sistem vokasional yang mengikat antara SMK dengan kebutuhan dunia usaha. Jadi sistemnya akan mengikuti kebutuhan dunia industri dan dunia usaha.

Kami dari Dewan juga setuju, jika vokasi memperoleh porsi besar sampai 70 persen.

Abdul Fikri kembali mengingatkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ke depan, harus mampu memprediksi dan bersifat fleksible. Jika nantinya sudah ada peta jalan atau cetak biru maupun grand design yang berisi Rencana Induk, harus dapat mencakup dinamika yang terjadi.

"Karena itu kreasi penuh inovasi, perlu diberi ruang bagi terjadinya perubahan-perubahan dalam Rencana Induk, yang saat ini tengah disusun peta jalannya oleh pemerintah," kata Abdul Fikri.

Sesuai UU No. 23 tahun 2014, tentang Pemerintahan Daerah, pendidikan menjadi urusan wajib yang menyangkut kebutuhan dasar. Untuk itu perlu ada pembagian wewenang yang lebih jelas, pemerintah kabupaten/kota mengadakan pendidikan pada tingkatan SMP (Sekolah Menengah Pertama) sampai ke PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).

Sedangkan Pemerintah pusat berkonsentrasi mengadakan perguruan tinggi. "Pemikiran ini dianggap cukup proporsional, kendati kami dari Dewan juga setuju, jika vokasi memperoleh porsi besar sampai 70 persen," tuturnya.

Maka yang diperlukan adalah bentuk kebijakan umum yang ditentukan dari pemerintah pusat, sambil memberi kelonggaran kepada pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, agar mereka dapat melakukan kebijakan yang lebih detail. Sampai saat ini sejumlah SMK itu baru ada di tingkat kabupaten/kota. Namun demikian kebutuhan vokasi jangan hanya disandarkan kepada pihak industri. 

"Mengapa demikian, sebab situasi dalam negeri ataupun dunia dan situasi global kita juga belum menggairahkan," kata Abdul Fikri.

Ilustrasi SMK PertanianProspek SMK Pertanian untuk masa depan bangsa. (Foto: Tagar|p4tkpertanian.kemdikbud.go.id|Ilustrasi SMK Pertanian).

Untuk itu sebaiknya,  semua memanfaatkan potensi lokal desa, kendati belum ada acuan (tuntunannya). Apalagi SMK yang orientasinya kepada desa hanya SMK Pertanian. Berorientasi pada desa itu bagus, mengingat ada anggaran yang bergulir ke desa, yang nilainya lebih dari Rp1 miliar untuk satu desa. Karena itu pemanfaatannya harus diikuti dengan program pemberdayaaan desa, yang diikuti juga dengan peningkatan kapasitas SDM.

Dalam upaya mendorong inovasi di bidang pertanian, menurut Abdul Fikri, di era pandemi ini sektor pertanian termasuk salah satu bidang yang potential winner dan sanggup bertahan (survive). Sektor pertanian mampu bertahan di tengah pandemi, bersama sektor industri makanan dan minuman (food and beverage).

Langkah yang perlu dilakukan di era digital ini adalah bagaimana melink-kan (menghubungkan) antara para pedagang sayur atau petani sayur secara daring (online), yang difasilitasi aksesnya dengan pengusaha yang membutuhkan pasokan mereka, seperti pengusaha makanan dan minuman. Jadi orientasi pendidikan tidak hanya ditujukan bagi siswa (pelajar) dan mahasiswa, tetapi perlu juga mengedukasi tentang bisnis digital kepada para petani dan pedagang bidang pertanian.

SMK Bangun Desa Berkonsep Digitalisasi 

Pengembangan konsep ‘Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bangun Desa’ yang tengah digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan siap diimplementasikan tahun 2021, merupakan konsep berpikir membawa desa pada proses akses digital (digitalisasi ke desa-desa). Ini juga melibatkan juga sinergi dengan sejumlah kementerian terkait.

Menurut keterangan Direktur Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud),  M. Bakrun, sebenarnya ini merupakan perluasan juga dari sistem vokasional yang selama ini digarap bersama dengan dunia usaha. Disadari oleh para pembina SMK, kondisi yang tidak mudah sedang dialami oleh hampir semua jenis industri yang terdampak oleh pandemi Covid-19, termasuk di dalamnya industri otomotif dan juga industri pariwisata dalam arti luas.

Untuk mengatasi hal tersebut sejak tahun 2017 pemerintah aktif mendorong program vokasional melalui Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK dalam rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing SDM Indonesia. Sejak saat itu penyerapan kebutuhan lulusan SMK pada dunia industri, dirasa sudah cukup bagus.

Namun kondisi saat ini menurut Bakrun, banyak sektor industri yang mengalami PHK. Selain banyak juga di antara mereka yang masih diterima bekerja di sektor industri, ketika industri tersebut mulai bertumbuh lagi di satu daerah tertentu.

"Untuk itu saya mendorong agar anak didik, para lulusan SMK tersebut mampu berwirausaha secara mandiri. Tetapi harus diakui, pendidikan wirausaha juga tidak mudah bagi anak-anak. Kami selalu berusaha terus-menerus, salah satunya dengan mengadakan Sekolah Pencetak Wirausaha,” ucapnya

Sedangkan untuk Program SMK membangun pedesaan, tidak harus spesifik ke bidang pertanian. Menurutnya, pertanian menjadi salah satu penyumbang tertinggi pertumbuhan ekonomi nasional, pada kuartal II tahun ini sebesar 16,24 persen. Bidang pertanian ini tidak terdampak pandemi corona covid-19.

Saat membangun desa, tidak spesifik bermakna pertanian dalam arti budidaya. Tetapi SMK juga bisa mempercepat proses digitalisasi yang ada di pedesaan. Termasuk juga bidang pemasaran, sehingga secara daring bisa lekas diketahui, harga komoditi di pasaran ini saat ini juga.

“Untuk membangun dapat saja dilakukan melalui berbagai macam keterampilan, di mana salah satu aspek yang disentuh adalah pertanian. Secara implementasi, banyak dilakukan inovasi agar masyarakat desa juga mampu menguasai teknologi," tutur Bakrun.

Menyadari yang diperlukan bagi mereka adalah pemanfaatan market place, sehingga para siswa SMK yang melakukan praktek kerja lapangan (PKL) selama minimal 6 bulan bersama bimbingan para guru, diharapkan mampu memanfaatkan peluang tersebut.  Selama ini Kemendikbud mulai bersinergi  dengan sejumlah kementerian terkait antara lain Kementerian Desa, Pembangunan Desa Tertinggal, dan Transmigrasi,  Kementerian Pertanian, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil  Menengah, Kementerian Dalam Negeri, serta Kementerian Komunikasi dan Informatika," ucap Bakrun. 

"Sebagai bagian dari program pilot project untuk 500 desa yang akan mulai diimplementasikan tahun depan, saat ini direktorat kami sudah mulai menerapkannya di sejumlah provinsi di Pulau Jawa, termasuk pengembangan tanaman padi dengan pengembangan sentra pertanian yang ada di Kalimantan Tengah,” kata Bakrun. []





Berita terkait
Komisi X Minta Kemendikbud Bantu PTS Meneliti Corona
Wakil Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian meminta Kemendikbud berikan bantuan penelitian corona Covid-19 kepada Perguruan Tinggi Swasta atau PTS.
Komisi X Minta Pembagian Sembako Gunakan Data Akurat
Anggota Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian meminta pembagian paket sembako harus dengan data akurat, agar permasalahan membludak massa tak terulang.
Ini Penerima BSU Pendidik & Tenaga Kependidikan Non PNS
Nadiem Anwar Makarim sampaikan siapa saja penerima Bantuan Subsidi Upah (BSU) Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) non PNS.
0
Dalam Dua Hari, Vaksinasi PMK Tembus 58 Ribu Dosis
Pemerintah terus melakukan percepatan vaksinasi terhadap hewan ternak untuk mencegah peningkatan jumlah hewan sakit PMK.