Komentar Bupati Agam Soal Pro Kontra Sembako Gratis

Bupati Agam meluruskan pro kontra terkait pembagian sembako gratis yang dinilai terlalu cepat oleh sejumlah pihak.
Bupati Agam Indra Catri telah menyalurkan bantuan beras bagi warga kurang mampu terdampak covid-19 sejak 1 April 2020. (Foto: Tagar/Rifa Yanas)

Agam - Pembagian sembako berupa beras gratis, garam dan sayuran yang ditempuh Pemerintah Kabupaten Agam, Sumatera Barat, menuai pro dan kontra. Banyak masyarakat mengapresiasi langkah cepat penanganan virus corona (covid-19) itu, dan tidak sedikit pula yang mencibir dan menilai kebijakan itu tergesa-gesa.

Kita harus pastikan secepatnya bahwa ada cadangan beras di rumah-rumah penduduk yang bisa sewaktu-waktu mengisi perut yang terancam lapar.

Bupati Agam Indra Catri mengatakan dalam pertempuran melawan covid-19, yang perlu dipastikan terlebih dulu adalah tersedianya beras yang cukup di rumah-rumah masyarakat kurang mampu.

"Bergegaslah agar penyebaran dan dampak pendemik covid-19 cepat diatasi. Mana yang bisa dikerjakan terlebih dahulu, tolong segerakan tanpa harus menunggu yang lainnya rampung sempurna. Begitu saya intruksikan ke camat dan wali nagari," kata Indra dalam keterangan tertulisnya yang diterima Tagar, Minggu, 5 April 2020.

Indra Catri juga memerintahkan camat hingga wali nagari memastikan agar masyarakat sehat. Bagi yang terpapar covid-19 dipastikan tertangani secara benar sesuai protokol kesehatan. Setelah itu, baru dicarikan solusi masalah lainnya sesuai urgensinya.

Dia tidak mempersoalkan pendapat masyarakat atau pengamat yang mengatakan Agam terlalu cepat menyalurkan bantuan sembako kepada masyarakat. Kicauan tersebut dianggap angin lalu dan tidak terlalu dipikirkan.

"Semua orang maklum kalau di Agam banyak varian tokoh masyarakatnya. Ada yang benar-benar tokoh, ada kategori nokoh, dan ada pula tokoh-tokohan. Ketokohannya ada di bidang agama, budaya, pemuda, sampai ke tokoh penggemar batu akik. Begitu juga dengan pengamat. Jangan sampai salah mintak ubek (salah minta obat)," katanya.

Misalnya, kata Indra, menghadapi ancaman covid-19 tentunya harus pergi ke tempat ahli kesehatan dan bukan meminta pandangan dan pendapat pengamat sepak bola. Saat mengahadapi banjir bandang, sebaiknya juga meminta pendapat insinyur peternakan.

“Harus pandai memilah dan memilih agar kita tidak dibikin pusing. Tolong edukasi masyarat awam supaya tidak bingung dan terprovokasi menerimanya. Kalau tidak, bisa hancur imunitas sosial dan individual kita dibuatnya,” katanya.

Indra Catri menampik tudingan pembagian sembako dibilang terlalu cepat dan tidak tepat sasaran. Menurutnya, tindakan cepat justru sangat diperlukan di tengah wabah corona saat ini.

"Kita harus pastikan secepatnya bahwa ada cadangan beras di rumah-rumah penduduk yang bisa sewaktu-waktu mengisi perut yang terancam lapar. Kita harus segera droping beras ke rumah masyarakat kategori miskin tanpa harus terjerat masalah hukum di kemudian hari,” katanya.

Menurutnya, salah satu cara yang mungkin ditempuh adalah dengan mengacu kepada surat edaran Gubernur Sumatera Barat 28 Maret 2020 di mana mulai hari Rabu, 1 April 2020 sudah mulai menyalurkan bantuan beras kepada masyarakat. Basisnya adalah masyarakat yang tercatat dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kabupaten Agam Tahun 2019.

“Kita terpaksa memakai data lama karena updating data dijadualkan akan selesai dilakukan pada bulan Juli,” katanya. []



Berita terkait
Burung Langka Pujaan Suku Dayak Tersesat di Agam
Seekor Burung Rangkong Badak ditemukan warga Kabupaten Agam, Sumatera Barat, dalam kondisi tergeletak di area pesawahan.
14 Pekerja Asal Jateng Dipulangkan dari Agam
14 orang pekerja asal Jawa Tengah dipulangkan ke kampungnya dari Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
20 Ton Garam dan Rp 12 Miliar APBD Agam Lawan Corona
Pemerintah Kabupaten Agam mengucurkan Rp 12 miliar dan 20 ton garam untuk kebutuhan masyarakat melawan virus corona.
0
Aung San Suu Kyi Dipindahkan ke Penjara di Naypyitaw
Kasus pengadilan Suu Kyi yang sedang berlangsung akan dilakukan di sebuah fasilitas baru yang dibangun di kompleks penjara