Burung Langka Pujaan Suku Dayak Tersesat di Agam

Seekor Burung Rangkong Badak ditemukan warga Kabupaten Agam, Sumatera Barat, dalam kondisi tergeletak di area pesawahan.
Burung Rangkong Badak yang ditemukan di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. (Foto: Tagar/Rifa Yanas)

Agam - Seekor burung langka dan dilindungi tiba-tiba ditemukan di area pesawahan warga Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Satwa jenis Burung Rangkong Badak atau bernama latin Buceros Rhinoceros itu kini sedang direhabilitasi petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar.

Bagi suku Dayak di Kalimantan burung ini adalah simbol kebangsawanan.

Informasi yang dirangkum Tagar, burung ini merupakan spesies rangkong terbesar di kawasan Asia. Di Pulau Kalimantan, burung ini sangat dipuja suku Dayak. Beratnya berkisar 10 hingga 15 kilogram dengan panjang lebih satu meter.

"Kami timbang beratnya 12 kilogram. Diukur dari paruh sampai ke ekornya lebih satu meter. Lebar antara kedua sayapnya juga lebih satu meter,” kata Pengendali Ekosistem Hutan BKSDA Resor Agam Ade Putra kepada Tagar, Jumat, 3 April 2020.

Keunikan burung ini, kata Ade, memiliki cula badak di atas paruhnya. Warna bulu-bulunya didominasi warna hitam dan putih. Dari segi makanan, burung ini termasuk omnivora karena memakan buah, serangga dan reptil.

"Bagi suku Dayak di Kalimantan burung ini adalah simbol kebangsawanan. Bulunya dijadikan perhiasan di kepala. Di pasar gelap, jika dirupiahkan harga cula badaknya setara satu motor bekas," katanya.

Ade menceritakan bagaimana warga yang mendapati burung itu langsung berinisitif menyerahkan ke pihaknya. Burung berjenis kelamin betina itu diserahkan oleh Erid Trasta, warga Nagari Tigo Koto Silungkang, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, bersama pamannya.

"Menurut warga setempat burung itu kelelahan terbang. Warga percaya burung langka itu bertransmigrasi dari satu bukit ke bukit yang lainnya. Lelah dalam rutenya burung itu jatuh dan tergeletak," katanya.

Kendati begitu, Ade mengaku tidak menemukan mitos itu dalam literatur dunia satwa. Ade memprediksi burung ini terpisah dari kawanannya. Bisa jadi pula, burung ini mengalami gangguan kesehatan.

“Saat diperiksa, tidak ada luka-luka fisik. Maka kecil kemungkinan burung betina ini dianiaya burung pejantan atau hewan predator. Apalagi burungnya panik memikirkan dampak virus corona,” guyon Ade.

Ade menyebut, kesadaran warga Kabupaten Agam menyerahkan satwa langka cukup tinggi. Sepanjang dua tahun terakhir, total sudah ada 20 satwa langka berbagai jenis yang ditampung BKSDA dari tangan warga.

Kasus temuan ini misalnya. Erid Trasta sebagai penemu langsung melapor ke pamannya. Si paman melacak informasi tentang BKSDA melalui internet.

"Keduanya rela menempuh jarak 40 kilometer untuk menyerahkan burung ini ke kantor kami. Itupun harus melewati sejumlah pemeriksaan oleh petugas penanggulangan covid-19 di daerah perbatasan," katanya.

Kini burung langka dengan 13 jenis corak yang ada di Indonesia itu sudah dalam penanganan. Setelah diidentifikasi, selanjutnya akan dilakukan observasi dan perawatan di kantor Resor BKSDA Agam.

“Setelah kondisi burung membaik, akan segera kami lepas liarkan ke kawasan Cagar Alam Maninjau,” katanya. []



Berita terkait
14 Pekerja Asal Jateng Dipulangkan dari Agam
14 orang pekerja asal Jawa Tengah dipulangkan ke kampungnya dari Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
20 Ton Garam dan Rp 12 Miliar APBD Agam Lawan Corona
Pemerintah Kabupaten Agam mengucurkan Rp 12 miliar dan 20 ton garam untuk kebutuhan masyarakat melawan virus corona.
Warga Agam Bantah Tudingan Corona Wako Bukittinggi
Warga Agam menyayangkan pernyataan Wali Kota Bukittinggi Ramlan Nurmatias terkait pemantauan warga yang pulang dari daerah terjangkit corona.
0
Menkeu AS dan Deputi PM Kanada Bahas Inflasi dan Efek Perang di Ukraina
Yellen bertemu dengan Freeland dan janjikan kerja sama berbagai hal mulai dari sanksi terhadap Rusia hingga peningkatan produksi energi