Khofifah Datang, Pendidikan Jatim Gratis

Khofifah datang, pendidikan Jatim gratis. Khofifah berbicara dengan tindakan, tentang menjadi pejabat bukan untuk kaya.
Khofifah Datang, Pendidikan di Jatim Gratis | Calon Gubernur Jawa Timur nomor urut satu, Khofifah Indar Parawansa menunjukkan surat suara ketika akan menggunakan hak suara di TPS 16 Jemur Wonosari, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (27/6/2018). Pilgub Jatim 2018 diikuti dua pasangan calon gubernur dan calon wakil Gubernur nomor urut satu Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak dan nomor urut dua Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno. (Foto: Antara/M Risyal Hidayat)

Surabaya, (Tagar 10/7/2018) - Calon gubernur terpilih pada pemilihan kepala daerah Jawa Timur (Pilkada Jatim) Khofifah Indar Parawansa meyakini bisa menggratiskan biaya pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan sederajat di Jawa Timur.

Sejumlah daerah kabupaten/ kota di Jawa Timur sebelumnya pernah menggratiskan biaya pendidikan bagi siswa SMA/ SMK atau sederajat, namun menjadi tidak lagi gratis setelah pemerintah pusat melimpahkan pengelolaannya ke pemerintah provinsi.

"Sistem pendidikan nasional atau Sisdiknas kita sebenarnya tidak memecah-belah. Regulasi kita justru membangun tanggung jawab antara pemerintah daerah di tingkat kabupaten/ kota dan provinsi terhadap struktur administrasi khususnya di bidang pendidikan," ujar Khofifah kepada wartawan di Surabaya, Senin (9/7), dilansir Antara.

Regulasi tersebut, lanjut dia, sejalan dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang berlandaskan Undang-undang Dasar (UUD) 1945.

"Maka kita harus membahasnya sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI. Sistem kita yang variatif itu sebenarnya hidup sebagai satu kesatuan," katanya, menjelaskan.

Maka dalam konteks untuk menggratiskan biaya pendidikan SMA/ SMK dan sederajat yang kini dikelola oleh pemerintah provinsi, Khofifah meyakinkan, sebagai calon gubernur Jawa Timur terpilih, dirinya akan menjamin harapan bagi siswa dari jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk dapat melanjutkan ke tingkat SMA/ SMK atau sederajat.

"Kepala Daerah di tingkat provinsi harus menjamin harapan keberlanjutan yang memberi garansi bagi para siswa dari SMP ke SMA/ SMK atau sederajat," ucapnya.

Minimal, mantan Menteri Sosial itu meyakinkan, bisa menjamin dengan memberi beasiswa bagi siswa SMP yang berbakat untuk melanjutkan ke jenjang SMA/ SMK atau sederajat.

"Selama ini memang belum terkoneksi, khsususnya bagi siswa SMP yang berbakat untuk mendapat beasiswa ke jenjang SMA/ SMK atau sederajat," ujarnya.

Khofifah Indar Parawansa memastikan akan menyerap atau mengakomodasi program-program yang telah diaspirasikan oleh pasangan calon nomor urut 2 Saifullah Yusuf (Gus Ipul)-Puti Guntur Soekarno.

"Aspirasinya akan kami akomodasi untuk disandingkan dengan program Nawa Bakti Satya yang telah saya susun bersama Mas Emil Elestianto Dardak sejak sebelum masa kampanye lalu," ujarnya.

Untuk itu Khofifah telah menyusun Tim Navigasi Program yang akan mempermudah kerjanya menyejahterakan masyarakat Jawa Timur dalam berbagai bidang selama kepemimpinannya lima tahun ke depan.

"Mereka yang duduk di Tim Navigasi Program ini keanggotaannya telah saya susun sejak lima hari yang lalu. Nanti akan segera saya umumkan setelah ada penetapan pemenang Pilkada Jatim dari Komisi Pemilihan Umum atau KPU," katanya.

Pesan Gus Dur

Dalam halalbihalal Muslimat NU di Gedung Konvensi Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, Minggu (8/7), Khofifah mengaku pesan Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang menjadi penyemangatnya untuk terus maju dalam pemilihan gubernur Jawa Timur.

"Orang berani hidup ya harus berani berjuang. Orang berjuang harus berani berkorban. Tiap pengorbanan besar pahalanya. Gus Dur terlalu sering berpesan itu pada saya," ujar Khofifah.

Pesan itulah yang menjadi penyemangat Khofifah untuk maju kembali dalam Pilkada Jawa Timur pada 27 Juni 2018 meski dua Pilkada sebelumnya ia kalah dari pesaingnya.
Khofifah maju untuk ketiga kalinya sebagai calon gubernur dalam Pilkada Jawa Timur berpasangan dengan Emil Elestianto Dardak sebagai calon wakil gubernur.

Khofifah mundur dari jabatan Menteri Sosial Kabinet Kerja dan ikut dalam Pilkada Jawa Timur berpasangan dengan Emil Elestianto Dardak sebagai calon wakil Gubernur.

Dalam Pilpres 2019 nanti Khofifah menyatakan dukungannya pada Presiden Joko Widodo maju untuk periode kedua sebagai calon presiden.

Khofifah dan pasangannya, Emil Dardak, didukung oleh koalisi Partai Golkar, Partai NasDem, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Hanura, dan Partai Demokrat. Dalam koalisi tersebut, ada Partai Demokrat, yang bukan pendukung Jokowi.

Dalam berbagai kesempatan, Khofifah menyampaikan dukungannya kepada Jokowi pada Pilpres 2019.

"Saya sama Mas Emil dalam beberapa kesempatan kami sudah sampaikan kami berseiring dengan Jokowi," ujar Khofifah.

Sementara itu terkait semakin banyaknya perempuan menjadi pemimpin terpilih sebagai kepala daerah, Khofifah mengatakan bahwa kepemimpinan perempuan menjadikan politik lebih bersahabat.

"Meningkatnya partisipasi perempuan dalam politik akan menjadi bagian dari performance politik yang lebih friendly," katanya. 

Ia mengaku senang dengan semakin meningkatnya partisipasi politik anak muda di Jawa Timur dalam menggunakan hak pilihnya.

"Mudah-mudahan nantinya mereka juga akan masuk pada proses politik berikutnya karena kebersamaan kita untuk membangun demokrasi yang berkualitas itu penting. Seluruh lini saya kira punya kesempatan dan peluang yang sama untuk berproses termasuk mengikuti kontestasi Pilkada," katanya.

Terlebih lagi dalam waktu dekat akan dilaksanakan pemilihan legislatif sehingga perempuan dan anak muda perlu terus meningkatkan partisipasi politiknya. Apalagi dalam regulasi sudah mengatur tentang 30 persen keterwakilan perempuan dalam politik sehingga semuanya sama-sama bertanggung jawab untuk memenuhinya, tambah Khofifah.

"Tentu harus terus mendorong keterwakilan perempuan dan hadirnya perempuan ke TPS karena akan memberikan dampak terhadap kemungkinan keterpilihan perempuan, dan akan meningkatkan pada keterwakilan perempuan. Jadi semua mendorong perempuan lebih banyak dari tingkat keterwakilannya," ujar Khofifah.

Khofifah Indar ParawansaCalon Gubernur Jawa Timur nomor urut satu, Khofifah Indar Parawansa (kedua kanan) didampingi putra putri, menunjukkan jari usai menggunakan hak suara di TPS 16 Jemur Wonosari, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (27/6/2018). Pilgub Jatim 2018 diikuti dua pasangan calon gubernur dan calon wakil Gubernur nomor urut satu Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak dan nomor urut dua Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno. (Foto: Antara/M Risyal Hidayat) 

Putri Terbaik Unair

Pada Jumat (6/7) Khofifah mengunjungi kampus Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Dalam kesempatan ini ia meminta Unair membantunya dalam mengembangkan sumber daya manusia (SDM) di wilayah itu ketika nanti resmi menjabat sebagai gubernur.

Ia berjanji kedepan akan meningkatkan berbagai kerja sama antara Pemerintah Provinsi Jatim dengan Unair sebagai tindakan nyata bagi pengembangan SDM di Jatim.

"Masukan dan keterlibatan institusi pendidikan tinggi yang berkualitas seperti Unair sangat ditunggu untuk pembangunan SDM dan seluruh aspek di Jawa Timur. Hal itu bertujuan agar Jatim bisa bersaing dengan provinsi lain," kata dia.

Khofifah mengungkapkan, dalam awal-awal pemerintahannya nanti, pihak Unair juga akan dilibatkan dalam masa transisi atau sering disebut sebagai Tim Navigasi.

"Pemprov sangat mendukung peran dan mohon pendampingan dari berbagai pihak seperti ahli dari pakar komunikasi, politik, ekonomi, dan kesehatan yang dimiliki Unair," ujar mantan Menteri Sosial itu.

Rektor Unair Prof Mohammad Nasih menyambut baik kedatangan Khofifah ke kampusnya.

Rektor mengaku bangga bahwa salah satu putri terbaik Unair kini dipercaya sebagai pemimpin di Jawa Timur.

"Kedepan, Unair juga bakal terus mendukung berbagai kebijakan dan program serta memberikan gagasan untuk kemajuan Provinsi Jatim," kata Nasih.

Nasih menilai Unair sudah sejak lama turut serta menjadi bagian dari pembangunan dan pengambilan kebijakan di dalam pemerintahan di Jatim.

Menurut Nasih, untuk mengatasi berbagai persoalan yang ada di provinsi itu memang diperlukan suatu keberanian serta program-program dan gagasan yang baru.

"Untuk itu, Unair sekali lagi sangat siap untuk mendukung dan memberikan gagasan segar demi kemajuan bersama sebagai upaya untuk kesejahteraan bangsa Indonesia," tuturnya.

Rumah Warisan

Pada Kamis 27 Juni hingga Jumat 29 Juni Khofifah di rumahnya di Jalan Jemursari VIII, Kelurahan Jemur Wonosari, Kecamatan Wonocolo, Surabaya, tak henti menerima ucapan selamat dari para tamu yang datang bergelombang. Senyumnya mengembang, matanya berbinar.

, begitu slogan berbahasa Jawa yang digaungkan Khofifah selama masa kampanye Pilkada Jatim 2018. Dalam bahasa Indonesia kata itu berarti sudah waktunya (menang).Wes Wayahe, begitu slogan berbahasa Jawa yang digaungkan Khofifah selama masa kampanye Pilkada Jatim 2018. Dalam bahasa Indonesia kata itu berarti sudah waktunya (menang).

Khofifah berpasangan dengan Emil maju ke arena Pilgub Jatim dengan dorongan sejumlah ulama dan kiai sepuh di provinsi setempat, yang dimotori oleh pembina Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur, KH Salahuddin Wahid.

Semula terdapat sembilan ulama dan kiai yang mendorongnya, dikenal dengan nama Tim 9. Belakangan berkembang beranggotakan sebanyak 17 kiai yang menyatakan turut mendukungnya.

Dorongan dari para ulama dan kiai tersebut direspons oleh partai politik Demokrat, Golkar, Hanura, PPP, Nasdem dan PAN, yang kemudian berkoalisi mengusungnya.

Khofifah lahir di Surabaya, 19 Mei 1965. Sejak kecil ia sudah tinggal di rumah yang ditempatinya saat ini, Jalan Jemursari VIII, Kelurahan Jemur Wonosari, Kecamatan Wonocolo, Surabaya.

"Ini adalah rumah warisan dari orang tua. Jadi sejak kecil saya sudah tinggal di sini. Saya arek Wonocolo asli," katanya.

Alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya itu menghabiskan masa anak-anak hingga masa remajanya di kampung tersebut.

Para tetangga di sekitar rumahnya mengenal Khofifah dengan akrab.

Itu ditunjukkan dengan kemenangannya yang terbilang telak di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 016, Kelurahan Jemur Wonoasri, yang berjarak sekitar 20 meter dari rumahnya. Di TPS itu pula Khofifah bersama keluarganya menggunakan hak pilih selama tiga kali periode Pilkada Jatim yang diikutinya.

Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di TPS setempat Muhammad Mabrur mengumumkan Khofifah, yang di Pilkada Jatim 2018 berpasangan dengan Emil Elestianto Dardak, memperoleh 413 suara. Sedangkan rivalnya, pasangan Saifullah Yusuf - Puti Guntur Soekarno, di TPS tersebut memperoleh 56 suara.

"Kemenangan pasangan Khofifah-Emil di TPS 016 Kelurahan Jemur Wonosari pada Pilkada Jatim 2018 mencapai 76 persen dari total jumlah pemilih," katanya.

Mabrur menjelaskan total daftar pemilih tetap (DPT) di TPS 016 adalah 631 orang. Namun tercatat yang hadir menggunakan hak pilihnya sebanyak 497 orang, 10 suara di antaranya dinyatakan tidak sah.

Dia menandaskan, selama tiga kali periode Pilkada Jatim yang diikuti Khofifah di TPS 016 selalu membuahkan kemenangan yang terbilang telak.

"Rata-rata kemenangannya di tiga kali periode Pilkada Jatim di TPS ini selalu mencapai 76 persen," ucapnya.

Tak Ada Mobil Pribadi

Warga Kampung Jemursari VIII Surabaya mengenal Khofifah sebagai sosok sederhana. Salah satunya Rodhy Nina Abarhum, warga setempat, menyebut kesederhanaan Khofifah tergambar dari rumahnya yang sampai saat ini masih menempati tanah warisan dari orang tuanya.

Bahkan, Trisnadi, kerabat dekat Khofifah, memastikan meski beberapa kali menjabat sebagai anggota DPR RI dan menteri, perempuan 53 tahun itu tidak pernah memiliki mobil yang dibelinya untuk kepentingan pribadi.

"Sampai sekarang tidak pernah membeli mobil sendiri untuk keperluan pribadinya. Mobil yang dipakai selama menjabat anggota DPR RI maupun menteri adalah mobil dinas," katanya.

Konon, mobil yang digunakan Khofifah selama masa kampanye di Pilkada Jatim 2018 pun adalah pinjaman dari pendukung atau pengusungnya.

Khofifah selama masa kampanye Pilkada Jatim 2018 di Surabaya memang selalu menekankan bahwa menjadi pejabat tidak boleh untuk tujuan kekayaan. Jabatan, menurut dia, adalah amanah yang harus dijalankan dengan tulus untuk mengabdi kepada masyarakat.

"Jika hanya mengandalkan gaji dari jabatan, susah untuk bisa menjadi kaya raya. Karenanya jabatan itu harus diniati dengan tulus untuk memberikan pengabdian kepada masyarakat," tuturnya.

Maka Khofifah menegaskan dirinya bukan orang kaya. Dia mengenang semasa kecilnya dulu harus membantu meringankan beban orang tua dengan menjual es lilin keliling kampung di sekitar rumahnya, wilayah Kecamatan Wonocolo. Itu dilakoninya sejak duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar. Dia menjajakan es lilin kepada teman-teman sekolah hingga teman-teman mainnya di lingkungan perkampungan Wonocolo.

"Wonocolo ini kampung saya. Dulu saya berkeliling kampung jualan es lilin. Kalau uangnya kumpul, saya belikan buku-buku," ucapnya, mengenang.

Khofifah Indar ParawansaPasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak memberikan keterangan pers di posko kediamannya di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (27/6/2018). Khofifah memberikan pernyataan sikap atas hasil perhitungan cepat lembaga survei yang mengunggulkan pasangannya atas pasangan nomor urut dua Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno pada Pilgub Jawa Timur 2018. (Foto: Antara/Moch Asim) 

Berkat Beasiswa

Khofifah menandaskan, kalaupun bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai ke luar negeri, semuanya juga bukan dari hasil kekayaannya.

Ia mencontohkan, putri pertamanya, Patimasang Mannagalli Parawansa, bisa kuliah di Singapura, Australia dan Inggris, berkat beasiswa. Begitu pula putra keduanya, Jalaluddin Mannagali Parawansa, bisa berkuliah sampai ke negeri Cina karena mendapat beasiswa.

"Saya ini nggak kaya. Rumah di Jemursari itu adalah warisan dari orang tua. Busana yang saya pakai sampai sekarang juga masih 'ndeso'," ujarnya.

Kader NU Khofifah Indar Parawansa meniti karir politik melalui Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), yang merupakan sayap dari organisasi massa Nahdlatul Ulama (NU). Di usia 26 tahun, setelah menjabat Ketua Umum Pengurus Cabang PMII Surabaya, dia melenggang ke Senayan, Jakarta, menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) periode 1992 - 1996 dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Pada masa usia yang masih tergolong muda itu Khofifah bahkan telah dipercaya sebagai Pimpinan Fraksi PPP DPR RI.

Selanjutnya di tahun 1999 Khofifah kembali menduduki jabatan wakil rakyat di DPR RI dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan menempati jabatan Wakil Ketua DPR RI.

Ketika Presiden Abdurrahman Wahid, atau akrab disapa Gus Dur, terpilih menjadi Presiden keempat Republik Indonesia, periode 1999-2001, Khofifah diangkat sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan sekaligus Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.

Khofifah menjabat Menteri Sosial di Kabinet Kerja pemerintahan Presiden Joko Widodo di tahun 2014 hingga akhirnya mengundurkan diri demi mengikuti Pilkada Jatim 2018 pada 17 Januari lalu.

Sama-sama Kader NU

Kepada wartawan di Surabaya pada 28 Juni, Khofifah mengenang dirinya bersama Saifullah Yusuf, atau akrab disapa Gus Ipul, yang menjadi pesaingnya sebagai calon gubernur nomor urut 2 di Pilkada Jatim 2018, adalah sama-sama meniti karier sebagai kader NU di bawah bimbingan mendiang Gus Dur.

Saat itu, periode 2000 - 2005, untuk pertama kalinya Khofifah menjadi Ketua Umum Muslimat NU. Pada periode yang sama di kepengurusan struktural NU, Gus Ipul menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor.

Khofifah mengaku jalinan persaudaraan dengan Gus Ipul erat terbangun pada era itu. "Gus Ipul dulu hampir setiap tiga kali seminggu mampir ke Kantor Muslimat NU di Jakarta hanya sekadar makan nasi bungkus bersama-sama," katanya, mengenang.

Khofifah merasa jalinan persaudaraannya dengan Gus Ipul mulai berjarak selama kontestasi Pilkada Jatim 2018.

Dia bertekad untuk memperbaikinya agar kembali terjalin rasa persaudaraan yang erat seperti dulu lagi.

Sehari sebelumnya, pada Rabu malam, 27 Juni, Khofifah menyatakan dirinya yang berpasangan dengan Emil Elestianto Dardak telah terpilih sebagai pemenang di Pilkada Jatim 2018, mengacu pada hasil dari berbagai lembaga penghitungan cepat.

Dia mengucapkan salam hormat kepada Gus Ipul dan pasangannya Puti Guntur Soekarno, beserta segenap koalisi partai pengusung PDIP, PKB, PKS dan Gerindra, dengan menekankan bahwa kemenangan di Pilkda Jatim 2018 adalah milik seluruh masyarakat Jawa Timur.

Khofifah berharap momen Pilkada Jatim 2018 bisa menjadi mata rantai yang berkelanjutan untuk membawa masyarakat Jawa Timur yang lebih baik dan sejahtera.

Komisi Pemilihan Umum setempat telah menyatakan pasangan Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak sebagai pemenang Pilkada Jatim setelah merampungkan rekapitulasi penghitungan suara tingkat provinsi pada 7 Juli lalu.

Pasangan calon nomor urut 1 yang diusung oleh koalisi Partai Demokrat, Golkar, Hanura, PPP, PAN dan Nasdem itu memperoleh 10.465.218 suara atau 53,55 persen. Sedangkan pasangan calon nomor urut 2, Saifullah Yusuf-Puti Puti Guntur Soekarno, yang diusung koalisi PDIP, PKB, PKS dan Gerindra, memperoleh 9.076.014 suara atau 46,5 persen.

Perempuan yang semasa kecil berjualan es lilin keliling kampung itu kini menatap untuk segera menempati kantor di Gedung Negara Grahadi Surabaya, sebagai Gubernur Jawa Timur periode 2019-2024. (af)

Berita terkait
0
PKS Akan Ajukan Uji Materi PT 20%, Ridwan Darmawan: Pasti Ditolak MK
Praktisi Hukum Ridwan Darmawan mengatakan bahwa haqqul yaqiin gugatan tersebut akan di tolak oleh Mahkamah Konstitusi.