Keyko Atlet Polo Air, Sebelum dan Sesudah Corona

Amazia Keyko Radisty usai berlatih fisik saat ditemui. Ini kisah atlet termuda polo air wanita di Yogyakarta, sebelum dan sesudah pandemi corona.
Amazia Keyko Radisty, anggota tim polo air putri Daerah Istimewa Yogyakarta, berdiri di pinggir kolam renang sambil memegang medali. (Foto: Dok Pribadi)

Yogyakarta - Jemari gadis bertubuh semampai itu mengutak-atik telepon seluler. Amazia Keyko Radisty, namanya. Ia baru saja berlatih fisik saat ditemui di rumahnya, di Kampung Badran, Kelurahan Bumijo, Kecamatan Jetis, Yogyakarta, Jumat malam, 3 April 2020. Wabah corona mengubah rutinitasnya. Sebagai atlet polo air, biasanya ia berlatih bersama tim. Kini ia berlatih di rumah saja.

Kulitnya bersih dipadu senyumnya yang malu-malu manis, serasi dengan postur tubuh setinggi 163 sentimeter. Sekilas Keyko terlihat seperti siswi sekolah menengah atas. Tapi, wajahnya masih menunjukkan keluguan khas anak-anak.

Gadis berusia 12 tahun ini adalah atlet termuda dalam tim polo air wanita Daerah Istimewa Yogyakarta. Keyko, siswi kelas enam sekolah dasar itu akan mewakili Provinsi DIY pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua pada tahun ini, bersama 12 atlet polo air lainnya.

Sebelum pandemi Covid-19 melanda Indonesia, termasuk Yogyakarta, biasanya Keyko berlatih bersama dua belas temannya di salah satu kolam renang di daerah Seturan, Kabupaten Sleman. Tapi saat ini mereka tidak berlatih di lokasi yang sama, meski latihan tetap berlangsung. Mereka berlatih di rumah masing-masing.

Kata Keyko, ia dan tim berlatih fisik dengan pengawasan pelatih, melalui semacam aplikasi video call atau panggilan video, seperti malam itu.

Sekarang latihan di rumah pakai aplikasi seperti buat vc (video call). Habis itu, kalau salah ditegur, disuruh membetulkan. Yang enggak cuma latihan renang.

Amazia Keyko RadistyAmazia Keyko Radisty bersama kontingen tim polo air putri Daerah Istimewa Yogyakarta , mengikuti kegiatan Pra PON di Jakarta, beberapa waktu lalu. (Foto: Dok Pribadi)

Pelatih akan menegur jika ada atlet melakukan gerakan yang salah dalam latihan. Biasanya sang pelatih meminta mereka untuk mengulangi gerakan hingga benar-benar sempurna.

"Sekarang latihan di rumah pakai aplikasi seperti buat vc (video call). Habis itu, kalau salah ditegur, disuruh membetulkan. Yang enggak cuma latihan renang," kata Keyko.

Sering Digoda Rekan Tim

Keyko mengisahkan awal mula dirinya terjun sebagai atlet polo air. Dimulai saat Keyko belum berusia delapan tahun. Waktu itu Keyko ditawari untuk memilih olahraga yang ingin ditekuninya.

Ayahnya, Sariman, 50 tahun, memberinya pilihan beberapa cabang olahraga, di antaranya bulutangkis, karate, dan beberapa cabang lain.

"Awalnya ditanya Babe, mau pilih apa olahraganya? Terus disuruh badminton tapi aku enggak mau," cerita Keyko.

Keyko sempat memilih olahraga karate. Tapi saat itu Keyko diingatkan bahwa olahraga itu merupakan olahraga keras. "Aku mintanya kan karate. Tapi kok karate katanya malah suka banting orang, gitu to. Ya udah terus ada yang nawarin renang. Aku umur delapan tahun udah mulai renang. Sampai sekarang masih renang," tuturnya.

Setelah beberapa waktu menekuni olahraga renang, Keyko mendapat tawaran untuk mengikuti seleksi Pemusatan Pelatihan Atlet Kota Yogyakarta (PPAKY), untuk mewakili Kota Yogyakarta dalam Pekan Olahraga Daerah tingkat Provinsi DIY.

"Pas ada seleksi buat PPAKY, buat seleksi Sleman lawan kota (Yogyakarta). Aku lolos, terus ditanyain mau ikut polo (air) atau enggak? Aku mau. Kan orangnya yang mewakili kota kurang," kenangnya.

Saat tampil membela Kota Yogyakarta pada ajang porda tersebut, tim polo air putri Kota Yogyakarta berhasil meraih medali emas.

Selanjutnya Keyko dan anggota tim lainnya kembali mengikuti seleksi untuk mewakili DIY pada ajang Pra PON di Jakarta. "Aku terpilih lagi untuk ke Jakarta dan dapat medali perunggu. Habis itu sekarang baru mulai lagi buat PON di Papua. Sekarang masih latihan sendiri di rumah," tuturnya.

Sebagai atlet yang terpilih mengikuti pemusatan latihan daerah (puslatda), Keyko juga pernah merasakan tinggal di asrama. Waktu itu ia tinggal di asrama selama dua bulan, dan harus tidak serumah dengan orang tua.

Keyko mengaku sedih saat itu, tapi di sisi lain ia juga merasa senang karena bisa berkumpul bersama rekan-rekan satu tim untuk membela daerah. "Ya perasaane sedih tapi enggak. Di sana enak, senang, bisa bareng sama teman. Kalau misalnya di rumah kan biasanya enggak bangun pagi. Kalau di sana, bangun pagi udah langsung ketemu teman."

Sebagai atlet termuda dalam tim, Keyko sering digoda dan diajak bercanda oleh rekan setim. Mereka menganggap Keyko sebagai adik.

"Dari 13 orang aku paling kecil. Malah senang, soale sok dibecandai, dibikin ketawa-ketawa. Digodain gitu. Eh, kamu ini anak kecil, mandi, sekolah. Jadi malah senang," ucapnya.

Dukungan Orang Tua

Listrik GratisSariman, 50 tahun, ayah Amazia Keyko Radisty. (Foto: Dok Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Prestasi yang berhasil diraih Keyko tak lepas dari peran dan dukungan pelatih, rekan, serta keluarganya, khususnya sang ayah, Sariman, yang setia mengantar jemput Keyko untuk berlatih, terutama saat Keyko mengikuti puslatda.

Sariman menceritakan awal Keyko tertarik pada olahraga air itu, yakni sejak akhir tahun 2016. Waktu itu Keyko masih kelas tiga SD. Karena aktivitas renangnya, tubuh Keyko tumbuh lebih besar dibandingkan anak sebayanya.

Selanjutnya, saat Porda DIY 2019, tim polo air putri Kota Yogyakarta kekurangan atlet. Sehingga Keyko yang posturnya sudah seperti anak SMA pun diikutsertakan dalam seleksi, dan Keyko lolos.

"Setelah ikut berlatih, awal Maret dia masuk puslatda polo air. Dia ikut latihan sampai Oktober 2019, saat porda dilaksanakan. Sebenarnya puslatda mulai Januari, tapi Keyko masuk Maret. Tim kota mendapatkan medali emas di Porda DIY tersebut," tutur Sariman.

Setelah porda tersebut, dilanjutkan dengan kegiatan Pra PON. Pelatih tim polo air putri kembali menyeleksi untuk memilih anggota tim polo air, dan Keyko terpilih lagi. Mereka bertanding pada Desember 2019, dan puslatda dilanjutkan hingga Desember 2019.

Waktu itu Sariman mendapatkan kegiatan tambahan, yakni mengantar jemput Keyko yang tinggal di asrama selama dua bulan selama puslatda.

"Itu menjadi keunikan tersendiri karena dia masih sekolah SD, jadi pagi saya jemput untuk sekolah, dan pulang sekolah saya antar kembali ke asrama untuk latihan," kisahnya.

Sebagai orang tua, tentu saja Sariman merasa bangga, meski harus sedikit repot dan tidak tinggal bersama buah hatinya. Tapi, keputusan untuk membebaskan Keyko pada pilihannya, kata Sariman, merupakan keputusan yang penting untuk prestasi dan masa depan anak bungsunya tersebut.

"Saya mencoba memberi dia keleluasaan untuk memilih, dan ternyata dia memilih untuk bergelut di bidang itu, dengan segala konsekuensinya. Jadi saat dia masuk di puslatda, mau tidak mau saya sebagai orang tua harus selalu men-support, antar jemput setiap hari yang secara jarak tidak dekat," tuturnya.

Sariman mengakui, dukungan untuk Keyko ini butuh kerja keras. Tapi, sebagai orang tua dia tetap harus berikan semangat pada Keyko, terlebih secara usia, naluri dan sikap Keyko masih sesuai dengan umurnya.

"Secara pemahaman masih kurang tapi di satu sisi, saya sebagai orang tua atlet harus memberi dukungan," ujarnya.

Amazia Keyko RadistySeluruh anggota tim pra PON Daerah Istimewa Yogyakarta dari cabang olahraga polo air. (Foto: Dok Pribadi)

Disiplin, Tak Pernah Mengeluh

Prestasi Keyko dan tim polo air putri DIY tak lepas dari tangan dingin pelatihnya, Guntur, yang mengarahkan dan tak pernah bosan memotivasi anak latihnya.

Guntur yang dihubungi Tagar melalui apikasi pesan WhatsApp, Minggu 12 April 2020, mengatakan dirinya selaku pelatih merasa beruntung memiliki atlet seperti Keyko.

"Amazia Keyko Radisty salah satu atlet termuda di Puslatda PON kali ini, kelahiran 2008. Saya sebagai pelatih merasa beruntung punya atlet seperti Keyko. Ia selalu datang lebih awal dari jam latihan bahkan lebih awal dari pelatihnya," ujar Guntur.

Ia menilai Keyko merupakan atlet yang tidak pernah mengeluh saat di lapangan, dan selalu melakukan apa yang diperintahkan pelatih. "Keyko anak yang rajin, disiplin dan mempunyai semangat tinggi. Orang tuanya pun saya lihat sangat mendukung dan selalu memotivasi dia."

Guntur menuturkan, hingga saat ini hampir tidak ada kekurangan pada diri Keyko dalam latihan. Hanya saja, yang dikhawatirkan adalah rasa jenuhnya dalam berlatih, mengingat usia Keyko yang masih sangat muda. "Maka dari itu tugas berat juga saya sebagai pelatih untuk bisa mempertahankan Keyko supaya tidak bosan. Kebanyakan atlet di DIY ini di umur 25 sudah pada stop berlatih."

Bahkan dari segi mental bermain pun menurutnya Keyko sangat luar biasa. Walaupun masih kurang jam terbang, tapi ia bisa bersaing dengan senior-seniornya di DIY.

Mengenai nama-nama anggota tim polo air wanita DIY yang akan diikutkan dalam PON di Papua mendatang, Guntur mengaku hingga saat ini pelatih belum bisa menyebutkan nama.

"Untuk nama kita masih belum putuskan, Mas. Sebelum entry by name takutnya ada yang cedera atau lain hal itu akan kita ganti. Pelatih tidak akan mengganti atlet yang benar-benar berjuang demi polo air DIY," ujarnya.

Guntur mengimbau atlet-atlet muda yang ada di Indonesia, agar terus berlatih dengan hati dan jangan bosan berlatih untuk Indonesia. "Berlatihlah dengan hati, jangan pernah bosan untuk berlatih demi Merah Putih." Agar lahir banyak Keyko di Tanah Air. []

Baca cerita lain:

Berita terkait
Kenapa Atlet Rentan Terpapar Covid-19
Anggota Komisi X DPR Dr. Muhammad Kadafi yang juga mantan pembalap mengatakan atlet rentan terpapar virus corona penyebab Covid-19. Ini alasannya.
Nama 22 Pemain Sepak Bola Dunia Positif Covid-19
Covid-19 tidak hanya menyerang orang biasa, bahkan beberapa pemain sepak bola yang terkenal sangat menjaga pola hidup juga positif virus tersebut.
Olimpiade Tokyo Ditunda Kejuaraan Atletik Tahun 2022
Setelah Olimpade Tokyo 2020 secara resmi diundur satu tahun banyak turnamen yang terdampak seperti kejuaraan atletik dunia yang digeser ke 2022
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.