Kapan Pandemi Covid-19 Berakhir

Hari-hari kini terasa aneh, tak bisa bebas melangkah ke mana saja. Tak ada yang tahu kapan pandemi virus corona penyebab Covid-19 berakhir.
Muhammad Ibnu Bintang, anak Butta Toa yang merindukan kembalinya hari-hari seperti sedia kala, tak ada wabah corona. (Foto: Dok Pribadi)

Bantaeng - Jika hari esok tiba, hari di mana udara bebas kembali menjadi milik siapa saja. Hari di mana kaki bisa melangkah ke mana saja. Ketika tak ada lagi mobil patroli berkeliling perumahan. Ketika tak ada lagi polisi dan Pak Kepala Desa berpawai, dengan pakaian pelindung lengkap. Ketika tak ada lagi pemandangan menyeramkan itu semua. Hari di mana dunia nyata menjadi jauh lebih berharga daripada media sosial. Hari untuk kembali bersua dengan sanak saudara nun jauh di sana. Hari di mana tak ada poster bertuliskan zona merah Covid-19.

Tapi kapan hari itu tiba, tak ada yang tahu. Satu pun di antara manusia tiada yang bisa menerangkan, kapan berakhirnya pandemi virus corona Covid-19. Hari untuk bermain dengan rekan sejawat, yang dirindukan anak-anak Butta Toa, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan.

"Sedih. Sebuah wabah yang tiba-tiba merenggut kehidupan. Itu adalah bencana bagi kehidupan anak-anak khususnya," kata Muhammad Ibnu Bintang kepada Tagar, Senin siang, 30 Maret 2020.

Bintang, begitu sapaannya, seorang anak di Kabupaten Bantaeng yang tengah menjalani hidup dengan kondisi daerah yang berupaya mengantisipasi penyebaran virus corona. Di mana berbagai imbauan termasuk untk tinggal di rumah, digaungkan pemerintah pusat dan daerah. Segala teknis pertahanan diri disosialisasikan. Pemerintah dan masyarakat berjibaku, bersatu melawan virus corona.

Dengan cara melakukan physical distancing, menjaga jarak, mengurangi aktivitas keluar rumah, membatasi interaksi dan kontak langsung dengan orang-orang, menjaga kebersihan serta peka terhadap lingkungan sekitar. Bekerja dan bersekolah dari rumah.

Setiap orang berjuang untuk memutus mata rantai virus ini.

Muhammad Ibnu BintangMuhammad Ibnu Bintang, belajar dari rumah dengan sistem daring pada masa wabah corona. (Foto: Dok Pribadi)

Senin terakhir di pengujung Maret itu adalah hari pertama bagi Bintang untuk belajar secara daring di rumah. Ia begitu rikuh namun tetap berusaha melakukan adaptasi dengan keadaan seperti itu. Ya, hal baru bagi beberapa orang kadang sesulit itu.

"Mungkin karena ini hari pertama jadi rasanya aneh, tidak seperti biasanya," kata siswa kelas X IPA 1 SMAN 1 Bantaeng ini dengan nada ragu-ragu.

Sosok yang didaulat sebagai Duta Anak pada tahun 2017 ini mengaku tak sabar menantikan hari berakhirnya masa pandemik. Tak dapat dipungkiri betapa banyak hal yang secara spontan berubah dan membuatnya menjalani hari-hari yang cukup membingungkan.

Ia tak ingin berkeluh kesah tentang hari-hari aneh yang dilewatinya. Karena bagaimanapun juga ia tahu dan paham berita-berita yang berseliweran di dunia maya yang banyak membahas tentang virus corona. Ia hanya mengerti satu hal bahwa demi kebaikannya untuk saat ini ia harus tetap berada di rumah saja.

Tak ada aktivitas kongkow bersama teman-teman, mengurangi agenda dan perkumpulan bersama kawan-kawan di lembaga atau organisasi. Tak ada pertemuan secara langsung antara guru dan murid. Tak ada lagi jalan-jalan ke tempat-tempat wisata untuk mengisi akhir pekan. Bahkan sangat jarang orang-orang berlalu lalang di jalan-jalan. Semua berbeda dari biasanya.

"Sekarang ibu-ibu di depan rumah, belanja sayuran, kalau lewat mobil patroli, disuruh bubar, pokoknya tidak boleh berkumpul demi kebaikan bersama," kata remaja kelahiran Makassar, 31 Maret 2004 itu.

***

Ia tak berani berkeluh kesah banyak, berlebih-lebihan. Bintang yang tergabung dalam kepengurusan Forum Anak Butta Toa dan Forum Anak Sulawesi Selatan ini mengaku memiliki rasa empati begitu besar kepada para pejuang Covid-19 yang berdiri di garda depan. 

Mengeluh karena rasa bosan berada di dalam rumah, sama saja dengan tidak menghargai mereka yang tak punya pilihan selain meninggalkan rumah di tengah masa pandemi corona.

"Sebagaimana yang kita tahu, setiap orang berjuang untuk memutus mata rantai virus ini. Namun ada beberapa orang yang harus tetap keluar rumah karena kondisi, dan itu harus kita hargai tentunya," tutur Bintang.

Bagi Bintang, tidak semua orang menghadapi suatu keadaan dengan cara yang sama. Apalagi jika peraturan yang yang disampaikan pemerintah masih sebatas imbauan. Tentulah, soalan pribadi masih menjadi tanggung jawab sendiri-sendiri.

Dalam menghadapi masa pandemi ini, beberapa orang harus tetap keluar rumah karena butuh makan, karena tuntutan pekerjaan, karena mencari sesuap nasi, atau karena tak ada yang bisa menjamin ia dan keluarganya akan bertahan hidup jika hanya berdiam diri di rumah.

"Banyak di sekitar kita, para pedagang kaki lima di pasar misalnya, tukang sapu jalan di Bantaeng, mereka masih menjalankan tugasnya, dan tentunya para dokter dan perawat yang berhadapan langsung dengan pasien. Mengeluh karena berada di dalam rumah adalah sebuah kondisi yang tidak menghargai mereka," kata Bintang dengan lantang

Bintang, sebagai seorang anak, sebagai seorang remaja dengan jiwa muda yang tak mungkin jika selamanya hanya terkungkung di dalam rumah. Bintang sebagai seorang pelajar yang rindu menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh, kini memiliki setumpuk rindu untuk segera berkumpul dengan kawan dan gurunya di antara banyak buku.

Bintang ingin corona cepat berhenti, ingin semua yang terinfeksi cepat sembuh dan kembali ke rumah lagi. Bintang ingin segera melangkah keluar rumah, berkeliling ke mana saja sesuka hati, ingin menjelajah lebih jauh lagi, berorganisasi lebih banyak lagi, menggali ilmu lebih dalam lagi.

Bintang ingin semua segera kembali normal seperti sedia kala.

"Semoga kita semua bisa senantiasa sabar menanti dan mengikuti imbauan pemerintah untuk masing-masing mawas diri. Semoga hari itu cepat kembali. Masih banyak mimpi yang harus diraih dan itu tentunya tak bisa jika hanya selamanya seperti ini," kata remaja pemilik passion di dunia videografer yang kini usianya telah lewat dari 17 tahun ini. []

Baca cerita lain:

Berita terkait
Cara Singapura, Korsel, dan China Atasi Covid-19
Berikut cara Singapura, Korea Selatan, dan China dalam mengatasi penyebaran virus corona atau Covid-19.
Daftar Negara Tak Tersentuh Corona
19 negara ini masih aman dari virus corona.
Ciri-ciri Terkena Virus Corona Tanpa Gejala
Berikut ini tanda-tanda untuk mendeteksi orang yang terpapar virus corona atau Covid-19.
0
Demokrat: egah Polarisasi, Elit Politik Jangan Takut Berkompetisi
Demikian ditegaskan Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra, dalam keterarannya pada Selasa, 28 Juni 2022.