Keripik Sayur Sleman yang Semakin Menjanjikan

Keripik sayur di Sleman punya banyak manfaat. Salah satu sebagai solusi bagi anak yang tidak suka makan sayur.
Dosen Farmasi UAD Yogyakarta (kiri) saat memberikan pendampingan kepada perajin keripik sayur di Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman, belum lama ini. (Foto: Dok Dosen Farmasi UAD/Tagar/Yogi Anugrah)

Sleman-Makanan ringan keripik sayur hasil olahan rumah tangga di Dusun Gatak, Desa Bokoharjo Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, kian menjanjikan. Hal ini tidak lepas dari pendampingan yang dilakukan sejumlah dosen Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.

Dosen Farmasi UAD Iis Wahyuningsih, mengatakan pendampingan dilakukan untuk membantu mencari solusi terkait kendala yang dihadapi perajin keripik sayur terutama dari sisi peningkatan mutu. Potensi pengembangan perajin keripik sayur yang ada di dusun Gatak cukup besar. Saat ini ada empat perajin yang berproduksi rutin setiap hari.

Perajin makanan ringan ini mengolah keripik daun bayam, buah pare dan daun singkong. Rata produksi yang dihasilkan 5 Kilogram (kg) per jenis keripik setiap harinya. "Produksi keripik dilakukan sepanjang waktu karena bahan baku buah pare, daun singkong dan daun bayam dapat diperoleh sepanjang waktu,” kata dia, Kamis, 5 Desember 2019.

Menurut dia, dengan dukungan kemudahan memperoleh bahan baku, produk olahan ini berpotensi memperluas pemasaran. Apalagi lokasinya berdekatan dengan sejumlah objek wisata; seperti Candi Prambanan, Candi Hijau, Candi Kalasan, Candi Ratu Boko dan Tebing Breksi.

Iis mengatakan keripik sayur ini juga solusi bagi seseorang yang tidak suka makan sayur. "Keripik sayur ini dapat menyiasati anak-anak yang kurang senang makan sayur. Dengan mengubahnya menjadi keripik, anak-anak menjadi lebih suka makan sayur," ungkap dia.

Dia mengatakan dalam pengamatan dan diskusi dengan perajin, ada beberapa permasalahan yang teridentifikasi. Produk keripik aneka sayur tidak dapat bertahan lama serta cepat rusak atau tengik. Hal ini karena masih kandungan minyak masih tinggi.

Dengan mengubahnya menjadi keripik, anak-anak menjadi lebih suka makan sayur.

Selain itu, kandungan minyak yang tinggi pada makanan mempengaruhi cita rasa, packaging, penampilan dan mempengaruhi kesehatan konsumen. "Perajin sudah melakukan penirisan minyak dengan konvensional, ditiriskan di atas kertas koran. Hal ini tidak efektif, selain itu tinta pada kertas koran yang umumnya mengandung Pb (timbal) dapat mencemari produk makanan," kata dia.

Dosen Farmasi lainnya, Arif Budi mengatakan diperlukan teknologi tepat guna untuk mengurangi kadar minyak tersebut. Tujuannya agar produk dapat bertahan lama dan rasanya lebih renyah. 

Teknologi yang dapat diterapkan adalah mesin spinner, yaitu alat yang berfungsi untuk menurunkan kadar minyak yang terkandung di dalam keripik sayuran. "Atas dasar ini, tim pengabdian masyarakat Fakultas Farmasi UAD melakukan program pelatihan dan pendampingan,” ungkap dia.

Program pelatihan dan pendampingan diawali dengan penyerahan alat spiner ke para perajin. Perajin juga diberi penjelasan komponen dari alat spiner hingga tutorial cara menggunakannya. 

Dalam tutorial juga dijelaskan cara merawat mesin spinner agar awet dan tahan lama. "Harapannya inovasi ini kadar minyak bisa berkurang, sehingga mutu produk meningkat," kata dia. []

Baca Juga:


Berita terkait
Emak-emak di Sleman Dilatih Bikin Sabun Alami
Ibu-ibu PKK di Sleman mendapat pelatihan membuat sabun alami oleh dosen UAD Yogyakarta. Sabun alami banyak memberi manfaat.
Puluhan Buruh Pabrik di Sleman Keracunan Katering
Puluhan karyawan pabrik di Sleman diduga keracunan katering makanan. Rumah sakit dan kepolisian masih mendalami penyebabnya.
Transmigran Sleman Dapat Lahan 2 Ha dan Rp 75 Juta
Sebanyak 10 KK asal Sleman ikut program transmigrasi ke Bulungan, Kaltara. Mereka diberi modal berupa lahan 2 hektare dan Rp 75 juta.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.