Kemenko Marves Dorong Kincir Air Buatan RI Ikut BBI Lombok

Kemenko Marves mendorong penguatan pembangunan teknologi kincir air buatan dalam negeri bagi tambak udang dan keikutsertaan dalam pameran BBI.
Rakor Kemenko Marves mendorong penguatan pembangunan teknologi kincir air buatan dalam negeri .(Foto:Tagar/Kemenko Marves)

Surabaya - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) terus mendorong penguatan pembangunan teknologi kincir air buatan dalam negeri. Utamanya bagi tambak udang dan rencana kesiapan keikutsertaan dalam pameran nasional “Bangga Buatan Indonesia”. 

Sebagian besar sarpras penunjang industri perikanan budidaya khususnya kincir dan pompa masih bergantung pada produk impor, padahal kita punya kebutuhan yang sangat banyak.

Terkait hal ini, Kemenko Marves melakukan Rapat Koordinasi (Rakor) secara langsung dan virtual yang diselenggarakan di Surabaya, Rabu,17 Februari 2021. Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves Safri Burhanuddin mengatakan produksi dalam negeri perlu mendapatkan perhatian lebih dari berbagai pemangku kepentingan.

Dalam hal ini, salah satunya terkait sarana dan prasarana (sarpras) penunjang industri perikanan budidaya. Namun saat ini menurutnya masih ada beberapa permasalahan sarpras penunjang industri perikanan budidaya yang muncul, khususnya kincir dan pompa.

“Sebagian besar sarpras penunjang industri perikanan budidaya khususnya kincir dan pompa masih bergantung pada produk impor, padahal kita punya kebutuhan yang sangat banyak”, tutur Deputi Safri.

Oleh sebab itu, diperlukan kolaborasi dan sinergitas antar Kementerian/Lembaga, Badan Riset, Perguruan Tinggi, Pelaku Usaha dan UMKM dalam produksi masal dan jaringan pemasaran sapras penunjang buatan dalam negeri.

Deputi Safri menjelaskan, rencana lokasi pengembangan tambak udang tahun 2020 hingga 2024 yaitu seluas 100.000 hektar. Hal ini untuk mendukung peningkatan ekspor udang sebesar 250%.

Hal yang sama disampaikan Kepala Pusat Pendidikan Kelautan Perikanan, Bambang Suprakto yang hadir sebagai narasumber. Bambang mengatakan, bahwa peningkatan ekspor udang 250% membutuhkan produksi sebanyak 578.579 ton dengan luas lahan 58.990 Hektar (5.000 Hektar intensif, 53.990 Hektar semi intensif). Dengan estimasi sarpras penunjang industri perikanan 1.101.820 unit yaitu 983.840 unit kincir dan 117.890 unit pompa. 

“kalau berbicara soal kincir, memang kebutuhan kincir kita cukup besar. Namun saat ini untuk kincir kita 100% masih impor,” ucapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Politeknik KP Sidoarjo, Muhammad Hery R. Alauddin, mengungkapkan progres kesiapan kincir air. Menurutnya, prototipe kincir air yang sudah diujicobakan dan sudah dilakukan penyerahan blueprint secara lengkap ke PT. Barata. Bahan yang digunakan dalam pembuatan kincir air ini juga berasal dari bahan lokal.

“Selama 3 tahun sudah diuji coba, ini berbahan baku lokal, jadi lokal konten, kapasitasnya 1 phase”, ungkapnya.

Kincir air produksi anak bangsa tersebut memiliki keunggulan setelah dibandingkan dengan kincir air impor dan hasilnya memang lebih efektif dan efisien. Tidak hanya itu, secara kualitas juga lebih baik, coverage area lebih luas daripada kincir impor, dan suku cadangnya pun dibuat dari bahan-bahan yang mudah didapat.

“Ternyata kita bisa membuat kincir dalam negeri yang kualitasnya tidak kalah dari impor, hanya chasing (tutup mesin) yang perlu lebih diperbaiki,” sebut Hery.

Sementara menurutnya, PT. Barata sudah memproduksi kincir air dari prototipe yang ada, dan sudah diujicobakan kembali sebanyak 4 kali sejak 26 Januari lalu. Proses uji coba dilakukan di kolam uji coba Politeknik KP Sidoarjo. Kemudian uji coba terakhir akan dilakukan selama 1 minggu dari 22-28 Februari 2021 di lokasi tambak udang Politeknik KP Sidoarjo.

“Diharapkan bulan Maret sudah bisa finishing produk sehingga bisa dilakukan penandatanganan kerjasama dan diluncurkan pada pameran di Lombok”, ucapnya.

Dari sisi industri, General Manajer PT. Barata, Sony Yusan Diantara mengatakan untuk seluruh komponen yang digunakan dalam pembuatan kincir air ini, pihaknya berupaya untuk menggandeng perusahaan-perusahaan dalam negeri.

“Karena ini buatan Indonesia, jadi kami akan memberdayakan perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia. Ini adalah momentum bagaimana Bendera Merah Putih berkibar di negeri sendiri,” ujarnya.

Mendengar semua progres tersebut, dan setelah melakukan diskusi dalam rakor, Asisten Deputi (Asdep) Hilirisasi Sumber Daya Maritim Amalyos mengatakan, ada 2 poin yang disepakati yaitu proyek tersebut dapat dilakukan uji coba di beberapa kawasan tambak udang. Yang kedua, Kemenko Marves akan penuhi terkait dengan standarisasi.

“Saya tadi di challenge untuk fasilitasi terkait stastus sertifikasi SNI-nya, nanti kita akan koordinasi dengan BSN, lalu sertifikasi TKDN-nya. Kemudian inovasi anak bangsa ini nanti akan kita angkat di pameran Bangga Buatan Indonesia di Lombok, pada Maret mendatang,” tegas Asdep Amalyos.

Setelah rakor tersebut, Kemenko Marves secara langsung melakukan kunjungan lapangan untuk menyaksikan kincir air yang selama ini produksinya sudah didorong dalam waktu 4 hingga 5 bulan terakhir, di Poltek KP Sidoarjo pada Kamis,18 Februari 2021.

setelah kunjungan langsung itu, Asdep Amalayos mengatakan bahwa dirinya sangat puas terhadap prototipe yang sudah ada ini.

"Ini sudah menunjukan performance yang cukup baik, kedepannya akan terus kita perbaiki. Dan kita optimis ini akan menjadi andalan di masa depan. Harapannya, kincir air buatan putra-putri terbaik bangsa ini terutama di Poltek KP Sidoarjo nantinya dapat mendukung produksi udang nasional hingga 250%," ujar Asdep Amalyos. []


Berita terkait
Kemenko Marves: Keselamatan dan Kesejahteraan Pelaut Nomor 1
Kemenko Marves mengatakan, keselamatan dan kesejahteraan pelaut terus menjadi perhatian pemerintah.
Kemenko Marves Percepat Infrastruktur Sumbar dan Nganjuk
Kemenko Marves menindaklanjuti Usulan Prioritas Pembangunan Infrastruktur Pengembangan Wilayah Sumbar dan Nganjuk
Kemenko Marves Ingin Jarak LRT Jakarta 10 Menit dari Rumah
Kemenko Marves menginginkan agar jarak tempuh dari rumah ke stasiun LRT tidak lebih dari 10 menit.