Karya Pramoedya Ananta Toer Selain 'Bumi Manusia'

Pramoedya Ananta Toer telah melahirkan lebih dari 50 karya sastra dan diterjemahkan lebih dari 42 bahasa asing.
Pramoedya Ananta Toer telah melahirkan lebih dari 50 karya sastra dan diterjemahkan lebih dari 42 bahasa asing.

Jakarta - Nama Pramoedya Ananta Toer kembali ramai belakangan ini setelah salah satu karya novelnya yang berjudul Bumi Manusia dijadikan film layar lebar oleh Hanung Bramantyo. 

Bumi Manusia bercerita tentang kisah dua anak manusia yang meramu cinta di atas pentas pergelutan tanah kolonial awal abad 20.

Film ini juga mengisahkan dua insan bernama Minke dan Annelies. Minke adalah pemuda pribumi asal Jawa, sedangkan Annelies seorang gadis Indo Belanda yang juga anak seorang Nyai. 

Bapak Minke yang baru diangkat jadi Bupati, tak menyetujui Minke dekat dengan keluarga Nyai, sebab posisi Nyai di masa itu dianggap sama rendah dengan binatang peliharaan.

Tak hanya menghasilkan karya Bumi Manusia, Pramoedya juga tercatat telah menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan lebih dari 42 bahasa asing. 

Berikut Tagar menyajikan karya-karya buatan pria kelahiran Blora, 6 Februari 1925 ini.

Pada era tahun 40-an, pria yang akrab disapa Pram ini melahirkan karya Sepoeloeh Kepala Nica pada tahun 1946 dan Kranji–Bekasi Jatuh tahun 1947 yang merupakan fragmen dari Di Tepi Kali Bekasi.

Memasuki era 50-an, dia menghasilkan karya-karya seperti.

1. Perburuan (1950), pemenang sayembara Balai Pustaka, Jakarta, 1949 (dicekal oleh pemerintah karena muatan komunisme).

2. Keluarga Gerilya (1950).

3. Tikus dan Manusia (1950), karya John Steinbeck yang diterjemahkan oleh Pramoedya Ananta Toer.

4. Kembali pada Tjinta Kasihmu (1950), karya Leo Tolstoy yang diterjemahkan oleh Pramoedya Ananta Toer.

5. Subuh: Tjerita-Tjerita Pendek Revolusi (1951), kumpulan 3 cerpen.

6. Percikan Revolusi (1951), kumpulan cerpen.

7. Mereka yang Dilumpuhkan (I & II) (1951).

8. Bukan Pasar Malam (1951).

9. Di Tepi Kali Bekasi (1951), dari sisa naskah yang dirampas Marinir Belanda pada 22 Juli 1947.

10. Dia yang Menyerah (1951), kemudian dicetak ulang dan dimasukkan dalam kumpulan cerpen Cerita dari Blora.

11. Cerita dari Blora (1952), pemenang karya sastra terbaik dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional, Jakarta, 1953.

12. Gulat di Jakarta (1953).

13. Midah Si Manis Bergigi Emas (1954).

14. Korupsi (1954).

15. Perdjalanan Ziarah jang Aneh (1954), karya Leo Tolstoy yang diterjemahkan oleh Pramoedya Ananta Toer.

16. Mari Mengarang (1955), tak jelas nasibnya di tangan penerbit di Jalan Kramat Raya, Jakarta.

17. Ibunda (1956), karya Maxim Gorky yang diterjemahkan oleh Pramoedya Ananta Toer.

18. Kisah Seorang Pradjurit Sovjet (1956), karya Mikhail Sholokhov yang diterjemahkan oleh Pramoedya Ananta Toer.

19. Cerita dari Jakarta (1957), kumpulan cerpen.

20. Cerita Calon Arang (1957).

21. Sekali Peristiwa di Banten Selatan (1958).

22. Dewi Uban: Opera Lima Babak (1958), karya He Tjing-Ce dan Ting Ji yang diterjemahkan oleh Pramoedya Ananta Toer.

23. Asmara dari Russia (1959), karya Alexander Kuprin yang diterjemahkan oleh Pramoedya Ananta Toer.

24. Kisah Manusia Sedjati (1959), karya Boris Polevoi yang diterjemahkan oleh Pramoedya Ananta Toer.

Memasuki tahun 60-an, karyanya kembali banyak dilahirkan oleh Pramoedya Ananta Toer, diantaranya:

1. Pertaruhan (1960), karya Anton Chekhov yang diterjemahkan oleh Pramoedya Ananta Toer bersama Koesalah Soebagyo Toer.

2. Hoakiau di Indonesia (1960), dilarang oleh Pemerintah Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin (Orde Lama).

3. Panggil Aku Kartini Saja I & II, (1963); bagian III dan IV dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965.

4. Kumpulan Karya Kartini, yang pernah dimuat di berbagai media; dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965.

5. Wanita Sebelum Kartini; dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965.

6. Gadis Pantai sebagai cerita bersambung rubrik lembar kebudayaan "Lentera" dalam harian "Bintang Timur" (1962-1965), bagian pertama trilogi tentang keluarga Pramoedya; terbit sebagai buku pada 1987; dilarang Jaksa Agung pada 1987; jilid kedua dan ketiga dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965.

7. Sejarah Bahasa Indonesia. Satu Percobaan (1964); dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965.

8. Realisme Sosialis dan Sastra Indonesia (1963).

9. Lentera (1965), kumpulan tulisan yang pernah diterbitkan dalam rubrik lembar kebudayaan "Lentera". Tak jelas nasibnya di tangan penerbit di Jalan Pecenongan, Jakarta.

Tak berhenti disitu, karyanya juga terus terlahir hingga era tahun 2000-an, seperti:

1. Bumi Manusia (1980); bagian pertama Tetralogi Buru, dilarang Jaksa Agung, 1981.

2. Anak Semua Bangsa (1981); bagian kedua Tetralogi Buru, dilarang Jaksa Agung, 1981.

3. Sikap dan Peran Intelektual di Dunia Ketiga (1981).

4. Tempo Doeloe: Antologi Sastra Pra-Indonesia (ed.), (1982).

5. Jejak Langkah (1985); bagian ketiga Tetralogi Buru, dilarang Jaksa Agung, 1985.

6. Sang Pemula (1985); dilarang Jaksa Agung, 1985.

7. Hikayat Siti Mariah, (ed.) atas karya Hadji Moekti, (1987); dilarang Jaksa Agung, 1987.

8. Rumah Kaca (1988); bagian keempat Tetralogi Buru, dilarang Jaksa Agung, 1988.

9. Memoar Oei Tjoe Tat, (ed.) Oei Tjoe Tat, (1995); dilarang Jaksa Agung, 1995

10. Nyanyi Sunyi Seorang Bisu I (1995); dilarang Jaksa Agung, 1995.

11. Arus Balik (1995).

12. Nyanyi Sunyi Seorang Bisu II (1997).

13. Arok Dedes (1999).

14. Mangir (2000).

15. Larasati (2000).

16. Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer (2001).

17. Cerita dari Digul (ed.), (2001)

18. Menggelinding I, merupakan kumpulan tulisan awal Pramoedya Ananta Toer yang disunting oleh Astuti Ananta Toer. (2004)

19. Jalan Raya Pos, Jalan Daendels (2005). []

Berita terkait
Foto: Kumis Tipis Iqbaal Ramadhan di Bumi Manusia
Iqbaal Ramadhan terlihat lebih dewasa saat berperan sebagai Pangeran Minke dalam film Bumi Manusia. Kumis tipisnya bikin bikin beda.
Iqbaal Ramadhan, Pemeran Minke di Bumi Manusia
qbaal Dhiafakhri Ramadhan atau akrab disapa Iqbaal namanya sudah tak asing lagi, sebelumnya ia tergabung di Coboy Junior.
Alasan Iqbaal Ramadhan Jadi Minke di Film Bumi Manusia
Hanung Bramantyo punya alasan kenapa aktor Iqbaal Ramadhan dipilih sebagai pemeran Minke di film terbarunya, Bumi Manusia.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.