Banda Aceh - 26 Desember 2004, gempa dan tsunami meluluhlantakkan Provinsi Aceh. Ratusan ribu jiwa menjadi korban dalam peristiwa yang mengerikan dari sejarah bencana di dunia itu.
Aceh menangis, dunia pun ikut berduka. Jenazah tergeletak di jalanan dan tertimpa di bawah puing-puing bangunan. Bencana maha dahsyat itu menjadi perhatian dunia.
Tak hanya membekas dalam ingatan, goncangan gempa dan terjangan gelombang lautan itu juga menyisakan jejak. Salah satunya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Apung yang berada di Desa Punge Blang Cut, Kecamatan Jaya Baru, Kota Banda Aceh, Aceh.
Kapal PLTD Apung terhempas oleh dahsyatnya gelombang tsunami.
Kapal yang berbobot 2.600 ton ini sebelumnya berada di laut tepatnya di pelabuhan penyeberangan Ulee Lheue. Pada Minggu 26 Desember 2004 sekitar pukul 8:45 WIB kapal ini terhempas oleh dahsyatnya gelombang tsunami.
Kapal tersebut kemudian terseret sejauh 2,4 kilometer ke daratan dan terdampar di pemukiman warga di Desa Punge Blang Cut, Kecamatan Jaya Baru, Kota Banda Aceh. Untuk mengingat peristiwa dahsyat itu, kapal ini kemudian dipugar.
Seiring berjalannya waktu, kapal tersebut diabadikan menjadi situs wisata sejarah yang cukup menarik perhatian wisataawan. Objek wisata kapal PLTD Apung ini berada di bawah tanggung jawab Dinas Pariwisata Kota Banda Aceh.
Pada tahun 2012-2013, kapal direnovasi. Sehingga, para pengunjung bisa naik ke atas kapal dan saat ini area sekitarnya sudah dilengkapi dua menara, sebuah monumen, jalan setapak, dan air mancur.
Amatan Tagar, kapal PLTD Apung selalu menjadi tujuan wisatawan yang berkunjung ke Banda Aceh. Saban hari, apalagi saat akhir pekan, kapal itu selalu ramai dengan pengunjung. Bagi wisatawan, rasanya tak lengkap ke Banda Aceh jika tidak berfoto di depan saksi bisu gempa dan tsunami Aceh 2004 silam itu.
Munawir, salah seorang pengunjung mengatakan, ia mengunjungi Kapal PLTD Apung karena beberapa alasan. Selain untuk berfoto-foto, di lokasi ini ia juga bisa mengenang betapa dahsyatnya tsunami Aceh.
Dulu, kata Munawir, saat terjangan air bah meluluh lantakkan bumi Aceh, ia hanya menyaksikan peristiwa itu lewat siaran televisi, termasuk terkait terdamparnya kapal tersebut.
“Jadi saat ke Banda Aceh saya menyempatkan diri ke sini, bagi saya ini juga ikon Provinsi Aceh,” katanya. []
Baca juga:
- Kisah Keajaiban Seorang Anak Selamat dari Tsunami Aceh
- Komentar Jusuf Kalla Terkait 15 Tahun Tsunami Aceh
- Warga Abdya Diimbau Naikan Bendera Setengah Tiang