Jakarta – Setelah kasus positif Covid-19 tembus angka 10.000.000 yaitu 10.073.814, kini pandemi atau wabah virus corona baru (Coronavirus Disease 2019/Covid-19) mencatat angka kematian tembus 500.000 yaitu 500.608 pada tanggal 28 Juni 2020 pukul 07.02 WIB seperti dilaporkan situs independen worldometer.
Sedangkan jumlah kematian karena Covid-19 terbanyak dilaporkan oleh Amerika Serikat (AS) yaitu 128.152 yang diikuti oleh Brasil dengan jumlah kematian 57.103. Dua negara ini dalam jumlah kasus positif Covid-19 juga ada di puncak yaitu AS di peringkat ke-1 dunia dengan jumlah kasus 2.596.364 yang diikuti Brasil dengan jumlah kasus 1.315.941 di peringkat ke-2 dunia.
Negara dengan jumlah kematian terbanyak ketiga adalah Inggris yaitu sebanyak 43.514 dan di peringkat ke-4 jumlah kematian karena Covid-19 adalah Italia sebanyak 34.716. Selanjutnya Prancis melaporkan 29.778 kematian yang disusul Spanyol sebanyak 28.341. Negara berikutnya adalah Meksiko dengan 25.779 kematian. India melaporkan 16.103 kematian.
Beberapa negara, seperti Brasil, Meksiko dan India di awal pandemi ada di ‘papan bawah’ dalam jumlah kasus, tapi belakangan tiga negara ini justru naik ke ‘papan atas’ pandemi Covid-19 dunia yaitu Brasil di peringkat ke-2, Rusia di peringkat ke-3, India di peringkat ke-4.
Yang fantastis adalah Brasil yang meroket dari ‘papan bawah’ ke ‘papan atas’ dan jadi episentrum Covid-19 di Amerika Selatan. Padahal, Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, sesumbar bahwa infeksi virus corona hanya ‘flu ringan’ sehingga tidak akan lebih parah daripada infeksi virus flu. Presiden Jair pun memenuhi tuntutan pendukungnya membuka lockdown dan memecat menteri kesehatan.
Begitu juga dengan AS. Presiden Donald Trump sesumbar bahwa virus corona tidak punya kesempatan menginfeksi warganya. Yang terjadi kemudian adalah 2.596.364 warga Negeri Paman Sam itu tertular Covid-19 dengan 128.152 kematian.
Laporan harian kasus baru dan kematian karena Covid-19 yang terus meningkat jadi indikasi belum ada tanda-tanda pelemahan penyebaran virus corona. Celakanya, banyak negara yang justru melonggarkan lockdown karena lebih mementingkan ekonomi yang membuat penyebaran virus terus berantai. []