Jakarta - Ketua Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta Arif Maulana mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak pantas menerima penghargaan 'Asian Of The Year 2019' dari media Singapura The Straits Times.
Indikator penghargaan tersebut apa dulu? Kalau soal komitmen menjaga demokrasi, anti-korupsi, ya sangat tidak layak
Penghargaan itu diberikan karena Jokowi dianggap sebagai sosok pemersatu dalam masa yang penuh kekacauan dan gangguan di Indonesia.
Selain itu dipilih karena ketangkasannya menghadapi distrupsi dan memimpin segudang persoalan yang ada di dalam maupun luar negeri.
"Sangat tidak pantas," ujar Arif saat ditemui di Kantor LBH Jakarta di Jalan Pangeran Diponegoro Nomor 74 Menteng, Jakarta Pusat, Jumat, 6 Desember 2019.
Arief yang menjabat Ketua LBH Jakarta sampai 2021 itu mempertanyakan sebab musabab penghargaan tersebut bisa diterima oleh Presiden RI ke-7 itu.
"Indikator penghargaan tersebut apa dulu? Kalau soal komitmen menjaga demokrasi, anti-korupsi, ya sangat tidak layak," kata dia.
Sebelumnya, Kamis, 5 Desember 2019, Jokowi mendapatkan penghargaan Asian of The Year 2019 dari Straits Times Singapura.
Menurut media ini, salah satu contoh pencapaian mantan Wali Kota Solo itu dunia internasional antara lain keberhasilannya untuk menempatkan Indonesia sebagai jantung ASEAN.
"Jokowi membuat para pemimpin negara-negara anggota mengadopsi 'ASEAN Outlook tentang Indo-Pasifik' yang dirancang oleh Indonesia, pada pertemuan ASEAN di Bangkok pada bulan Juni dan yang mempertahankan posisi netral kelompok regional di tengah meningkatnya persaingan antara China dan Amerika Serikat (AS) untuk supremasi di negara- negara wilayah tersebut." tulis Straits Times.
"Jokowi dipilih oleh editor karena ketangkasan dan keseriusannya dalam menavigasi arus lintas politik dalam negeri yang rumit dan urusan internasional," tulis majalah ini.
"Kepribadiannya yang membumi, kemampuan untuk berhubungan dengan orang-orang, berempati dengan rakyat jelata telah menarik hati banyak orang di dalam negerinya."
"Di luar negeri, mereka memuji kemampuannya untuk memandang ke luar cakrawala dan bergulat dengan tantangan strategis yang dihadapi negara dan wilayahnya". []