Jakarta – Belakangan ini sedang maraknya sebuah narasi yang mengatakan bahwa hilangnya patung Soeharto dan beberapa patung militer dahulu yang hilang di Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad), Gambir, Jakarta Pusat dikarenakan ada komunisme internal di TNI.
Patung yang hilang dari Museum Dharma Bakti Kostrad antara lain patung Soeharto presiden ke-2 RI, Letjen Sarwo Edhie Wibowo, dan Jendral AH Nasution. Kepala Penerangan Kostrad mengatakan bahwa dirinya tidak pernah membongkar atau menghilangkan patung peninggalan dari G30S PKI itu.
Menurut Gatot Nurmantyo, Mantan Panglima TNI yang mengaitkan patung Soeharto dan sejumlah patung lainnya adalah penyusupan komunisme di internal TNI. Namun, hilangnya diorama itu bukan dikarenakan adanya penyusupan komunisme di internal TNI.
Tapi pembongkaran patung-patung tersebut murni permintaan Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution sebagai pembuat ide dan untuk ketenangan lahir dan batin.
“Jika penarikkan tiga patung itu kemudian disimpulkan bahwa kami melupakan sejarah pemberontakan G30S PKI tahun 1965, itu sama sekali tidak benar,” ujar Pangkostrad Letjen TNI, Dudung Abdurachman, Selasa, 28 September 2021.
Kolonel Inf Haryantana mengatakan Letnal Jendral TNI Azmyn Yusri Nasution, pembuat patung-patung itu, meminta untuk dibongkar.
- Baca Juga: Supersemar dan Ketegasan Soeharto yang Mencuri Perhatian Rakyat
- Baca Juga: Serangan Umum 1 Maret 1949, Soeharto Bukan Hero, Hanya Makan Soto
“Tapi, pembongkaran patung-patung tersebut murni permintaan Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution sebagai pembuat ide dan untuk ketenangan lahir dan batin,” ujar Haryantana.
Pembuatan patung tersebut, dilakukan ketika dirinya menjabat sebagai Pangkostrad pada 9 Agustus 2011 sampai 13 Maret 2012.
Gedung Kostrad ini yang awalnya digunakan sebagai kantor komisaris Belanda yang didirikan pada tahun 1870 kini dijadikan Museum Kostrad. Gedung ini dialihfungsikan sebagai museum oleh Mayjen TNI Wiyogo Atmodarminto (Pangkostrad X) pada tahun 1980.
- Baca Juga: Ulah Soeharto, Habibie Mohon Maaf Kepada Rakyat Aceh
- Baca Juga: Misteri Supersemar, Bagaimana Ceritanya Pak Harto Menggantikan Bung Karno?
Lalu, gedung ini juga pernah dijadikan sebagai kantor Mayor Jendral (Mayjen) Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Panglima Komando Strategis Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (Pangkostrad) I hingga Pangkostrad XII.
(Syva Tri Ananda)