Subulussalam - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh akhirnya bertranslokasi satu individu harimau yang diperangkap oleh tim BKSDA Aceh di Desa Singgersing, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, Aceh kemarin, Selasa, 10 Maret 2020.
Harimau betina pra dewasa dengan perkiraan usia 16 bulan itu diberi nama 'Dara' dilepas liarkan ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) setelah melalui screening kesehatan oleh tim medis satwa BKSDA Aceh bersama tim dokter satwa FKL dan PKSL FKH Universitas Syiah Kuala (Unsyah) Banda Aceh.
Lokasi konflik harimau tersebut terisolir di permukiman dan perkebunan masyarakat.
"Setelah melalui proses observasi, dinyatakan Dara layak untuk dilepaskan liarkan ke habitat yang lebih baik yaitu di kawasan TNGL," tulis Kepala Balai KSDA Aceh, Agus Arianto dalam siaran persnya yang diterima Tagar, Rabu, 11 Maret 2020.
Dara adalah harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang diselamatkan oleh tim BKSDA Aceh dari Desa Singgersing pada 5 Maret sepekan yang lalu dengan cara diperangkap menggunakan kandang jebak yang dipasang oleh tim BKSDA Aceh sejak tanggal 26 Februari bulan lalu di dalam areal perkebunan warga.
Agus Arianto melaporkan bahwa selain Dara, ada dua individu harimau lagi yang masih berkeliaran di dalam semak belukar sekitar desa.
Berdasarkan hasil rekaman camera trap terdeteksi salah satu individu harimau yang menderita cidera pada kaki bagian depan sebelah kanan diduga akibat terkena jerat.
Agus menjelaskan, harimau yang cidera cenderung mengalami kesulitan untuk memangsa satwa di alam liar, karenanya harimau memilih mencari mangsa yang mudah diburu terutama ternak.
Baca juga:
- Harimau Kembali Teror Perkampungan di Aceh
- Begini Kondisi Harimau yang Ditangkap di Aceh
- BKSDA Aceh Akan Translokasikan Harimau Terperangkap
Lebih lanjut, berkenaan dengan upaya penyelamatan terhadap dua individu harimau lainnya di wilayah Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, BKSDA Aceh bersama mitra yang ada masih terus melakukan patroli di lokasi konflik guna memantau pergerakan harimau tersebut.
"Lokasi konflik harimau tersebut terisolir di permukiman dan perkebunan masyarakat, hal inilah yang menjadi pertimbangan dilakukannya penyelamatan harimau di Desa Singgersing," ujarnya.
Konflik harimau di wilayah Kecamatan Sultan Daulat sudah berlangsung sejak 16 Februari lalu. Sepanjang konflik satwa terjadi tidak ada korban jiwa. Warga hanya mengalami kerugian harta benda atas termangsanya ternak mereka.[]