Hari Terburuk Benni Kehilangan 5 Anggota Keluarga di Makassar

Lima peti jenazah berjejer rapi di dalam ruangan di rumah duka di Makassar. Kain satin putih melapisi peti-peti tersebut.
Keluarga dan kerabat melayat lima anggota keluarga Benni Ton Gani di rumah duka Yayasan Budi luhur, Jumat, 10 Januari 2020. (Foto/Tagar/Muhammad Ilham)

Makassar - Lima peti jenazah berjejer rapi di dalam ruangan. Kain satin putih melapisi peti-peti tersebut. Foto kelima jenazah semasa masih hidup terpasang di meja, sejajar dengan masing-masing peti. Hanya beberapa sentimeter dari foto-foto itu, terpasang besi berbentuk salib. Rangkaian bunga berada di kanan kirinya.

Seorang pria paruh baya, Benni Ton Gani, 52 tahun, berdiri di samping salah satu peti. Sebagian rambutnya memutih, meski tak seputih kain satin pelapis peti jenazah itu. Kabut duka menyelimuti wajah Benni yang mulai dihiasi kerutan.

Dua unit pendingin ruangan terpasang pada bagian atas dinding. Hawanya yang cukup sejuk seperti tidak mampu menyejukkan hati Benni. Ia harus kehilangan lima anggota keluarganya sekaligus dalam waktu bersamaan.

Kelimanya, yakni istri tercinta, Rachel Monita Kawilarang, 49 tahun, tiga anak kandung: Valencia Lois Masloka, 21 tahun; Briget Sammer Tunggadi, 17 tahun, dan Jetsren Tonggadi, 7 tahun, serta cucunya bernama Edgar Junior Lim yang masih berusia 3 tahun.

Mereka hangus terpanggang saat api membakar ruko yang menjadi tempat tinggalnya, di Jalan Titang, Kelurahan Barana, Kecamatan Makassar, Sulawesi Selatan, pada Kamis, 9 Januari 2020.

Di dalam ruangan, beberapa kerabat dan keluarga Benni memanjatkan doa untuk keluarga terkasih, yang telah mendahului mereka menghadap Tuhan.

Seorang wanita muda berkaus hitam, berambut panjang menangis terisak di samping salah satu jenazah. Air mata membasahi masker yang terpasang tidak lagi menutupi mulut dan hidung, melainkan dagu perempuan itu.

Anak saya ada enam. Yang meninggal ini berurutan.

Benni Ton GaniKebakaran merenggut lima lima anggota keluarga Benni Ton Gani di rumah toko di Jalan Titang, Kelurahan Barana, Kecamatan Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis, 9 Januari 2020. (Foto/Tagar/Muhammad Ilham)

Di samping wanita berwajah oriental itu, seorang perempuan bergaun merah dipadu hijab hijau, juga menunjukkan raut wajah sedih.

Sementara di ruko tempat kebakaran terjadi, di bagian depan ruko, tepat di atas pintu, noda hitam bekas terbakar masih tampak jelas. Beberapa sisa barang yang terbakar bertumpuk di halaman, seperti tumpukan duka yang menyelimuti Benni.

Duka Berawal dari Busa

Benni mengisahkan awal tragedi yang mengakibatkan meninggal lima anggota keluarganya. Sebelum kejadiaan nahas tersebut, Rachel istrinya berada di lantai dua ruko, bersama tiga anaknya, yakni Valencia, Briget, dan Jetsren, serta cucunya bernama Edgar. Mereka sedang bermain, melakukan aktivitas seperti biasanya.

Sekitar pukul 15.00 WITA, setelah butiran hujan berjatuhan di Kota Makassar, tiba-tiba Benni yang sedang berada di lantai dua bersama keluarganya, mendengar teriakan minta tolong dari salah satu karyawannya.

Rupanya terjadi insiden di lantai satu, berupa hubungan arus pendek dari colokan listrik peralatan kerjanya. Percikan api dari korsleting tersebut menyambar busa bahan bantalan sofa. Api pun membesar.

Benni kaget, refleks bergegas menuju lantai satu, untuk melihat kondisi di tempat pembuatan bantalan sofa.

Melihat ada api, Benni bersama tiga karyawannya mencoba memadamkan. Mereka berusaha mendorong keluar busa yang terbakar. Namun, api tersebut justru bertambah besar, mengeluarkan asap tebal. Ruangan di lantai dasar tertutup asap yang menyebar ke lantai dua, tempat istri, anak dan cucunya berada.

“Saya dari atas mau tarik busa keluar, supaya terbakar di luar tapi apinya besar sekali. Busanya tidak bisa keluar. Anak saya di atas tidur-tiduran. Saya mau tarik api keluar, tapi itu api besar sekali. Korsleting kira-kira,” kata Benni saat ditemui di rumah duka Yayasan Budi luhur, Jumat 10 Januari 2020.

Benni Ton GaniBenni Ton Gani (kanan) berjalan di antara lima anggota keluarganya yang meninggal di rumah duka di Yayasan Budi Luhur, Makassar, Jumat, 10 Januari 2020. (Foto/Tagar/Muhammad Ilham)

Sementara, di lantai dua, kelima anggota keluarganya panik saat melihat kepulan asap hitam. Mereka mencoba menyelamatkan diri melalui jendela. Tapi nahas, jendela tidak bisa dibuka karena terkunci dan dipasangi besi pengaman.

Mereka terjebak di lantai dua. Istri dan tiga anak serta cucu Benni tewas dalam keadaan hangus. Saat ditemukan, Edgar bahkan hanya mengenakan celana dalam.

“Tidak pakai baju itu Edgar hanya pakai celana dalam. Tiga orang di kamar sama-sama. Saya itu turun dari tangga, pembantu teriak semua bilang api, jadi saya lari keluar mau tarik itu busa saja supaya dia terbakar di luar saja, jangan sampai ke dalam. Tapi api terlalu cepat baru di dalam semuanya busa, kain bantal habis semua terbakar,” Benni menitikkan air mata.

Edgar yang masih berusia tiga tahun merupakan siswa Taman Kanak-kanak (TK) Gamaliel. Hari itu kebetulan Edgar dibawa ke rumah kakeknya dan dititipkan di situ, karena orang tuanya sedang sakit. Tidak disangka, itu menjadi hari terakhir Edgar bertemu dengan Benni.

“Edgar datang karena dia sebelumnya bilang mau datang. Saya bilang ke mamanya, 'tidak pergi sekolah?' Dia bilang sakit ki. Jadi saya suruh belikan obat, lalu saya pergi beli busa sebentar baru kembali lagi,” ujarnya.

Benni sempat mengira anak bungsunya, Jetsren, berhasil menyelamatkan diri. Sebelum kejadian, Jetsren sedang memandikan anjing peliharaan keluarga mereka.

“Hummeri tidak kulihat ini, kenapa bisa sampai naik ke lantai dua, karena dia sementara kasih mandi ini anjing,” katanya.

Sedangkan anak perempuannya, Briget Sammer Tunggadi yang turut menjadi korban, sebenarnya akan menjalani Ujian Nasional (UN) pada tahun ini. Anak kelima Benni yang sering disapa Keisha ini merupakan siswi SMA Gamaliel.

Benni Ton GaniPemakaman lima anggota keluarga Benni Ton Gani di Taman Pemakaman Bolangi, Kabupaten Gowa, Sabtu siang, 11 Januari 2020. (Foto/Tagar/Muhammad Ilham)

Keisha merupakan salah satu siswi berprestasi di sekolah. Nilai-nilai ujiannya selalu bagus.

“Anak saya ada enam. Yang meninggal ini berurutan. Tiga meninggal, Valencia, Brigitte, Jaztrail, dan satu cucu Edgar. Anaknya anakku yang ke dua Cecilia. Keisha ini mau UN, dia bagus nilai-nilainya di sekolah,” tuturnya.

Luka Bakar Hingga 90 Persen

Daeng Ona, 58 tahun,  tetangga Benny, mengatakan saat kejadian ia sedang berjualan bakso. Ia melihat pemilik rumah keluar sambil teriak minta tolong, sehingga warga sekitar langsung membantu dan berusaha memadamkan api.

“Saya lihat dia (Benni) keluar, teriak api, tapi apinya tidak kelihatan. Cuma asap yang terlihat. Anaknya ada enam,” kata Daeng Ona.

Petugas Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar mengerahkan 14 unit mobil pemadam kebakaran pada kejadian itu.

“Begitu kita tiba di lokasi memang yang terbakar adalah ruko dengan menggunakan terali pada jendela di lantai dua sehingga sulit untuk ditembus, tambah lagi kepulan asap, menambah kesulitan. Setelah mendapatkan informasi ada lima orang terjebak,” kata Kaepala Bidang Operasi Dinas Pemadam Kebakaran Makassar, Hasanuddin.

Menurut informasi awal, kata Hasanuddin, jumlah penghuni ruko tersebut 9 orang. Posisi kelima orang berada di lantai dua, terjebak asap tebal sehingga tidak dapat bergerak untuk meloloskan diri.

“Jadi awalnya itu asap dari lantai satu naik ke lantai dua. Kelima korban ada di lantai dua. Satu korban posisinya di dalam kamar mandi, di luar kamar mandi ada satu orang anak kecil laki-laki. Terus di dalam kamar ada tiga orang,” tuturnya.

Seorang pegawai Benni bernama Rahmawati, 36 tahun, berhasil meloloskan diri melalui pintu belakang. Warga Jalan Dg Ujung 1, Kota Makassar, tersebut, mengalami luka gores pada lengan kanan dan kiri saat menyelamatkan diri dan mengalami sakit perut karena sedang hamil 4 bulan.

Meski ada dugaan korsleting, tapi Kepolisian Resor Kota Besar Makassar bersama Laboratorium Forensik Mabes Polri Cabang Makassar, melakukan proses olah tempat kejadian perkara, untuk mengungkap penyebab pasti kebakaran itu.

Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Makassar, Ajun Komisaris Besar Indratmoko mengatakan pihaknya terus bekerja untuk mengungkap kasus kebakaran yang menewaskan lima orang dalam satu bangunan ruko kontrakan yang dihuni Benni bersama keluargannya.

Indratmoko mengatakan berdasarkan keterangan dua orang pengawai yang berada di lokasi kejadian, kebakaran bermula ketika ada suara bunyi percikan api yang berasal dari colokan listrik di lantai satu, yang merupakan tempat pembuatan bantal berbahan busa gabus yang mudah terbakar.

“Saksi ini hanya mendengar bunyi percikan api lalu berusaha memadamkan api dengan menyiramkan air, tetapi ada salah satu pekerja yang tersengat listrik sehingga para pekerja yang berada di lantai satu ini berusaha menyelamatkan diri lewat jendela belakang rumah,” ujarnya.

Kelima jenazah dalam kondisi sulit dikenali, dibawa ke Ruang Jenazah Forensik Biddokkes Polda Sulsel untuk dilakukan proses identifikasi. 

"Luka bakarnya rata-rata bervariasi antara 70 hingga 90 persen,” kata Kabid Dokkes Polda Sulsel, dr Yusuf Mawadi.

Usai menjalani proses identifikasi, kelima jenazah dibawa ke rumah duka Yayasan Budi Luhur untuk dilakukan kebaktian sebelum jenazah dimakamkan di Taman Pemakaman Bolangi, Kabupaten Gowa, Sabtu siang, 11 Januari 2020. []

Baca cerita lain:

Berita terkait
Bisu Butir Pasir dan Deru Ombak, Saksi Tsunami di Serang
Mendung seperti bersahabat dengan butiran embun, pagi itu di lokasi terjadinya tsunami di Desa Cikoneng, Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang.
2 Mitos Kontras Perjodohan di Gua Sunyaragi Cirebon
Bangunan kuno dari bebatuan karang tersusun rapi, berdiri kokoh di sudut Kota Cirebon, Jawa Barat. Ini tentang Gua Sunyaragi dan mitosnya.
Latifah Zulfa Siswi SMPN 1 Turi Sleman Kandas di Sungai Maut
Latifah Zulfa, siswi SMPN 1 Turi Sleman, cita-citanya kandas di sungai maut, terkubur selamanya bersama tragedi pramuka susur sungai.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.