Harga Pupuk di Bantaeng Mahal, Petani Menjerit

Harga pupuk bersubsidi di Kabupaten Bantaeng sangat mahal, membuat petani menjerit. Bahkan bukan hanya mahal tapi pupuk juga langka.
Haeruddin, (kiri) Petani yang dijumpai Tagar saat berada di dusun Tala-tala, Rabu, 15 Januari 2020. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Bantaeng - Harga pupuk subsidi jenis Urea di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan saat ini terbilang cukup mahal, alhasil hampir semua petani menjerit.

Padahal harga eceran tertinggi atau (HET) dari pemerintah hanya sebesar Rp 93.000 per sak, namun para petani padi dan jagung di daerah bertajuk bumi Butta Toa ini harus merogoh kocek sampai Rp 150.000 per sak.

Saya tidak akan beli kalau harganya Rp 150 ribu per sak.

Seperti yang dirasakan Haeruddin, 40 tahun, warga kampung Parang Labbua yang bertani di Dusun Tala-tala, Kelurahan Bonto Rita, Kecamatan Bissappu, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan saat dijumpai Tagar, Rabu, 15 Januari 2020.

"Saya tidak akan beli kalau harganya Rp 150 ribu per sak. Kimi petani padi bisa rugi kalau harus membeli pupuk mahal-mahal. Apalagi sekarang harga beras tidak pernah naik, belum lagi membayar sewa pekerja dan membayar sewa traktor," kata Haeruddin,

Hal lain yang membuat petani merasa tercekik, prasyarat untuk mendapatkan pupuk subsidi itu terbilang cukup merepotkan. Sebab mesti ada KTP dan PBB lahan persawahan.

Belum lagi penjatahan dalam satu hektare sawah, hanya diperbolehkan menggunakan empat sak pupuk.

"Biasanya supaya hasil panen bagus, kita harus gunakan minimal enam sak pupuk. Nah sekarang ada penjatahan hanya empat sak saja. Bagaimana mau dapat hasil panen yang bagus kalau kita kekurangan pupuk," jelas pria ini.

Sementara bagi petani jagung, kata dia, membutuhkan pupuk lebih banyak dari petani padi. "Kualitas bergantung dari banyaknya pupuk yang dikasi turun. Daya tahan pupuk sekarang hanya 20 hari," ujarnya.

Hal tersebut senada dengan yang dirasakan petani di kampung Sarroangin, Desa Layoa, Kecamatan Gantarang Keke, Kabupaten Bantaeng. Petani cukup kesulitan untuk mendapati pupuk sehingga melakukan rapat perencanaan pembentukan kelompok tani Rabu 15 Januari 2020, pagi tadi.

"Masyarakat sudah banyak yang membutuhkan pupuk, bukan cuman di tempat kami, tapi sudah ada di beberapa titik khususnya kabupaten Bantaeng sudah banyak petani yang mencari (pupuk)," kata Herman petani muda berusia 24 tahun saat dihubungi Tagar via WhatsApp.

Ia menerangkan bahwa belum ada kepastian mengapa pupuk bersubsidi ini belum juga diturunkan kepada kelompok tani. Padahal saat ini sudah musim tanam.

"Pupuk langka dan harganya mahal, ini sangat berat apalagi petani di sini (layoa) tanam jagung, butuh pupuk dua kali lipat daripada padi," keluhnya.

Masyarakat sudah banyak yang membutuhkan pupuk.

Ia berharap setelah terbebtuknya Kelompok tani Bungun Rua yang tadi pagi dibahas, mampu mempermudah akses para petani untuk mendapatkan pupuk yang mereka butuhkan.

"Semoga Pemerintah bisa membantu kami dan memberi solusi yang baik, tidak usahlah kami dibuat repot lagi dengan berbagai urusan, kami cuma ingin bertani dengan baik seperti biasanya," ujarnya. []

Berita terkait
Legislator Bantaeng Persoalkan Kelangkaan Pupuk
Ketua Komisi B bidang Ekonomi dan Keuangan DPRD Bantaeng, Asriyudi Asman mempertanyakan kelangkaan pupuk di Kabupaten Bantaeng.
Petani Mulai Keluhkan Pupuk Subsidi Langka di Aceh
Petani di Kabupaten Aceh Utara, Aceh mulai mengeluhkan terjadinya kelangkaan pupuk bersubsidi.
Pupuk Subsidi Sumbar Dipangkas, Ini Solusinya
Kelangkaan pupuk bersubsidi di Sumatera Barat akibat pemangkasan kuota dari pemerintah.
0
Parlemen Eropa Kabulkan Status Kandidat Anggota UE kepada Ukraina
Dalam pemungutan suara Parlemen Eropa memberikan suara yang melimpah untuk mengabulkan status kandidat anggota Uni Eropa kepada Ukraina