Jakarta – Pada saat peluncuran Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar di kanal YouTube Kemendikbud RI pada Jumat, 18 Februari 2022. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim menanyakan kepada sejumlah guru yang sekolahnya sudah menerapkan Kurikulum Merdeka.
Salah satu guru dari SD Negeri 005 Sekupang, Kota Batam, Stevani Anggia Putri mengatakan setelah menerapkan Kurikulum Merdeka perubahan yang dirasakan oleh sekolahnya adalah memudahkan para guru untuk mengenal bakat dari masing-masing siswanya.
“Perubahan yang sangat saya rasakan sebagai guru yaitu mengatahui minat bakat serta kemampuan siswa-siswa saya. Ini cukup efektif membantu saya memetakan kebutuhan siswa, sehingga saya sebagai guru mengetahui metode pembelajaran,” ujar Stevani Anggia Putri.
Ia mengatakan sekolahnya mulai melaksanakan pembelajaran dengan paradigma baru, dimana pembelajaran yang berpusat pada siswa dan sesuai kebutuhan siswa serta tahap perkembangan siswa.
Ini cukup efektif membantu saya memetakan kebutuhan siswa, sehingga saya sebagai guru mengetahui metode pembelajaran.
“Diharapkan dengan mengimplementasikan Kurikulum Merdeka ini membantu dalam mewujudkan profil pelajar Pancasila,” imbuhnya.
Hal senada juga disampaikan Joko Prasetyo Guru SMP Negeri 2 Tumanggung, Jawa Tengah yang mengatakan dengan adanya paragdigma baru, kegiatan pembelajaran yang biasanya hanya terpaku kepada nilai sekarang lebih kepada bakat siswa.
- Baca Juga: Kurikulum Merdeka Jadi Jawaban untuk Atasi Krisis Pembelajaran
- Baca Juga: Saatnya Sekolah Menentukan! Begini Kriteria Sekolah yang Boleh Menerapkan Kurikulum Merdeka
“Alhamdulillah perubahan yang kami rasakan dalam kegiatan pembelajaran, biasanya kita terpaku dengan nilai KKN atau nilai minimum dalam kompetensi yang hasrus dicapai siswa tapi dengan paradigm baru kita bisa menilai dari sisi bakat siswa,” ucap Joko Prasetyo.
Maka, lajut Joko Prasetyo, di Kurikulum Merdeka ini, para guru sangat menghargai bagaimana siswa itu mencapai pembelajaran, sehingga guru-guru kita lebih fkeksibel dalam berkreasi semaksimal mungkin, apalagi adanya proyek kolaborasi yang sudah diterapkan di sekolah.
“Jadi selama 2 pekan itu siswa tidak ada pelajaran tetapi mereka full mengerjakan proyek. Alhamdulillah di sekolah kami kita ajak anak-anak ke TPA atau pembuangan sampah yang perlu diperhatikan, kita ajak mereka mengelola sampah dengan baik kemudian memanfaatkannya menjadi pupuk,” ucap Joko.
- Baca Juga: Kurikulum Merdeka Membebaskan Siswa dan Guru Berkolaborasi
- Baca Juga: Mendikbudristek: Penerapan Kurikulum Merdeka Didukung Platform Merdeka Mengajar
Ada juga projek kearifan lokal dimana mengajak para siswa mengenal budaya lokal, para guru mengajak siswa untuk menari dan lain-lain.
“Kita ajarkan tari lokal kepada siswa, bahkan kami sudah melakukan pentas di luar negeri dan pernah meraih juara satu,” pungkasnya. []