Guru di Pedalaman Aceh Jalan Kaki dan Tak Ada Sinyal

Untuk menuju sekolah SD Alue Bakti di Desa Blang Lango, Nagan Raya harus melewati sungai dan jalan yang rusak.
Sekolah Dasar Negeri (SDN) Alue Bakti yang terletak di Desa Blang Lango, Kecamatan Seunagan Timur, Kabupaten Nagan Raya, Aceh. (Foto: Tagar/Vinda Eka Saputra)

Aceh Barat – Letaknya yang berada di pelosok dan buruknya akses jalan menyebabkan sejumlah permasalahan muncul di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Alue Bakti yang terletak di Desa Blang Lango, Kecamatan Seunagan Timur, Kabupaten Nagan Raya, Aceh.

Yurnalis, salah seorang tenaga pengajar di SD Alue Bakti mengatakan, selain karena buruknya akses jalan, permasalahan yang dialami oleh para siswa di SD itu juga kurangnya buku pelajaran.

“Jadi guru di pelosok seperti ini itu ada susah dan ada senangnya, kalau bukan panggilan hati bakal susah karena akses jalan yang buruk seperti ini,” kata Yurnalis, Rabu, 2 September 2020.

Kalau musim hujan itu kami harus meninggalkan motor di separuh jalan dan melanjutkan dengan jalan kaki karena jalan sudah tidak bisa dilalui oleh kendaraan.

SD Alue Bakti terletak di Desa Blang Lango merupakan sekolah dari cabang yang berada di pusat Kecamatan Seunagan Timur, untuk menuju sekolah tersebut kita harus melewati sungai dengan menggunakan perahu motor dan juga melewati jalan yang menanjak serta menurun.

“Kalau musim hujan itu kami harus meninggalkan motor di separuh jalan dan melanjutkan dengan jalan kaki karena jalan sudah tidak bisa dilalui oleh kendaraan,” katanya.

Kata Yurnalis, hal yang paling dibutuhkan di SD Alue Bakti adalah buku pelajaran bagi para siswa untuk melaksanakan Proses Belajar Mengajar (PBM) sehari-hari.

“Karena kan kita ini kelas jauh dari sekolah Alue Bakti yang berada di Desa, kitakan cabang jadi ya kalau untuk jumlah siswanya ya tidak terlalu banyak cuma 25 orang saja dan itu anak-anak yang ada di desa ini saja,” ujarnya.

Dikatakannya, untuk tingkatan kelas di sekolah itu hanya dari kelas satu hingga kelas lima dan hanya memiliki tiga ruangan, sehingga mengharuskan kelas satu dan kelas dua harus digabung menjadi satu.

Sedangkan untuk tenaga pengajar di sekolah tersebut hingga saat ini hanya ada enam orang saja, keenam orang itu terdiri dari satu orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan lima orang lainnya adalah tenaga honorer.

“Kalau belajar daring kita di sini tidak ada karena jangankan untuk jaringan internet untuk jaringan HP saja susah,” katanya.

Ia berharap agar adanya perhatian dari pemerintah setempat untuk segera adanya proses perbaikan akses jalan dan bantuan buku pelajaran bagi para siswa supaya tetap mendapat pendidikan yang layak seperti anak-anak lainnya. []

Berita terkait
Reaksi Gerindra Aceh Tamiang soal Fauzi Undur Diri
Pengunduran Fauzi dari pengurus Partai Gerindra di Aceh Tamiang sudah dilakukan sejak setahun yang lalu
Jabatan Kades yang Bacok Warganya Sendiri di Aceh
Kepala Desa di Aceh Utara yang membacok warganya sendiri untuk sementara dicopot dari jabatannya.
Pengamat: Gebrakan Masker Aceh Mengundang Bencana
Pengamat Kebijakan Publik Aceh, Nasrul Zaman menilai program Gerakan Masker tidak tepat sasaran di Aceh.