TAGAR.id, Jakarta - Tuberkulosis (TBC) atau TB menjadi salah satu penyakit berbahaya yang menghantui banyak orang salah satunya anak-anak. Lantas bagaimana gejala penyakit menular ini jika terjadi kepada anak-anak? Apakah berbeda dengan orang dewasa?
Dokter Wahyuni Indawati dari Ikatan Dokter Anak Indonesia mengatakan ketika anak-anak terserang TB Paru gejala yang ditimbulkan terkadang tidak selalu menimbulkan gejala yang baru.
"Kadang-kadang datang dengan demam lama, berat badan yang tidak naik, anak juga kelihatan yang 5L ya, lemas, lesu, loyo, letoy, lemot. Jadi anaknya yang tadinya aktif bermain menjadi lemah gitu ya," kata Dokter Wahyuni Indawati seperti dikutip Tagar melalui Live Instagram Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Minggu, 26 Juli 2020.
Semakin muda usia anak, makin tinggi risiko untuk sakit TB.
Sementara, gejala lain di luar paru tergantung dari organ bagian mana yang terkena, misalnya saraf pusat. Bahkan gejala yang muncul sesuai dengan infeksi di saraf pusat. "Seperti kejang, penurunan kesadaran, gangguan dalam motorik jadi ada kelumpuhan dan lain-lain itu juga bisa terjadi," ucap dr. Wahyuni.
Namun, jika TB menyerang tulang yang terjadi pada anak, ada beberapa tanda yang bisa dilihat. "Anaknya mengalami jalannya pincang atau kita lihat tidak bisa berjalan," ujar dokter spesialis anak itu.
Dia mengatakan sebagian besar anak-anak yang terinfeksi TBC bisa terjadi lantaran adanya kontak serumah dengan penderita dewasa yang aktif.
"Sistem kekebalan tubuh anak itu belum sempurna, masih pertumbuhan sama seperti organ-organ lain. Semakin muda usia anak, makin tinggi risiko untuk sakit TB," kata dr. Wahyuni.
Kata dokter Wahyuni, penyakit TB yang menyerang anak ini harus menjadi perhatian khusus bagi seluruh orang tua. Ini karena penyakit menular tersebut sangat berbahaya untuk pertumbuhan dan perkembangan anak nantinya.
"Kalau pada anak makin muda usia anak, maka TB-nya ini akan menjadi yang berat, misalnya TB susunan saraf pusat yang kita kenal radang otak jadi meningitis, kemudian TB berbagai macam organ seperti TB tulang, kemudian TB bagian perut abdomen. Jadi anak yang terkena TB berat, nanti setelah sembuh mungkin bisa membasmi kumannya tetapi sisa dari penyakitnya tidak akan kembali normal," tutur dr. Wahyuni.
Sebelumnya berdasarkan data dunia tahun 2017, ada sekitar 1 juta anak yang menderita sakit TB. Dari jumlah tersebut, lima persen merupakan anak yang berusia di bawah lima tahun, 25 persennya meninggal, dan lebih dari 80 persen yang meninggal tersebut berusia kurang dari lima tahun.
Baca Juga: